Calo Hasil Rapid Test di Stasiun Senen: Pengakuan Pelaku, Penjelasan Polisi hingga Bantahan KAI
Rapid test yang menjadi persyaratan wajib bagi pengguna transportasi umum bepergian jauh di masa pandemi Covid-29 dijadikan kesempatan bagi oknum calo
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Rapid test yang menjadi persyaratan wajib bagi pengguna transportasi umum bepergian jauh di masa pandemi Covid-29 dijadikan kesempatan bagi sebagian oknum untuk mencari keuntungan.
Seperti yang dilakukan tiga orang terduga calo hasil rapid test yang ditangkap anggota Polres Metro Jakarta Pusat di sekitar kawasan Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Minggu (20/12/2020) dini hari.
Ketiga calo diketahui bernama Agus Sukiyan, L Yuliman, dan Hendra Saputra.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menjelaskan, ketiga ditangkap saat tengah menawarkan jasa calo rapid test palsu kepada calon penumpang kereta api.
"Kami amankan tiga calo rapid test dini hari tadi sekitar pukul 01.30 WIB," ucapnya, Minggu (20/12/2020).
Yusri menjelaskan, awalnya pihak kepolisian mendapat pengaduan dari masyarakat soal maraknya calo hasil rapid di Stasiun Senen.
Polisi pun langsung melakukan penyelidikan dan berhasil meringkus tiga orang pelaku.
Ketiganya pun kini telah digelandang ke Mapolres Metro Jakarta Pusat guna penyelidikan lebih dalam.
Adapun dari tangan tiga orang pelaku, polisi menyita uang tunai Rp 142 ribu yang diduga hasil tindak percaloan.
"Dari pelaku Agus Sukiya kami amankan uang tunai Rp 100 ribu dan Yuliman uang tunai Rp 42 ribu," tuturnya.
Buru Klinik Terlibat Percaloan Rapid Test
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto mengatakan, pihaknya kini tengah menyelidiki klinik yang terlibat dalam praktek percaloan ini.
“Terkait kliniknya masih kami dalami lagi, saat ini belum bisa kami ekspos dulu,” ucapnya, Minggu (20/12/2020).
Penyelidikan juga dilakukan untuk menentukan unsur pidana yang dilakukan oleh ketiga pelaku yang diketahui berinisial HS (40), EY (34), dan AS (46).
Pasalnya, ketiganya diduga melakukan pemalsuan hasil tes cepat untuk para calon penumpang kereta api.
“Keterlibatan calo ini sementara masih sebagai (penyedia) jasa saja, tapi akan kami dalami apakah ada tindak pidananya," ujarnya dalam konferensi pers yang digelar di Mapolres Metro Jakarta Pusat.
Baca juga: 5 Obat Tradisional Ini Berkhasiat Meredakan Sesak Napas saat Kambuh, Yuk Catat!
Dalam menjalankan aksinya, Heru menyebut, ketiga pelaku memberi iming-iming rapid test cepat dengan hasil negatif kepada korbannya.
Heru mengatakan, biasanya para calo ini mengicar calon penumpang kereta api yang sedang terburu-buru dan ogah mengantre di fasilitas rapid test yang ada di Stasiun Senen.
"Sejak diwajibkan rapid (bagi calon penumpang kereta api) mereka cari celah, ada yang antre tidak sabar, lalu mereka menawarkan jasanya," kata dia.
Dibandingkan di fasilitas kesehatan resmi, biaya rapid test yang ditawarkan calo ini terbilang lebih mahal.
Calon penumpang pun harus merogoh kocek hingga Rp 190 ribu untuk mendapatkan surat hasil rapid test dengan hasil negatif.
Belum Ada Unsur Pidana
Hingga Minggu sore, polisi masih belum menemukan unsur pidana ketiganya.
"Akan kita dalami apakah ada tindak pidananya atau penyalahgunaan tentang rapid ini kami masih mohon waktu," ujar Heru.
Baca juga: Kisah Ayah Mempelai Wanita Meninggal di Hari Pernikahan, Saat Resepsi Kedatangan Mobil Jenazah
Heru mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan.
Hingga saat ini belum ada pasal yang dijatuhkan terhadap tiga terduga pelaku calo rapid test tersebut.
"Kita masih melakukan penyelidikan, jadi belum bisa kita nyatakan apa-apa," ucap Heru.
Begitu juga terkait klinik tempat ketiga terduga pelaku mengantarkan korban-korbannya untuk melakukan rapid test.
"Masih kita dalami lagi. Karena kalau kita ekspose bubar (kliniknya) nanti," kata dia.
Heru mengimbau kepada masyarakat agar mencari tempat rapid test yang memiliki validasi sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan dan tidak membawa penyakit saat bepergian.
Tanggapan KAI
Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo mengklaim bahwa pihaknya sudah mencegah calo di kawasan Stasiun Senen.
Salah satu upayanya PT KAI yakni tidak menerima surat keterangan sehat (SKS) dari tiga klinik di sekitar Stasiun Senen.
Didiek Hartantyo mengatakannya saat konferensi pers di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, terkait persiapan angkutan mudik Natal dan Tahun Baru 2021, Minggu (21/12/2020).
Baca juga: Bantu Lepas Cincin di Paha Burung Dara, Petugas Damkar Ciganjur Inovasi Buat Alat Evakuasi Baru
Dia memastikan bahwa para calo itu beraksi di luar kawasan stasiun sehingga hal itu menjadi kewenangan jajaran Polda Metro Jaya untuk menindaknya.
"Kami mempersilakan upaya Polda Metro memberantas calo di luar stasiun. Sementara di dalam stasiun akan kami jaga," ujarnya dalam konferensi pers Minggu (20/12/2020).
Stasiun Senen juga sudah menerapkan kebijakan baru pencegahan calo di stasiunnya.
Mereka sudah menyelidiki tiga klinik di sekitar Stasiun Senen yang bekerja sama dengan calo.
"Maka surat keterangan sehat dari tiga klinik itu tidak berlaku di Stasiun Senen," ujarnya.
Namun dia tidak merinci nama ketiga klinik tersebut.
PT KAI juga akan menambah jumlah petugas rapid test di Stasiun Gambir dan Stasiun Senen.
Mulai Minggu (20/12/2020) fasilitas rapid test di kedua stasiun itu akan buka sampai malam hari.
Lima petugas rapid test pada siang hari dan lima petugas rapdi test saat sore hari.
"Jadi dalam sehari ada 10 petugas rapid test kami siagakan," ujarnya.
Pengawasan terhadap penyebaran pandemi virus corona itu menyusul terjadinya peningkatan jumlah penumpang jelang mudik Natal dan Tahun Baru 2021.
Didiek Hartantyo memastikan bahwa sampai saat ini keberangkatan dengan kereta api masih mensyaratkan rapid test antibodi.
Menurut dia, penumpang belum diwajibkan ikuti rapid test antigen.
Hal itu mengacu pada surat edaran Kementerian Perhubungan Nomor 9 Tahun 2020.
"Jadi kami memastikan perjalanan dengan kereta api sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku. Kami juga sediakan face shield kepada setiap penumpang," katanya.
Pengakuan Pelaku
Salah satu pelaku calo rapid test berinisial EY (34) menampik memberikan surat rapid test abal-abal.
Dia mengatakan bahwa dirinya hanya menawarkan jasa antar ke klinik rapid test di dekat Stasiun Senen.
EY mengaku sudah menawarkan jasa rapid test sejak kebijakan rapid test diberlakukan pemerintah.
"Saya bukan calo. Saya ngojek. Hanya tawarkan jasa rapid test saja kalau memang ada yang butuh," ujar EY ditemui di Polres Metro Jakarta Pusat, Minggu (20/12/2020).
Dia mengaku kerap memakai jaket ojek online ketika menawarkan jasa rapid test. Namun jaket itu milik temannya karena dia sudah bukan pengemudi ojek online lagi.
EY juga menampik memaksa penumpang menawarkan jasa rapid test.
Menurut EY, dia hanya membantu penumpang yang membutuhkan rapid test saat fasilitas rapid test di Stasiun Senen sudah tutup.
Biasanya penumpang yang diincar EY adalah penumpang yang melakukan perjalanan kereta saat malam hari ketika fasilitas rapid test di stasiun sudah tutup.
"Kalau ada satpam misalnya melihat penumpang tidak bisa berangkat karena belum rapid test, maka saya antarkan," kata EY.
Jasa yang ditawarkan EY untuk antar pulang pergi ke klinik rapid test ialah Rp 50.000. Sementara jasa rapid test dari klinik Rp 95.000.
"Saya hanya tawarkan jasa antar saja Rp 25.000 sekali jalan. Bolak-balik Rp 50.000 ribu," ujarnya.
EY mengaku memberikan jasa itu hanya ikut-ikutan pengemudi ojek lain yang juga menawarkan jasa di Stasiun Senen.
Dia memastikan bahwa rapid test yang dipakai penumpangnya merupakan rapid test resmi.