Sisi Lain Metropolitan
Cerita Retno dan 3 Rekannya Galang Dana Untuk Bantu Lunasi SPP dan Perbaiki Motor Tetangganya
Berawal dari tugas kuliah, Retno dan tiga rekannya melakukan galang dana dengan buka donasi untuk bantu sesama.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Berawal dari tugas kuliah, Retno dan tiga rekannya melakukan galang dana dengan buka donasi untuk bantu sesama.
Retno, Salma, Safina dan Hany merupakan mahasiswa semester lima di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka.
Selama semester 5, keempatnya mengambil materi pemberdayaan kemuhammadiyahan kaum dhuafa, sebagai pemenuhan mata kuliah di semester tersebut.
Bermula dari situ, keempatnya mencari target yang akan diberikan bantuan berupa keperluan mereka.
Target yang dicari oleh keempatnya justu para warga atau tetangga yang ada di sekitar rumahnya.
Yap, sebagai pemula penggalang dana, mereka memilih membantu sesama yang berasal dari lingkungan sekitar ketimbang yang jauh lebih dulu.
Keempatnya berpikir bahwa bila disekeliling mereka rupanya banyak yang membutuhkan.
"Akhirnya masing-masing dari kita mencari target. Dipilih dan diseleksi sampai ketemu 3 target yang benar-benar kehidupannya sulit apalagi di tengah pandemi," jelas Retno kepada TribunJakarta.com, Kamis (7/1/2021).
Merasa semuanya memiliki kehidupan yang memilukan, membuat keempatnya dilema akan membuka donasi untuk siapa.
Setelah beberapa hari berselang akhirnya dipilihlah target bernama Jenal yang tinggal di Jalan Proklamasi, RT 2 RW 4, Tanjung Mekar, Karawang, Jawa Barat.
"Akhirnya kita merasa Pak Jenal yang paling layak. Ekonomi keluarganya terdampak pandemi hingga SPP anaknya menunggak," lanjutnya.
Survei
Meski pemula, keempatnya tak asal dalam menggali cerita targetnya.
Tak hanya satu dua hari saja, pendekatan yang mereka lakukan sampai seminggu.
Keempatnya menggali kisah pilu dari Jenal yang merupakan pedagang sayur keliling.
"Karena ini dekat rumah teman kami, jadi disurvei juga. Pasti untuk kendala ya ada aja. Apalagi kan kita mau galang dana secara serius, walaupun ini pemenuhan mata kuliah," jelas Retno.
Retno menegaskan dana yang dapat akan diserahkan kepada keluarga Jenal guna pelunasan SPP satu dari empat anaknya, Sofiah.
Selain itu, dana tersebut digunakan juga untuk membantu mengembangkan usaha Jenal.
"Jadi untuk sistem survei targetnya itu kami mandiri mencari orang-orang yang kemungkinan kita bantu melalui pengembangan usahanya," ujan Retno.
Baca juga: Eks Ketua RT Sebut Acara Maulid Nabi di Petamburan Jalankan Protokol Kesehatan
Baca juga: Mayat yang Ditemukan Mengambang di Pintu Air Manggarai Diduga Telah Tewas Sejak 3 Hari Lalu
Baca juga: Sudinhub Jakarta Utara Derek 2.354 Kendaraan dari 27 Titik Rawan Parkir Liar Sepanjang 2020
Pada awal survei, penolakan sempat dilayangkan untuk keempatnya.
Secara ramah dan sopan, Jenal menolak untuk dibantu dalam bentuk donasi seperti ini.
Alhasil, mereka berempat memerlukan waktu lebih lama untuk pendekatan.
Secara perlahan dan pantang menyerah, keempatnya mendatangi kediaman Jenal.
Sekali dua kali penolakan tak menjadi penghalang mereka untuk menyerah.
Niat membantu yang menggebu semakin membuat keempatnya merasa tertantang.
"Pas terjun langsung rasanya lebih ke deg-degan sama khawatir sih, soalnya takut Pak Jenal menolak untuk diwawancara, takut ngeblank juga sama poin-poin yang mau ditanyakan," sahut Salma.
Berbuah manis, akhirnya Jenal mau berbagi cerita dan bersedia menjadi target mereka.
"Akhirnya Pak Jenal mau dan baru 3 hari donasi dibuka, sudah masuk Rp 500 ribu. Di mana Rp 200 ribu itu. Target kami Rp 1 juta. Jadi kalau ada lebihnya akan diberikan untuk Pak Jenal modal jual sayuran," jelasnya.
Sekilas tentang target
Tak sembarangan, Retno mengatakan Jenal memiliki ekonomi yang cukup memprihatinkan.
Jenal Arifin atau akrab disapa Jenal merupakan pedagang sayur keliling.
Di usia senja, ia masih harus bekerja untuk menafkahi istri dan empat anaknya.
Tiap sore hingga pukul 22.00 WIB, ia harus menjajakan sayur yang dibelinya di pasar.
Naas, motor yang menjadi kendaraan utamanya kerap mogok.
Terlebih ketika hujan, motor tersebut kerap mogok dan Jenal harus mendorongnya ke bengkel.
"Kami merasa Pak Jenal sudah target yang cocok. Karena motor yang jadi kendaraan utamanya justru kerap mogok pas dibawa berjualan," ungkapnya.
Kisah lainnya yang membuat keempatnya iba saat mengetahui Sofiah yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih menunggak bayaran sebesar Rp 200 ribu.
Meski bagi sebagian orang tak terlalu banyak, tapi bagi Jenal uang tersebut sulit sekali didapatkan.
"Mirisnya anaknya itu belum bayar SPP. Jadi semoga dengan adanya galang dana ini bisa membantu Pak Jenal," jelasnya.
Saat ini, keempatnya masih fokus pada dana untuk Jenal dan belum berencana melanjutkan donasi lainnya.
"Ini memang awalnya karena tugas kuliah. Kemudian kami terjun dan menjadi banyak bersyukur. Biasanya banyak mengeluh sekarang pikiran kami jauh lebih terbuka. Namun bila ada kesempatan untuk membantu sesama di kemudian hari akan kami pikirkam kembali untuk membuka donasi," tandas Retno.