Antisipasi Virus Corona di Tangsel
Pengusaha Indekos di Tangsel Siap Tampung Pasien Covid-19, Asal Harga Naik
Sejumlah pengusaha indekos setuju kebijakan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, yang ingin indekos dijadikan tempat isolasi pasien Covid19
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT TIMUR - Sejumlah pengusaha indekos menanggapi wacana kebijakan Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Airin Rachmi Diany, yang ingin indekos dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19.
Fajri Kennedy, pemilik indekos Wisma Bunda, di bilangan Jalan Haji Dalih, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Tangsel, menyambut wacana Airin.
Fajri setuju indekosnya jadi tempat karantina pasien Covid-19 asal dengan syarat harga yang cocok.
Ia menyadari indekosnya sedang sepi.
Sejak wabah Covid-19 melanda, para penghuni yang mayoritas mahasiswa memilih untuk pulang kampung.
Dari 20 pintu indekos, hanya delapan yang terisi.
"Kalau saya sebagai pemilik kosan, selama itu, ya tahu sendiri kan sekarang kos-kosan juga sudah sepi. Kalau memang itu bisa menjadi satu solusi buat membantu keuangan pemilik kos, enggak masalah selama dibayar," ujar Fajri, Minggu (27/12/2020).
"Ya karena ini menyangkut keselamatan, pasti ada kenaikan harga lah," tambahnya.
Selain perkara harga, Fajri juga ingin jika kebijakan penanganan Covid-19 itu diterapkan, dasar hukumnya harus jelas.
Baca juga: Damkar Tangsel Selamatkan Kucing yang Tercebur ke Sumur 15 Meter, Evakuasi Pakai Alat Khusus
"Ya harus jelas hitam di atas putihnya, dasar hukumnya harus jelas, kebijakannya hsrus jelas, dia datang digunakannya untuk apa, ya nanti kalau sudah selesai harus jelas juga kan karena virus harus dibersihin lagi," ujarnya.
Pun terkait sosialisasi terhadap warga sekitar, Fajri ingin Pemkot Tangsel bergerak memberikan pemahaman.
"Ya kalau memang ada kebijakan gitu, berarti tugas Pemkot lah yang sosialisasi ke warga, misalnya kos-kosan dibutuhkan untuk isolasi, mereka yang punya wewenang kan ya," kata dia.
Fajri sendiri mengaku tidak takut dengan penularan Covid-19 yang menurutnya tidak lebih bahaya dari tifus dan demam berdarah.
"Kenapa harus takut, kan Covid-19 sama kaya flu sekarang, menurut saya ya, 14 hari kita bisa sembuh kok," tukasnya.
Sementara, tanggapan berbeda disampaikan Mirnawati, pengusaha indekos di bilangan Jalan Haji Samiin, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangsel.
Mirnawati menolak lantaran kondisi indekosnya berada di kawasan padat penduduk.
"Saya sebagai pemilik kosan tidak setuju karena kosan itu adanya (di lokasi) padat penduduk," kata Mirnawati.
Baca juga: 5 Hari Dilantik Jadi Menparekraf, Sandiaga Uno Blusukan ke Bali: Cek Prokes di Bandara Ngurah Rai
Ia takut usaha indekosnya akan sepi usai kebijakan itu diterapkan.
Pasalnya, warga sekitar indekos masih sensitif dengan virus ganas itu.
"Apabila pasien covid-19 ada di kos yang ada di padat penduduk usaha saya kemungkinan akan sepi selanjutnya, walaupun untuk covid-19 tempat kosanya dibayar mahal, karena dampak dari covid-19 itu amatlah sangat sensitif kepada penduduk, bahwa terkena covid-19 akan menular," ujar pemilik indekos enam pintu itu.
Diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, Wali Kota Airin mewacanakan akan memberdayakan indekos menjadi tempat isolasi pasien Covid-19.
Hal itu diutarakan Airin saat menjawab pertanyaan tentang evaluasi banyaknya penderita Covid-19 yang meninggal karena isolasi mandiri tidak maksimal.
Terlebih, kapasitas Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Tangsel yang menjadi tempat karantina terpusat, semakin menipis.
Data Rabu (23/12/2020), kapasitas RLC yang sebanyak 150 tempat tidur, sudah terisi 102 pasien. Sedangkan, jumlah pasien terus bertambah pada kisaran 10 orang setiap harinya.
Baca juga: Sederet Fakta Kecelakaan Maut di Pasar Minggu: Ada Pemukulan Oleh Polisi, CCTV Jadi Bukti
Pengelola hotel yang juga sempat dimintakan untuk menjadi tempat karantina, menolak karena jumlah okupansi tengah bertumbuh.
Menurut Airin, indekos menjadi tempat ideal untuk karantina terpusat karena kondisinya saat ini sedang sepi.
Diketahui, indekos yang karib dengan mahasiswa sebagai penghuninya, sedang menjalani kuliah secara online atau daring.
Kebanyakan mahasiswa meninggalkan indekosnya dan kuliah dari rumah atau kampung halamannya.
"Sekarang kan kos-kosan (indekos) sepi, itu bisa dimasukkan ke kita karena program isolasi mandiri tersentral itu kan biayanya dari pemerintah pusat," ujar Airin usai memantau persiapan misa Natal di Gereja Santo Laurensius, Pakulonan, Serpong Utara, Kamis (24/12/2020).
Airin berpendapat, dengan pembiayaan dari pemerintah pusat, indekos yang beralih fungsi menjadi tempat isolasi pasien Covid-19 bisa menghidupkan perekonomian.
Baca juga: Bocah 7 Tahun di Makassar Diculik Saat Bermain,Ditukar 2 Tabung Gas Melon,Pelaku Beri Uang Rp10 Ribu
"Program ini sebenernya kan pemerintah pusat mendorong supaya timbul ekonomi pulih di hotel. Tapi ternyata di Tangsel kan aktivitasnya baik."
"Oleh karena itu saya minta di indekos untuk tempat guest house atau yang lainnya yang bisa dikerjasamakan dengan program yang dikerjakan pemerintah pusat melalui kita pemerintah daerah," paparnya.