Pilkada Kota Tangsel

Ketika Perangkap Dinasti Banten Menjerat Koalisi PDIP-Gerindra Hingga PKS-Demokrat di Tangsel

Dominasi Dinasti Banten hendak digoyahkan oleh koalisi besar elit pusat melalui Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) 2020.

TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Benyamin Davnie - Pilar Saga Ichsan di Rumah Pemenangan, Villa Melati Mas, Serpong Utara, Rabu (9/12/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN - Dominasi Dinasti Banten hendak digoyahkan oleh koalisi besar elit pusat melalui Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) 2020.

Namun sayang, Golkar yang menjadi panji dinasti tersebut sudah kuat mengakar.

Dinasti Banten di Tangsel

Sejak Tangsel memisahkan wilayah dari Kabupaten Tangerang, Dinasti Banten sudah mulai ekspansinya.

Airin Rachmi Diany yang merupakan istri dari Tubagus Chaeri Wardana, atau Ipar dari Ratu Atut Chosiyah, adalah tokoh utamanya.

Bersama wakilnya, Benyamin Davnie, Airin memenangkan Pilkada Tangsel 2010. Saat itu Airin-Benyamin diusung Golkar, PDIP, PKS, Demokrat, PKB, PDS, PKPI dan PDP 

Kemenangan itupun berlanjut pada 2015. Airin-Benyamin menjabat periode keduanya. 

Kali itu, partai yang mengusung adalah Golkar, PKS, Nasdem, PAN dan PPP.

Setelah dua periode, kepemimpinan Airin berakhir. Kursi Tangsel 1 menjadi rebutan.

Dinasti Banten enggan melepaskan cengkramannya.

Benyamin Davnie yang sebelumnya menjabat wakil, ditunjuk menjadi calon wali kota. 

Sedangkan wakilnya adalah Pilar Saga Ichsan, putra dari Ratu Tatu Chasanah yang merupakan adik Ratu Atut Chosiyah.

Pilar seperti menjadi delegasi Dinasti Banten untuk mempertahankan Tangsel. 

Sejak 2019, perpolitikan di Tangsel sudah gemuruh, bahkan mungkin sudah dari sebelum itu.

Jabatan tertinggi di Tangsel menjadi terget utamanya.

Golkar deklarasikan pengusungan Benyamin-Pilar.

Partai besar lain di Tangsel mulai mencari-cari calon yang dinilai mampu menumbangkan pasangan yang sudah kuat dengan Golkarnya itu. 

Benyamin Davnie - Pilar Saga Ichsan di Rumah Pemenangan, Villa Melati Mas, Serpong Utara, Rabu (9/12/2020).
Benyamin Davnie - Pilar Saga Ichsan di Rumah Pemenangan, Villa Melati Mas, Serpong Utara, Rabu (9/12/2020). (TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)

Tidak tanggung-tanggung, PDIP, Gerindra, PSI, PAN dan Hanura mengusung Muhamad, mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Tangsel sebagai calon wali kota, dan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai wakilnya.

Muhamad dinilai memiliki elektabilitas yang paling mendekati Benyamin.

Sementara, Saraswati merupakan politikus muda Gerindra yang sebenarnya ranahnya sudah di tingkat nasional.

Pasangan calon Wali Kota Tangerang Selatan Haji Muhammad-Rahayu Saraswati melakukan silahturahmi ke kediaman Rano Karno,Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (1/12/2020).
Pasangan calon Wali Kota Tangerang Selatan Haji Muhammad-Rahayu Saraswati melakukan silahturahmi ke kediaman Rano Karno,Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (1/12/2020). (Istimewa/dokumentasi acara)

Ia merupakan anggota DPR RI periode 2014-2019. Saraswati juga merupakan keponakan Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra dan Menteri Pertahanan.

Koalisi gemuk dengan dua tokoh kaliber menjadi paket lengkap yang digadang-gadang akan merebut dominasi Dinasti Banten.

Sementara, tiga partai lain pemilik kursi di DPRD Tangsel yang tidak kalah besar, membentuk koalisi lain, poros ketiga.

Demokrat, PKS dan PKB, mengusung Siti Nur Azizah sebagai calon wali kota, dan Ruhamaben sebagai wakilnya.

Baca juga: Polisi Cari Rekaman CCTV Kasus Pencurian Spion Mobil Mewah di Jatinegara

Baca juga: Sesalkan Penembakan 6 Pengikut Habib Rizieq, Aboe Bakar Ungkit Ucapan Kapolri

Siti Nur Azizah merupakan putri dari Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Sedangkan, Ruhamaben adalah mantan pimpinan DPRD Tangsel, dan mantan Direktur Keuangan PT PITS, satu-satunya BUMD Tangsel.

Calon Wali Kota nomor urut 2, Siti Nur Azizah, di kediamannya di Kompleks Graha Taman, Bintaro Sektor 9, Pondok Aren, Tangsel, Rabu (9/12/2020).
Calon Wali Kota nomor urut 2, Siti Nur Azizah, di kediamannya di Kompleks Graha Taman, Bintaro Sektor 9, Pondok Aren, Tangsel, Rabu (9/12/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR)

Saraswati dan Azizah menjadi sorotan sekaligus tokoh utama rival sang petahana. 

Saraswati dinilai sebagai perwakilan Dinasti Prabowo Subianto, samentara Azizah membawa Dinasti Ma'ruf Amin di punggungnya.

Keduanya mengeroyok Benyamin-Pilar yang hanya diusung partai tunggal, Golkar.

Waktu berjalan, tahapan pendaftaran, kampanye hingga pemungutan suara berakhir pada Rabu (9/12/2020).

Hasilnya, Dinsti Banten tak terkalahkan. Beringin Golkar tetap berdiri subur di Tangsel. 

Meski proses penghitungan resmi KPU belum selesai, namun hasil hitung cepat sejumlah lembaga seperti sudah menjadi legitimasi. 

Indikator Politik Indonesia, Charta Politika dan LSI Denny JA kompak menunjukkan hasil senada bahwa pasangan nomor urut 3, Benyamin Davnie - Pilar Saga Ichsan mendapat suara terbanyak.

Sedangkan, pasangan nomor urut 1, Muhamad-Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, berada di posisi kedua.

Azizah-Ruhamaben, pasangan nomor 2, berada di posisi bontot.

Analisa Pengamat

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menganalisa kemenangan trah Atut.

Menurut Adi, kemenangan Benyamin-Pilar adalah sudah berdasarkan ramuan strategi politik yang matang.

Adi menjelaskan, Benyamin-Pilar yang hanya diusung satu partai, yakni Golkar, adalah sebuah strategi.

Dengan Golkar sebagai pengusung tunggal, maka partai lain otomatis akan membuat poros-poros koalisi lainnya.

Semakin banyak partainya, maka kemungkinan munculnya poros kedua dan ketiga semakin besar.

"Dia membiarkan partai di luar Golkar membentuk perkongsian untuk melawan. Kalau partainya disapu bersih jadi pendukung Benyamin-Pilar ya akan muncul dua poros."

"Hanya akan muncul dua poros, suatu hal yang sangat dihindari oleh dinasti," papar Adi kepada TribunJakarta.com, Kamis (10/12/2020).

Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu, jika hanya ada dua pasangan calon alias head to head, petahana, Benyamin-Pilar dipastikan akan kalah.

"Makanya, membiarkan partai tidak dirangkul atau hanya maju dengan Golkar itu bagian dari strategi politik mereka, dan berhasil," ujarnya.

Adi lebih jauh menjelaskan. Di Tangsel ada sekira 60% warga yang menginginkan pemimpin baru, sedangkan 40% sisanya, puas dengan kepemimpinan sebelumnya yang digawangi Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie, dengan motor utama Partai Golkar.

Jika 60% warga ini bersatu, maka petahana akan tumbang. Namun dengan strategi Golkar tanpa teman koalisi, akhirnya terbentuk dua poros lainnya dan 60% itu terbelah dua.

"Ada sekitar 60% masyarakat di Tangsel itu ingin perubahan dengan mengganti dominasi keluarga politik Airin, tapi yang semangat mengganti itu terbelah," paparnya.

"Kalau mau jujur, pertai di luar Golkar itu masuk perangkap strategi keluarga dinasti," imbuhnya.

Menurutnya, koalisi gemuk dengan asumsi akan banyak menjaring banyak pemilih sudah lama patah.

"Beberapa Pilkada di wilayah lain sudah membuktikannya. Sudah banyak kasus kok, banyak partai kalah, Depok misalnya, Surabaya contohnya," ujarnya.

Sementara, terkait nama Prabowo dan Ma'ruf Amin, menurut Adi, tidak benar-benar tercoreng atas kekalahan di Tangsel.

"Pak Kiai Ma'ruf enggak turun, Prabowo enggak turun cuma diasosiasikan saja."

"Biasa saja sih (kalah), karena banyak keluarga elit lain kalah, keluarga JK kalah, dua kali. Sebelumnya kalah dengan kotak kosong," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved