Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Penumpang Sriwijaya Air Terbang Menggunakan Identitas Orang Lain, Ini Penjelasan Pihak Bandara

Kartu Tanda Penduduk (KTP) milik beatrice digunakan oleh temannya bernama Shelfi Ndaro untuk terbang ke Pontianak bersama kekasihnya Felix Wenggo

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Muhammad Zulfikar
Angkasa/dok. boeing
Sriwijaya Air 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Aviation Security (Avsec) Bandara Soekarno-Hatta tengah mendalami dan mengumpulkan informasi di lapangan terkait kasus Sarah Beatrice Alomau.

Diberitakan sebelumnya, Sarah Beatrice Alomau kaget tak habis pikir kalau namanya tercatat sebagai manifes penumpang Sriwijaya Air dengan kode penerbangan SJ182.

Padahal wanita asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu tidak terbang dan masih hidup sampai detik ini.

Usut punya usut, Kartu Tanda Penduduk (KTP) milik beatrice digunakan oleh temannya bernama Shelfi Ndaro untuk terbang ke Pontianak bersama kekasihnya Felix Wenggo.

Perihal kejanggalan soal lolosnya keamanan dan pemeriksaan dokumen identitas oleh petugas di Bandara Soekarno-Hatta, Avsec mengaku sedang melakukan pendalaman.

"Untuk kasus itu kita sudah lakukan penyelidikam dan pendalaman, informasi-informasi di lapangan masih dikumpulkan. Selanjutnya kami infokan lagi," ujar Senior Manager Aviation Security (Avsec) Bandara Soekarno-Hatta , Okka Setiawan saat dikonfirmasi, Selasa (12/1/2021).

Sampai detik ini pihaknya masih berkoordinasi dengan stakeholder terkait di Bandara Soekarno-Hatta.

Namun, Okka mengaku sudah melimpahkan hasil penyelidikan ke pusat untuk ditangani lebih lanjut di sana.

"Kasus sudah dilimpahkan ke pusat, nanti ditangani sama pusat ya," sambung dia.

Sementara, menurut kuasa hukum dari Beatrice Richard Riwoe mengatakan kalau clientnya tersebut sama sekali tidak mengetahui kalau KTP miliknya disalahgunakan.

"Sarah (Beatrice) tidak pernah tahu identitasnya dipake entah difoto atau digimanakan saya tidak tahu juga. Pokoknya itu dia bisa pake copian untuk perjalanan dan swab test," kata Richard saat dihubungi, Selasa (12/1/2021).

Dari informasi yang didapatkan, Shelfi dan Beatrice merupakan sekawan yang bekerja di Pergudangan8, Tangerang.

Richard pun mempertanyakan soal pengamanan dan pengetatan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta dan maskapai Sriwijaya Air.

"Kok bisa sih temannya pake identitasnya. Memang sudah cerita sebelumnya kalau Shelfi ini ingin ke Pontianak bersama pacarnya," sambung Richard.

Menurut dia, Beatrice saat ini sedang mengalami trauma lantaran keluarganya sempat dihubungi pihak Jasa Raharja untuk mengurus klaim asuransi.

Padahal, Beatrice sama sekali tidak berangkat terbang menggunakan Sriwijaya Air kode penerbangan SJ182.

Menurut Richard, pantas saja Beatrice mengalami trauma lantaran bila namanya tercatat dalam manifes korban akan menyulitkan dia soal administrasi lainnyan untuk ke depan.

Lantaran Beatrice sudah dinyatakan meninggal dunia.

"Kami sudah melaporkan karena sudah diberikan, ini menyangkut data seseorang dan asuransi. Kita sudah konfirmasi ke Sriwijaya juga tapi kita tidak tahu keluarga dan domisili Shelfi," tutup Richard.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi Menginstruksikan kepada Sriwijaya Air dan Jasa Raharja untuk memberikan kompensasi dan pelayanan terbaik kepada keluarga korban.

Budi meminta kepada dua stakeholder di atas untuk bisa memfasilitasi korban dapat dikebumikan di daerahnya masing-masing.

"Sekali lagi kami sampaikan kepada Jasa Raharja dan Sriwijaya untuk memberikan pelayanan yang baik termasuk diantaranya permintaan dari keluarga korban untuk dimakamkan di asal kota bukan hanya di Pontianak dan Jakarta," kata Budi di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Senin (11/1/2021).

Budi juga menyampaikan supaya keluarga korban yang datang dari luar kota mendapatkan fasilitas dan pelayanan maksimal.

Ia juga meminta supaya keluarga korban agar mendapatkan rasa aman serta mendapatkan kepastian selama evakuasi korban berlangsung.

"Memberikan instruksi pada pihak Sriwijaya dan Jasa Raharja, agar keluarga korban mendapatkan pelayanan yang baik. Mereka juga sudah menyiapkan hotel dan fasilitas untuk berkunjung ke RS Polri Kramat Jati," ujar Budi.

Sementara, Direktur Sriwijaya Air Jefferson Jauwena mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan fasilitas penginapan bagi keluarga korban.

Tak hanya penginapan, pendampingan keluarga juga disediakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga korban.

"Kami sudah menyiapkan fasilitas penginapan di Hotel Mercure berikut dengan family asisten untuk membantu pihak keluarga. Kami akan melakukan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga sampai ditemukannya para korban," kata Jefferson.

Badan SAR Nasional (Basarnas) telah menemukan beberapa potongan tubuh korban Sriwijaya Air SJ182.

Kepala Basarnas Marsdya TNI (Purn) Bagus Puruhito mengatakan hingga detik ini pihaknya sudah menemukan 10 kantong jenazah yang berisikan beberapa potong badan milik korban Sriwijaya Air SJ182.

"Hingga saat ini kita sudah menemukan 10 kantong jenazah yang berisi potongan tubuh," ungkap Bagus di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Senin (11/1/2021).

Kemudian pihaknya berhasil menemukan 10 kantong potongan baguan kecil partikel dari badan pesawat.

Lalu, 16 potongan cukup besar bagian dari pesawat terbang Sriwijaya Air SJ162.

"Dan terakhir enam potong pakaian, kemudian kantong jenazah dan pakaian sudah kita berikan ke DVI Polri untuk diidentifikasi, bagian pesawat ke KNKT untuk penyelidikan selanjutnya," ungkap Bagus.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta Dimulai 15 Januari 2021

Baca juga: Tiba Sore Ini, 11.140 Warga Depok Akan Terima Vaksin Covid-19 Tahap Awal

Baca juga: Soal Kasus Prostitusi Dibawah Umur di Apartemen Green Pramuka, Manajemen Perketat Pengawasan

Sebagai informasi, di Posko Crisis Center stakeholder terkait lainnya akan memberikan asistensi dan seluruh keperluan bagi keluarga penumpang Sriwijaya Air SJ182.

Posko Crisis Center di Bandara Soekarno-Hatta berlokasi di area kedatangan Terminal 2D, dan difungsikan juga sebagai lokasi pertemuan maskapai dengan keluarga penumpang.

Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta Agus Haryadi mengatakan, Posko Crisis Center beroperasi setiap hari selama 24 jam.

"Posko Crisis Center Terminal 2D untuk memberikan asistensi penuh kepada keluarga penumpang di masa sulit ini," ujar Agus, Minggu (10/1/2021).

"Kepada keluarga penumpang di posko Crisis Center Terminal 2D menyiapkan shuttle bus untuk mengantar ke Posko Ante Mortem – DVI di RS Polri, Jakarta Timur," sambungnya.

Nantinys, bagi keluarga penumpang yang hadir di Posko Crisis Center Sriwijaya Air, pihaknya menyiapkan penginapan di sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

Sementara itu, PT Jasa Raharja di Posko Crisis Center melakukan pendataan keluarga penumpang.

Satgas Udara Penanganan Covid-19 juga bersiap di posko Crisis Center Terminal 2D.

Sementara, Kasatreskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta, Kompol Alexander Yurikho mengatakan pihaknya juga membuka posko bantuan.

Posko tersebut juga menyediakan trauma healing oleh polwan.

"Kemudian ada verifikasi claim asuransi PT Jasa Raharja," sambung Alexander.

Kemudian akan ada pengantaran dan pengawalan keluarga korban menuju lokasi yang dibutuhkan seperti JICT atau RS Polri Kramat Jati.

"Di sana untuk menyerahkan data Ante Mortem," pungkasnya.

Sebagai informasi. Sriwijaya Air membuka hotline di nomor 021 – 8063 7816 dan 021 – 8063 7817 yang dapat dihubungi oleh keluarga dan kerabat penumpang.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved