Begini Nasib Warga Kampung Sawah Setelah Digusur Terkait Proyek Tol Cibitung-Cilincing
Puluhan rumah Warga Kampung Sawah, RW 11 Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, digusur terkait proyek Jalan Tol Cibitung-Cilincing.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Puluhan rumah Warga Kampung Sawah, RW 11 Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, digusur terkait proyek Jalan Tol Cibitung-Cilincing, Kamis (3/12/2020) kemarin.
Usai digusur, sejumlah warga memilih untuk menetap di sejumlah tempat tinggal sementara.
Ketua RW 11 Semper Timur, Abu Bakar mengatakan, ada warga yang memilih untuk tinggal mengontrak tak jauh dari permukiman Kampung Sawah, RW 11 Semper Timur.
Sementara sebagian warga lainnya keluar dari wilayah Semper Timur untuk tinggal di kediaman baru mereka.
"Ada juga di situ pindah ke kampung sebelah banyak. Ada yang keluar dari Kampung Sawah juga banyak," kata Abu saat dikonfirmasi, Jumat (4/12/2020).
Menurut Abu, sejauh ini belum ada tawaran dari pemerintah untuk hunian sementara.
Karenanya, warga memilih untuk langsung mencari tempat tinggal baru usai rumah mereka digusur.
"Sama sekali enggak ada tawaran tinggal di rusun, enggak ada. Kasihan masyarakat itu, jadi ya udah disuruh pindah aja," kata Abu.
Adapun jumlah warga Kampung Sawah yang kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran proyek tol ini sekitar 300 KK.
Sebelumnya, penggusuran rumah warga ini terkait dengan pembangunan proyek jalan tol Cibitung-Cilincing yang dibangun PT Waskita Karya.
Pantauan TribunJakarta.com, penggusuran dilakukan dengan menggunakan dua alat berat, kemarin pagi.
Rumah-rumah warga dihancurkan hingga tinggal menjadi puing-puing.
Setelah digusur, sejumlah warga masih bertahan di lokasi untuk membereskan sisa-sisa barang yang bisa dibawa dari puing-puing rumah mereka.
Dalam prosesnya, penggusuran ini sempat mendapatkan penolakan dari warga setempat.
Pasalnya, warga menuntut ganti rugi yang belum dibayarkan terkait dengan hak tanah mereka.
Ketua RW 011 Semper Timur Abu Bakar menuturkan, sebelum penggusuran, warga baru menerima ganti rugi atas bangunan mereka yang digusur.
Baca juga: Debat Pilkada Tangsel: Muhamad Soroti Korupsi Alkes, Azizah Singgung Kasus Tanah Ciputat
Baca juga: Belum Ada Kabar, Jasad Dalam Koper di Arab Saudi Dipulangkan ke Kabupaten Tangerang
Padahal, lanjutnya, warga sudah menempati permukiman tersebut selama puluhan tahun.
"Menerima uang bangunannya saja, tanahnya sama sekali belum dibayar. Masyarakat saya nggak minta mahal-mahal, barangkali Rp 5 juta apa berapa per meter kami akan senang hati untuk mendukung pembangunan pemerintah ini," kata Abu Bakar di lokasi, Rabu siang.
Menurut Abu Bakar, ada lebih dari 60 rumah warga yang digusur.
Seiring dengan digusurnya puluhan rumah tersebut, ada sekitar 300 warga yang kehilangan tempat tinggalnya.
Warga merasa kecolongan karena selama ini tidak ada kejelasan soal pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) serta kurang terjalinnnya mediasi dengan pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta Utara.
"Kami disosialisasikan oleh Kepala BPN baru ada pengukuran tol, sengaja nggak diproses PTSL kami dengan tidak menjawab dengan keterangan yang jelas," katanya.
Wakapolres Metro Jakarta Utara AKBP Nasriyadi mengatakan, meski sempat ada penolakan, proses penggusuran rumah warga berjalan kondusif.
"Kita bisa atasi dengan baik berkordinasi dengan warga, sehingga warga mau rumahnya dibongkar," kata Nasriyadi di lokasi.
Menurut Nasriyadi, proses penggusuran ini akan berjalan dalam beberapa tahap.
Total ada 250 personel gabungan TNI-Polri serta Satpol PP Jakarta Utara yang dikerahkan dalam pengamanan ini.
"Ada dua tahap, jadi ini tahap pertama, nanti ada tahap kedua. Jadi mereka sudah dibayar, kita menunggu pengamanan dari rekan-rekan perusahaan pembangunan tol Cibitung-Cilincing ini," ucapnya.
Sementara itu, pihak dari PT Waskita Karya yang berada di lokasi enggan memberikan keterangan terkait pembangunan proyek jalan tol ini.