Dicabuli Ayah Tiri di Waktu Subuh, Gadis 14 Tahun di Bekasi Trauma hingga Sempat Kabur Dari Rumah

adis berusia 14 tahun berinisial RH diduga dicabuli ayah tirinya sendiri, kasus tersebut kemudian dilaporkan ke Polres Metro Bekasi Kota

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Wahyu Aji
Kompas.com
Ilustrasi 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN - Gadis berusia 14 tahun berinisial RH diduga dicabuli ayah tirinya sendiri, kasus tersebut kemudian dilaporkan ke Polres Metro Bekasi Kota untuk mengungkap pelecehan seksual ke anak di bawah umur.

MW ayah kandung korban merupakan sosok yang malaporkan dugaan kasus pencabulan ke Mapolres Metro Bekasi Kota pada, Kamis (24/12/2020) lalu.

Terlapor dalam kasus ini berinisial BTW, laki-laki yang sejak beberapa tahun silam menjadi ayah tiri korban dan tinggal serumah setelah menikah dengan ibu kandungnya.

Baca juga: Alami Trauma, Gadis Korban Pencabulan oleh Ayah Tiri di Bekasi Sempat Kabur dari Rumah

Baca juga: Gadis 14 Tahun di Bekasi Dicabuli Ayah Tiri di Waktu Subuh, Tidur Satu Ruangan di Rumah Kontrakan

"Saya berharap kasus ini dapat ditindaklanjuti sampai tuntas," kata MW saat dikonfirmasi, Rabu (30/12/2020). 

Dia menjelaskan, dugaan pencabulan diketahui setelah putrinya bercerita kerap mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari pelaku.

"Sepertinya anak saya sudah tidak nyaman, makanya dia berani cerita ke saya seperti itu," ungkap MW.

Putrinya diketahui kerap mendapatkan pelecehan seksual dari terlapor berinisial BTW, kejadian ini sudah dirasakan sejak November 2020 silam.

"Pengakuan anak saya, anak saya sering dicabuli menjelang subuh, kejadiannya hampir setiap hari di bulan November (2020)," tuturnya.

Adapun MW dengan sang anak terpaksa tinggal terpisah setelah bercerai, putrinya memilih hidup bersama ibunya yang kemudian menikah dengan BTW.

"Sudah pisah sejak anak saya kelas 6 SD, dia memilih untuk ikut ibunya," tuturnya.

Setelah kejadian pelecehan seksual yang kerap diterima RH, dia mengambil alih hak asuh putrinya sementara waktu agar dapat memulihkan trauma yang diderita.

"Demi keamanan, saya bawa anak saya tinggal sama keluarga saya di rumah saya, karena dia merasa terganggu selama ini setelah kejadian itu (pencabulan)," terangnya. 

Dicabuli Tiap Subuh

Ketua LBH Bintang Srikandi Indonesia, Mefiana Melian mengatakan, korban tinggal di rumah kontrakan di daerah Pekayon Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi.

Di rumah kontrakan tersebut, ia tinggal bertiga degan ibu kandung dan terlapor yang merupakan ayah tiri RH.

Tindakan pelecehan seksual kerap dilakukan BTW di waktu subuh, saat sang ibu bangun dari tempat tidur untuk menunaikan salat.

"Jadi di rumah itu cuma ada satu kamar, mereka tidur di satu ruangan, kejadiannya sering dilakukan subuh saat ibunya salat," kata Mefiana, Rabu (30/12/2020).

Terlapor dalam kasus ini berinisial BTW, melakukan tindakan pelecehan seksual dengan meraba-raba bagian dadan dan memegang organ vital korban hingga tangannya masuk ke dalam celana.

"Dari keterangan korban kejadian ini sudah dilakukan sekitar lima kali, sejak November 2020," tegasnya.

Sempat Kabur dari Rumah Akibat Trauma

Ketua LBH Bintang Srikandi Indonesia, Mefiana Melian mengatakan, korban mengalami trauma dan ketakutan yang mendalam.

Bahkan saking takutnya, dia kabur dari rumah kontrakan tempatnya tinggal dengan ayah tiri ke rumah neneknya yang berada di daerah Pondok Kopi, Jakarta Timur.

"Sempat kabur ke rumah neneknya, karena dia takut tinggal bersama ayah tirinya setelah kejadian pencabulan itu," kata Mefiana, Rabu (30/12/2020).

Sebelum kabur dari rumah kontrakan yang berada di Pekayon Jaya, Kota Bekasi, korban sempat cerita ke ibu kandungnya.

Tetapi saat itu, sang ibu belum bisa berbuat banyak sehingga dia memutuskan meninggalkan rumah dan bercerita ke ayah kandungnya.

"Pertama dia ngomong sama ibunya, cuma ibunya nggak bisa bertindak karena ibunya juga takut sama bapaknya (ayah tiri)," tuturnya.

Mefiana menambahkan, saat pertama kali pihaknya meminta keterangan, korban masih sangat trauma dan takut berkomunikasi.

"Pertama kali kota interogasi korban seperti orang ketakutan dan tidak mau berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved