Kata Rocky Gerung ketika Tahu Tempe Terancam Langka, Sebut Rakyat 2 Kali Menderita Dalam Satu Bulan

Pengamat politik Rocky Gerung buka suara mengenai kenaikan harga kedelai impor di pasaran hingga tahu tempe terancam langka.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Siti Nawiroh
TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Reaksi Rocky Gerung ketika tahu tempe terancam langka imbas harga kedelai naik. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Rocky Gerung buka suara mengenai kenaikan harga kedelai impor di pasaran hingga tahu tempe terancam langka.

Hal ini terjadi lantaran perajin tahu tempe di DKI dan Jawa Barat melakukan aksi mogok produksi yang berlangsung sejak Kamis (31/12) hingga Minggu (3/1).

Para pengrajin tahu dan tempe itu melakukan aksi mogok produksi dengan harapan pemerintah mendengar keluhan sehingga mengeluarkan kebijakan agar harga kedelai bisa kembali normal.

TONTON JUGA:

Aksi mogok produksi yang dilakukan pengrajin tempe dan tahu anggota Pusat Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Puskopti) ini telah mendapat persetujuan dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo).

Baca juga: Atta Halilintar Cerita Perbedaan Prinsip dengan Aurel Hermansyah Meski Sama-sama Cinta

"Sejalan dengan hal tersebut, dengan ini kami pengurus Gakoptindo mendukung langkah dan upaya yang dilakukan Puskopti DKI Jakarta dan Jawa Barat untuk melakukan mogok produksi," tulis Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin Aip pada surat edaran Gakoptindo, Jumat (1/1/2021).

FOLLOW JUGA:

Dalam surat tersebut Aip juga meminta agar para perajin tempe tahu di seluruh Indonesia tetap menjaga kekompakan, kebersamaan, dan menghindari perbuatan anarkis yang merugikan.

Dilansir dari vlog terbarunya pada Senin (4/1), Rocky Gerung menilai, tahu dan tempe merupakan makanan pokok masyarakat.

"Karena kita impor maka mengikuti kurs yang ditetapkan. Tetapi bisa juga mengenai kartel, dimana kita memasuki pasar perdagangan bebas," ucap Rocky Gerung.

Baca juga: Saling Sindir dengan Revina Gegara Video Cium 24 Pria, Kiky Saputri Berikan Kata-kata Bijak

Untuk itu, Rocky Gerung meminta Pemerintah dan pihak terkait untuk mencari tahu penyebab pasti dari kenaikan harga kedelai tersebut.

"Ini darurat perut, bukan darurat hukum saja. Mengenai siapa yang memainkan harga kedelai dan sebagainya, itu gak pernah dijelaskan pemerintah," imbuh Rocky Gerung.

Taruno, pedagang tempe saat ditemui di lapak dagangannya di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (31/12/2020). Ia dan pedagang tempe lainya bakal ikut mogok bersama produsen tahu tempe pada 1-3 Januari 2021, menyusul tingginya harga kedelai.
Taruno, pedagang tempe saat ditemui di lapak dagangannya di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (31/12/2020). Ia dan pedagang tempe lainya bakal ikut mogok bersama produsen tahu tempe pada 1-3 Januari 2021, menyusul tingginya harga kedelai. (TribunJakarta.com/Bima Putra)

Rocky menyatakan, kasus harga kedelai impor yang meroket kerap kali terjadi sekitar 3-4 tahun sekali di Indonesia.

"Langka tempe tahu dan kedelai itu tiap kali terjadi. Jadi saya merasa masyarakat dibebani kecemasan politik, kekerasan dan kebutuhan dasar. Kepanikan ini benar-benar nyata. Ini menyangkut hajat hidup semua orang. Pemerintah tak pernah memikirkan hal ini," aku Rocky Gerung.

Lebih lanjut, Rocky Gerung menuturkan, masyarakat ingin mencari tahu penyebab pasti dari kenaikan harga kedelai impor yang berimbas pada tahu tempe langka.

Baca juga: Raffi Ahmad Belikan Mobil Mewah untuk Dimas Ramadhan Tapi Ajukan Syarat Ini: Biar Ada Tanggungjawab

"Ini soal hajat hidup orang jadi harus diperhatikan. Negara harus melindungi masyarakat yang paling rentan untuk mengonsumsi kebutuhan hariannya, jadi harus ada cadangan tempe dan tahu. Pemerintah bertanggungjawab penuh," beber Rocky Gerung.

Rocky menegaskan, Presiden Jokowi harusnya mendahulukan untuk mengurusi kartel yang membawahi bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

Rocky Gerung
Rocky Gerung (Kompas.com/Sherly Puspita)

"Bayangkan misalnya bahan pokok tidak ada dan kita mengalami bencana, jadi bertambah lagi beban rakyat. Ini Negara kekurangan kedelai atau kelebihan keledai? Ini berimbas panjang, apa yang negara sediakan pada rakyat?,"

"Ini satu bulan sudah dua kali menderita rakyat, bansosnya dikorupsi, terus harga tahu tempe dipermainkan,"tegas Rocky Gerung.

Rocky berharap agar Pemerintah mengingat janjinya untuk melakukan perlindungan dasar terhadap rakyat atas bahan pokok.

Baca juga: Teriakan Anak Ungkap Dugaan Mesum Ibunya dan Pria Beristri, Pelaku Sontak Dimandikan Air Sungai

"Ini intinya perlindungan dasar bahan pokok. Pemerintah harusnya mengantisipasi kalau emak-emak belum mendapatkan tahu tempe, tetapi sepertinya Pemerintah fokusnya tak disitu, lebih fokus pada stabilitas politik," beber Rocky Gerung.

Jamin pasokan aman

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menegaskan, stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat.

“Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin,” ujar Suhanto dikutip dari Kontan.id.

FOLLOW JUGA:

Suhanto menilai faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia diakibatkan lonjakan permintaan kedelai dari Tiongkok kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia.

Baca juga: Tajir Melintir, Nikita Willy dan Indra Priawan Ternyata Punya Keinginan Sederhana di 2021

Pada Desember 2020 permintaan kedelai Tiongkok naik 2 kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

Ia berharap importir yang masih memiliki stok kedelai dapat terus memasok secara kontinu kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikan harga.

“Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas. Penyesuaian harga dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang,” ujar Suhanto. (*)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved