Antisipasi Kelangkaan Tahu Tempe, Pemprov DKI Dorong Penggunaan Kedelai Lokal
Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta bakal menonjolkan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pokok
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Imbas kenaikan harga kedelai impor, terjadi kelangkaan tahu dan tempe di pasar tradisional maupun modern.
Pasalnya, banyak produsen tahu tempe yang memutuskan mogok dan menghentikan proses produksi sebagai bentuk protes atas kenaikan kedelai.
Terkait hal ini, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta bakal menonjolkan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pokok pembuatan tahu tempe tersebut.
"Kedelai lokal saat ini baru mencukupi 30 persen kebutuhan kedelai dalam antisipasi kebutuhan kedelai impor," ucap Plt Kadis KPKP Suharini Eliawati, Selasa (5/1/2021).
Dari hasil pemantauan yang dilakukan DKPKP DKI Jakarta sejak pada 4 Januari 2021 lalu, produk tahu tempe sudah mulai dijual kembali dipasaran.
Baca juga: MYD Berstatus Tersangka Namun Belum Ditahan, Ini Penjelasan Polisi
Baca juga: 7.000 Tenaga Medis di Kabupaten Tangerang Terdaftar Penerima Vaksin Covid-19 Tahap Awal
Baca juga: Paket Kokain Seberat 122,2 Gram yang Dikirim dari Jerman Adalah Produk Kolumbia
Meski demikian, terjadi peningkatan harga hingga 20 persen dibandingkan sebelumnya.
"Hasil pantauan kami pada 4 Januari 2021 di pasar tradisional, produk tahu dan tempe sudah ada di pasar dengan penyesuaian harga. Ada kenaikan sekitar Rp 2.000," ujarnya.
Anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini menuturkan, peningkatan harga tidak terelakan lantaran ada kenaikan harga kedelai dunia.
"Kenaikan kedelai impor memang sebagai dampak dari kenaikan harga kedelai dunia akibat Cina meningkatkan kuota impornya sebesar 60 persen," kata dia.
Untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran, DKPKP DKI pun bekal mendorong penggunaan kedelai lokal.