Sisi Lain Metropolitan

Sejarah Dua versi Asal Usul Nama Ragunan di Jakarta Selatan

Namun, ada dua versi cerita sejarah terkait Pangeran Wiraguna. Cerita dari sumber buku dan warga sekitar.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Suasana tempat petilasan Pangeran Wiraguna (rumah cat hijau) di kawasan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Kamis (3/12/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR MINGGU - 
Wilayah Ragunan, yang kini masuk ke dalam kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, berkaitan erat dengan sosok Pangeran Wiraguna.

Namun, ada dua versi cerita sejarah terkait Pangeran Wiraguna. Cerita dari sumber buku dan warga sekitar.

Bagaimana kisahnya?

Dalam buku karya Rachmat Ruchiat berjudul "Asal Usul Nama Tempat di Jakarta" terbitan Masup Jakarta, Nama Ragunan berasal dari seorang Belanda.

Orang itu bernama Hendrik Lucaasz Cardeel. Cardeel mendapatkan gelar Pangeran Wiraguna karena jasanya membantu Sultan Haji dari Banten.

Kedatangan Cardeel ke Banten awalnya karena ingin memeluk Islam dan membaktikan diri kepada Sultan Banten.

Cardeel memimpin pembangunan Keraton Surasowan milik Sultan Ageng Tirtayasa yang terbakar. Ia dikenal sebagai seorang ahli bangunan. 

Jadi Utusan 

Rachmat Ruchiat menulis, Sultan Haji bertikai dengan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa dalam perebutan takhta kesultanan.

Sultan Haji mengutus Cardeel datang ke Batavia meminta bantuan kepada Belanda.

Dengan bantuan Kompeni, akhirnya Sultan Haji dapat merebut takhta Kesultanan Banten guna menyingkirkan ayahnya.

Berkat jasanya, Cardeel diberi gelar Pangeran Wiraguna dan sejumlah hektare tanah.

Pada tahun 1689, ia pamit kepada Sultan Haji pulang ke Negeri Belanda.

Akan tetapi, Cardeel memilih tetap tinggal di Batavia dan menjadi tuan tanah kaya raya. 

Namanya yang bergelar Pangeran Wiraguna kini menjadi nama wilayah yang kita kenal sebagai Ragunan.

Di Kawasan ini orang Belanda bergelar pangeran itu dimakamkan. Bahkan, makamnya dikeramatkan bagi sebagian orang.

Versi Warga Asli

Cerita sejarah yang tertuang dalam buku karya Rachmat Ruchiat tidak diakui oleh warga asli sekaligus, juru kunci tempat petilasan Pangeran Wiraguna, Lia (45).

Menurut versi Lia yang mewakili warga asli Kampung Pekayon, sosok Pangeran Wiraguna bukan lah orang Belanda. 

Pangeran Wiraguna ialah keturunan Kerajaan Majapahit.

"Ia keturunan Raja Brawijaya V. Dia juga muridnya dari salah satu Walisongo, Sunan Gresik," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di kediamannya pada Kamis (3/12/2020).

Potret kawasan Ragunan sangat jauh berbeda dengan masa kini.

Dulu sewaktu Lia kecil, Ragunan masih seperti perkampungan. Lia mengenang masa kecilnya masih dikeliling embung dan sungai. Belum dibangun jalan raya. 

Petilasan itu, kenangnya, terletak lebih tinggi dari kebanyakan perkampungan di sana.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, letak petilasan kalah dengan tinggi bangunan di sekitarnya seperti apartemen dan mal Pejaten Village.

Imbas pembangunan, warga asli kampung tersebut banyak yang pindah tempat tinggal. Lia pindah pada tahun 1997 ke kawasan Jagakarsa.

Kini, akses masuk jalan itu pun terbilang sempit. Hanya bisa dilalui kendaraan roda dua saja.

Tempat Tidur Berkelambu

Pemprov DKI sempat membangun joglo dengan empat tiang di tempat petilasan itu disertai sebuah meja.

Pada tahun 2010, Lia kemudian membangun ulang tempat petilasan dari uang sumbangan para donatur.

Di tempat petilasan itu terdapat sebuah tempat tidur berkelambu.

Lia sebagai penjaga tempat keramat itu mengikuti pendahulunya.

Menurutnya, tempat tidur itu untuk duduk sang pangeran.

"Namanya seorang anak raja apa mungkin kita hanya letakkan satu bangku? Di mana-mana petilasan itu ada tempat tidur dan kelambu," jelasnya.

Lambat laun tempat petilasan itu dikelilingi oleh makam-makam warga sekitar serta dinaungi pepohonan rimbun nan tua.

Disambangi peziarah dari berbagai daerah

Berbagai peziarah datang demi menengok tempat petilasan Pangeran Wiraguna.

Mereka pun bukan hanya berasal dari Jakarta saja melainkan luar kota.

"Ada yang dari Kuningan sampai Jogjakarta," katanya.

Mereka rela datang jauh-jauh demi menemui Pangeran Wiraguna.

Kebanyakan, lanjut Lia, para peziarah mengetahui informasi dari media sosial, siaran televisi ataupun mulut ke mulut.

Baca juga: Riwayat Nama Ragunan dan Jejak Petilasan Pangeran Wiraguna di Jakarta Selatan

Baca juga: Pemkot Jaksel Pastikan Graha Wisata Ragunan Siap Tampung Pasien Covid-19

Baca juga: Disindir Adik Prabowo soal Ekspor Benur, Susi Pudjiastuti: Apa Urusannya yang Keliru?

"Kebanyakan yang datang jauh-jauh ke sini dapat dari mimpi. Mereka didatangi (pangeran) secara spiritual," ungkapnya.

Terlepas dari apapun maksud peziarah yang datang, Lia selalu menekankan tetap memohon kepada sang pencipta. 

Ziarah tempat petilasan ataupun makam menjadi perenungan akan kematian agar selamat dunia dan akhirat.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved