Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Tragedi Penerbangan Sriwijaya Air SJ-182: Sederet Hal Penting dan Temuan Selama 13 Hari Operasi SAR

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Wahyu Aji
tribunnews
Ilustrasi kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 di Kepulauan Seribu. PESAN Seorang Pramugari Sriwijaya Air yang Jatuh, Mia Minta Rumah Dibersihkan Sebelum Kecelakaan 

Termasuk di dalam temuan hari ketiga sejumlah properti milik korban yang di antaranya baju gamis, dompet, hingga kalkulator.

Selasa, 12 Januari 2021

Menyusul sudah adanya perkiraan lokasi black box di perairan Kepulauan Seribu, pencarian pada hari keempat, Selasa (12/1/2021) lalu dimaksimalkan.

Hasilnya, penyelam dari TNI AL mendapatkan black box perekam data penerbangan atau flight data recorder (FDR) dari bawah air.

Pencarian black box dibantu empat kapal yang bisa mendeteksi bawah air, yakni KR Baruna Jaya, KRI Rigel-933, Kapal MGS Geosurvey, serta KR ARA Kemenko Kemaritiman dan Investasi.

Salah seorang penyelam dari TNI AL, Mayor Laut Teknik Iwan Kurniawan menceritakan, proses pencarian pada dimulai pukul 11.00 WIB.

Pertama, penyelam menemukan underwater locator beacon (ULB) sekaligus casing dari black box FDR.

"Kita pencarian sekitar jam 11, dapet beacon-nya berikut di siang hari dapat casing FDR-nya," tutur Iwan kepada Dinas Penerangan TNI AL di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021).

Kemudian, pada penyelaman terakhir di sore hari, tiga orang penyelam, termasuk Iwan, akhirnya mendapatkan black box FDR.

"Penyelaman terakhir pas saya sama tiga rekan saya dapat FDR-nya," kata Iwan.

Didapatkannya black box FDR ini berawal dari penemuan titik koordinat yang diberikan KRI Rigel.

Berbekal titik koordinat tersebut, Iwan dan dua penyelam TNI AL terjun ke lokasi di dekat keberadaan sebuah bongkahan besar.

"Kita survei dulu, setelah itu kita lihat titik-titik yang punya bongkahan-bongkahan besar, di mana material atau objek yang besar dan berat," kata Iwan.

Sementara itu, Kepala Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmada I Kolonel Laut (T) Wahyudin Arif menuturkan, penemuan black box ini hasil koordinasi empat unsur TNI AL yang memiliki penyelam handal.

Keempat unsur TNI AL tersebut meliputi Dislambair, Komando Pasukan Katak (Kopaska), Detasemen Jalamangkara (Denjaka), serta Intai Amfibi (Taifib).

"Memang dari tim kita yang turun setiap hari kita rencana, sudah koordinasi dengan yang lain, dengan Kopaska, Taifib, maupun Denjaka, pembagian sektor maupun tugas," kata Wahyudin kepada tim Dispenal.

Para penyelam, kata Wahyudin, turun ke dalam laut dan langsung menyisir puing-puing tumpukan.

Menurut dia, di dalam air terdapat banyak sekali puing-puing yang sempat menjadi kendala tersendiri dalam pencarian black box FDR.

"Itu lah akhirnya kami di situ mulai mengurai satu demi satu dengan teliti. Alhamdulillah cuaca mendukung, arus juga mendukung. Alhamdulillah berkat rahmat Tuhan bisa ketemu," ucap Wahyudin.

Adapun setelah ditemukan, black box FDR diangkut menggunakan KRI Kurau menuju ke Dermaga JICT II.

Pada hari yang sama, KNKT mengeluarkan rilis soal investigasi awal kecelakaan pesawat ini.

Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya mendapatkan data pemantauan radar Automatic Dependent Surveillance-Boradcast (ADS-B) dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia).

"Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB, pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki," kata Soerjanto dalam keterangan tertulisnya.

Soerjanto mengatakan, tercatat pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat pada ketinggian 250 kaki.

Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, lanjut Soerjanto, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data.

"Dari data ini kami menduga bahwa mesin dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," katanya.

Data lapangan lain yang didapat KNKT dan KRI Rigel adalah sebaran wreckage memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.

"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," tutur Soerjanto.

Temuan bagian pesawat yang telah dikumpulkan oleh Basarnas, salah satunya adalah bagian mesin, yaitu turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.

"Kerusakan pada fan blade menunjukan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki," jelas Soerjanto.

Rabu, 13 Januari 2021

Kopaska menemukan dua nelayan terapung di Perairan Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu. Satu diantaranya meninggal pada Rabu (13/1/2021).
Kopaska menemukan dua nelayan terapung di Perairan Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu. Satu diantaranya meninggal pada Rabu (13/1/2021). (Dokumentasi Kadispen TNI AL)

Pencarian pada hari kelima terkendala cuaca buruk, Rabu (13/1/2021) lalu.

Bahkan, kapal operasional Basarnas, KN SAR Karna-246, batal berangkat setelah sempat bergerak 20 menit dari Dermaga JICT II.

Penyelaman pada hari kelima juga terhenti sementara pada pagi hingga siang hari karena tim SAR tak mau mengambil risiko.

Ketika cuaca membaik pada sore harinya, penyelam langsung bergerak memaksimalkan waktu.

Alhasil, velg roda pesawat Sriwijaya Air SJ-182 beserta properti korban berhasil didapatkan.

Kamis, 14 Januari 2021

Penampakan Pesawat CN-235 MPA milik TNI AL yang digunakan untuk mendeteksi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dari udara. Di dekatnya terlihat KRI Semarang 594 di laut Kepulauan Seribu pada Kamis (14/1/2021).
Penampakan Pesawat CN-235 MPA milik TNI AL yang digunakan untuk mendeteksi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dari udara. Di dekatnya terlihat KRI Semarang 594 di laut Kepulauan Seribu pada Kamis (14/1/2021). (ISTIMEWA/Dokumentasi Dinas Penerangan TNI AL)

Pencarian black box perekam suara kokpit atau cockpit voice recorder (CVR) masih terus dilakukan di hari keenam operasi SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Kamis (14/1/2021).

Tim SAR Gabungan pada Kamis lalu hanya mampu mendapatkan pembungkus black box CVR lantaran mengalami kendala di lapangan.

"Informasi yang kami dapatkan baru casingnya, bungkus atau body protector dari CVR yang ketemu," kata Kepala Basarnas Marsdya TNI (Purn.) Bagus Puruhito di Dermaga JICT II, Kamis malam.

Kendala pertama yang ditemukan yakni soal underwater locator beacon (ULB) yang telah terlepas dari black box tersebut.

ULB berfungsi untuk mengirimkan sinyal yang memudahkan tim mendeteksi keberadaan black box.

Alhasil, upaya untuk pencarian CVR oleh tim SAR terpaksa harus menggunakan cara manual yang relatif lebih lama.

"Permasalahan yang ada seperti kita ketahui bersama, beacon yang bisa membawa kita ke benda itu sudah lepas dari alat itu," kata Bagus. 

Selain itu, air yang ada di bawah permukaan laut cukup keruh sehingga membatasi jarak pandang para penyelam di lokasi. 

"Permasalahan yang ada seperti kita ketahui bersama, beacon yang bisa membawa kita ke benda itu sudah lepas dari alat itu," ucap Bagus.

Jumat, 15 Januari 2021

Suasana penyerahan temuan di hari ketujuh pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Jumat (15/1/2021).
Suasana penyerahan temuan di hari ketujuh pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Jumat (15/1/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Operasi SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 diperpanjang selama tiga hari pada Jumat (15/1/2021) lalu.

Perpanjangan pertama dilakukan hingga hari Senin (18/1/2021).

"Diputuskan operasi SAR gabungan pencarian korban Sriwijaya saya perpanjang tiga hari," kata Bagus dalam konferensi pers di Dermaga JICT II, Jumat (15/1/2021).

Keputusan perpanjangan operasi SAR diambil setelah Basarnas menggelar rapat dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi beserta jajaran terkait.

Adapun sesuai UU 29 Tahun 2014 tentang pencarian dan pertolongan, Basarnas memiliki waktu maksimal dalam melaksanakan operasi selama 7 hari.

Kemudian, ada opsi perpanjangan operasi SAR apabila memang diperlukan.

Sementara itu, hingga hari ketujuh, tim SAR mengumpulkan 272 kantong berisi bagian tubuh korban, 46 kantong serpihan kecil pesawat, serta 50 potongan besar pesawat.

Sabtu, 16 Januari 2021

Konferensi pers operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 hari ke-8, Sabtu (16/1/2021), di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Konferensi pers operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 hari ke-8, Sabtu (16/1/2021), di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Pada operasi SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 hari kedelapan, Sabtu (16/1/2021), tim SAR mulai dikerahkan menyisir objek pencarian hingga ke sekitar beberapa pulau serta ke area pantai.

Sebab, disinyalir objek-objek pencarian sudah terbawa arus dari perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang ke pulau-pulau di sekitarnya.

"Terutama di sekitar Pulau Lancang, Pulau Laki, Pulau Bokor, Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, kemudian Tanjung Kait, dan sepanjang pantai utara," kata Direktur Operasional Basarnas Brigjen TNI (Mar.) Rasman di Dermaga JICT II.

Tim SAR gabungan juga dikerahkan menyisir area pantai.

Rasman menuturkan bahwa ada kemungkinan bagian tubuh korban serta serpihan pesawat ada yang terbawa arus ke arah pantai.

"Kemungkinan ada yang terbawa arus ke arah pantai, karena angin selama beberapa hari ini dari utara ke selatan," jelas Rasman.

Minggu, 17 Januari 2021

Penampakan temuan puing maupun serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Minggu (17/1/2021).
Penampakan temuan puing maupun serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Minggu (17/1/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Tim SAR masih belum menemukan black box perekam suara kokpit atau cockpit voice recorder (CVR) Sriwijaya Air SJ-182 hingga hari ke-9 pencarian pada Minggu (17/1/2021).

Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Mayjen TNI Bambang Suryo Aji mengatakan hingga kini Tim SAR baru menemukan casing dari CVR.

Bambang melanjutkan pencarian CVR menghadapi kendala lantaran benda tersebut sudah tidak memancarkan sinyal.

Tim SAR pun menggunakan alat remotely operated underwater vehicle (ROV), robot bawah laut, untuk melacak keberadaan CVR.

"Itu maksimal bisa dilaksanakan saat malam hari ketika tim penyelam sudah ke permukaan. Dia (ROV) membutuhkan suasana di kedalaman yang jernih sehingga bisa maksimal melihat barang-barang di bawah," kata Bambang.

Senin, 18 Januari 2021

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn.) Bagus Puruhito, pada Senin (18/1/2021) di Dermaga JICT II, menyatakan bahwa operasi SAR SJ-182 kembali diperpanjang hingga Kamis (21/1/2021) mendatang.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn.) Bagus Puruhito, pada Senin (18/1/2021) di Dermaga JICT II, menyatakan bahwa operasi SAR SJ-182 kembali diperpanjang hingga Kamis (21/1/2021) mendatang. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Keputusan perpanjangan kedua operasi SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 diambil pada Senin (18/1/2021) lalu.

Kabasarnas Marsdya TNI (Purn.) Bagus Puruhito menuturkan, perpanjangan operasi SAR akan berlangsung selama tiga hari hingga Kamis (21/1/2021).

Perpanjangan waktu tersebut merupakan tahap kedua dan jika ditotal, operasi SAR SJ-182 secara keseluruhan memakan waktu 13 hari.

Kembali diperpanjangnya operasi SAR, kata Bagus, berdasarkan hasil diskusi dengam instansi terkait lainnya.

"Setelah mempertimbangkan berbagai macam hal, tadi kita berbincang rapat dengan Kemenhub, KNKT, DVI, dan pihak terkait, sehingga operasi SAR kita perpanjang tiga hari lagi," kata Bagus.

Alasan pertama perpanjangan waktu kedua terkait dengan dorongan kemanusiaan, terutama untuk pencarian korban yang bakal terus dimaksimalkan.

Bagus menyatakan, semakin banyak temuan yang ditemukan tim SAR, semakin besar pula kemungkinan bagian tubuh korban bisa ditemukan untuk selanjutnya diidentifikasi.

Selain alasan kemanusiaan, kendala terkait cuaca di lapangan menjadi pertimbangan lain soal keputusan perpanjangan waktu operasi SAR.

Selasa, 19 Januari 2021

Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar.) Rasman menyampaikan hasil operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 hari ke-11 di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (19/1/2021).
Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar.) Rasman menyampaikan hasil operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 hari ke-11 di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (19/1/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

Temuan di hari ke-11 operasi SAR SJ-182 mulai cenderung minim.

Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar.) Rasman menuturkan bahwa tim tidak mendapatkan potongan besar pesawat dari perairan Kepulauan Seribu pada Selasa (20/1/2021) lalu.

"Penyelam gabungan telah melaksanakan penyelaman dengan hasil mendapatkan 14 kantong bagian tubuh atau body part, tiga kantong serpihan kecil, potongan besar nihil," kata Rasman.

Temuan tersebut, kata Rasman, cenderung kurang maksimal karena tim SAR baru bisa melakukan penyelaman ketika cuaca cukup baik di siang hari.

"Tim SAR gabungan tadi siang sempat melaksanakan kegiatan penyelaman dari jam 10 sampai jam 1 siang. Ini yang bisa didapatkan, mungkin kalo bisa menyelam dari pagi hasilnya lebih banyak," kata Rasman.

Rabu, 20 Januari 2021

Presiden Joko Widodo saat meninjau posko operasi SAR Sriwijaya SJ-182 di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (20/1/2021).
Presiden Joko Widodo saat meninjau posko operasi SAR Sriwijaya SJ-182 di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (20/1/2021). ((Dok. Biro Pers Setpres).)

Presiden Joko Widodo meninjau posko utama Dermaga JICT II pada hari ke-12 operasi SAR, Rabu (20/1/2021).

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya terhadap tim SAR gabungan yang bertugas serta duka cita mendalam terkait adanya kecelakaan pesawat ini.

"Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim SAR gabungan yang terdiri dari Kementerian Perhubungan, Basarnas, TNI, Polri, dan KNKT serta unsur yang tidak bisa saya sebut satu persatu, atas kerja keras sejak awal musibah sampai saat ini," kata Jokowi.

"Saya juga ingin menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga, semoga diberikan keikhlasan dan kesabaran," kata Jokowi.

Tak hanya itu, Jokowi juga meminta adanya pembenahan di bidang transportasi.Ia menegaskan bahwa keselamatan dalam transportasi adalah yang utama.

Jokowi lantas meminta KNKT maupun Kementerian Perhubungan, melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap pesawat-pesawat yang akan terbang.

"Saya minta segera ditindaklanjuti baik KNKT maupun (Kementerian) Perhubungan, terutama pemeriksaan dan pengawasan terhadap pesawat yang akan terbang demi keselamatan masyarakat, demi keselamatan penumpang," tegas Jokowi.

Kamis, 21 Januari 2021

Petugas mengangkut material pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dari posko utama Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, seiring ditutupnya operasi SAR pada Kamis (21/1/2021).
Petugas mengangkut material pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dari posko utama Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, seiring ditutupnya operasi SAR pada Kamis (21/1/2021). (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Operasi SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 resmi ditutup pada Kamis (21/1/2021) setelah berjalan selama 13 hari.

"Hari Kamis, tanggal 1 Januari 2021 pada pukul 16.57 WIB, operasi SAR terhadap kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu secara resmi saya nyatakan ditutup," kata Bagus di Dermaga JICT II.

Bagus mengatakan, penutupan operasi SAR secara resmi diputuskan setelah Basarnas berkoordinasi dengan unsur terkait lainnya di bawah pimpinan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Dalam evaluasi tersebut, ada pertimbangan-pertimbangan yang didiskusikan untuk menentukan ditutupnya operasi SAR pada hari ke-13 ini.

"Setelah melalui pertimbangan teknis, hasil temuan korban, efektifitas, pertemuan beberapa kali dengan pihak keluarga korban, masukan-masukan dari unsur di lapangan, dan terakhir tadi kita melaksanakan rapat yg dipimpin oleh Menhub," ucap Bagus.

Meski operasi SAR telah ditutup, pencarian lanjutan terhadap memori black box CVR pesawat tersebut bakal terus berjalan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, pencarian CVR ke depannya bakal di bawah koordinasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang bertindak sebagai investigator kecelakaan pesawat ini.

"Kami berkomitmen tetap melakukan upaya-upaya dan mengalihkan lead daripada ini ke KNKT. Di mana KNKT sudah mendapat kesepakatan dari KSAL, TNI dan Polri untuk melakukan operasi lanjutan," kata Budi.

Ke depannya, di sela-sela pencarian lanjutan CVR pesawat tersebut, tim SAR juga akan mencari sisa-sisa bagian tubuh korban di sekitar perairan Kepulauan Seribu.

Seiring mencari memori black box CVR di bawah koordinasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), tim SAR juga akan mencari bagian tubuh korban yang tersisa.

Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono menegaskan, pihaknya akan segera melaporkan apabila ada temuan bagian tubuh korban saat tim menyisir perairan.

"Jika kami menemukan bagian-bagian dari jasad korban, tentu anggota SAR yang ikut di dalam tim kami akan sgeera melaporkan dan menindaklanjuti," kata Soerjanto di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Adapun total temuan tim SAR gabungan selama 13 hari meliputi 325 kantong berisi bagian tubuh, 68 kantong serpihan kecil pesawat, dan 55 potongan besar pesawat.

Sementara itu, total korban yang sudah teridentifikasi hingga hari ke-13 mencapai 47 orang.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved