Disindir Najwa Shihab Karena Minta Prabowo Mundur Jadi Menhan, Arief Poyuono: Saya Nunggu Dipecat

Arief Poyuono mendapatkan sindiran telak dari jurnalis Najwa Shihab karena permintaannya agar Pravowo Subianto mundur menjadi Menteri Pertahanan.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Siti Nawiroh
YouTube/Najwa Shihab
Arief Poyuono kena sindiran Najwa Shihab. 

Arief Poyuono lantas menjelaskan, alasan dirinya ngotot meminta Prabowo untuk mundur.

Arief menilai, seharusnya Prabowo selaku Ketua Umum Gerindra menegur para bawahannya soal izin ekspor benur lobster.

Baca juga: Kata Rizky Billar soal Kabar Pengajian Digelar Besok di Rumah Lesty Kejora: Doain Aja

"Kenapa saya meminta dia mundur, pertama, kan tahu di media massa di mana pun, yang mendapatkan izin ekspor benur lobster itu kan orang Gerindra paling banyak."

"Ya harusnya kan pak Prabowo menegur, kalau dia ingin mengabdi benar dengan pak Jokowi dan mengikuti kata pak Jokowi 'jangan korupsi!' lah dia harus bisa dong memberesi barisan partainya, partai saya sendiri," tegas Arief.

Untuk itu, Arief Poyuono menilai Prabowo gagal dan menurutnya keputusan terbaik yang bisa diambil Prabowo saat ini adalah mundur dari Menteri Pertahanan.

"Artinya dia gagal, kalau gagal ya jalan terakhir ya harus mundur, malu lo ya istilahnya, kita cuman punya dua menteri, yang satu kena KPK. lah Prabowo nanti kalau rapat kabinet apa gak malu ditanya pak Jokowi, misalnya ditanya begini, 'Mas Bowo piye itu mas Edhy kok iso ngono' lah kan malu, kalau saya sih malu, pasti Prabowo juga gak bisa jawab," terang Arief.

Sebelumnya,  Arief Poyuono mengapresiasi kinerja KPK yang menangkap Edhy. 

Baca juga: Punya Suami Konglomerat, Begini Pengorbanan Nia Ramadhani Jadi Penari Kostum Boneka Demi Mikhayla

"Edhy Prabowo ditangkap KPK semua ini membuktikan kalau KPK betul betul engine penangkap koruptor yang paling terbaik di indonesia. Semua masyarakat harus mendukung KPK terkait penangkapan kader Gerindra terbaik dan sangat dekat dengan Prabowo Subianto," katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/11).

Menurutnya, ini pelajaran sekaligus tamparan keras bagi Prabowo sebagai bos besar Edhy Prabowo. Ternyata, ujar Arief, mulut Prabowo Subianto yang sudah berbusa-busa mengatakan korupsi di Indonesia sudah stadium empat malah bertolak belakang.

"Ternyata justru Edhy Prabowo anak buahnya dan asli didikan Prabowo sendiri justru menjadi menteri pertama di era Jokowi yang terkena operasi tangkap tangan," terangnya.

Arief menuturkan, harusnya sejak awal Prabowo Subianto yang menginginkan Indonesia bersih dari KKN, agar mengingatkan dan melarang para kadernya serta keluarganya tidak memanfaatkan kekuasaan untuk berbisnis.

"Contoh saja izin ekspor lobster banyak yang diberi izin kepada perusahaan perusahaan yang berkaitan dengan kader Gerindra dan keluarga. Tapi nyata justru mendiamkan saja dan bisu seribu bahasa," tegasnya.

Dengan ditangkapnya Edhy prabowo, kata Arief, sudah tamat cita-cita Prabowo jadi Presiden Indonesia. Serta akan berpengaruh terhadap elektabilitas partai Gerindra.

Dengan itu, Prabowo Subianto harus bertanggung jawab kepada masyarakat pemilih Gerindra atas ketidakmampuan menjaga disiplin para kadernya. Hingga berpotensi besar menghancurkan marwah partai.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved