Sisi Lain Metropolitan
Kisah Esa, Anggota Basarnas yang Bantu Identifikasi Body Part Sriwijaya Air SJ182 di atas Kapal
Esa membawa sejumlah peralatan air dan langsung menyusul rekan-rekannya yang lebih dulu tiba.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, NEGLASARI - Begitu mendengar informasi Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 hilang pada Sabtu (9/1/2021), Esa (27) langsung bergegas menuju Kantor Basarnas Jakarta dari rumah kontrakannya.
Meski sedang lepas piket, pria bernama lengkap Esa Asep Saefudin itu diminta bergabung dalam misi operasi pencarian pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut.
Kebetulan, kontrakan pria asal Purwakarta tersebut tak jauh dari kantor Basarnas Jakarta di kawasan Neglasari, Kota Tangerang.
Tak berpikir panjang, ia memutuskan pergi. Meninggalkan istri dan calon anak yang masih berada dalam kandungan.
Esa membawa sejumlah peralatan air dan langsung menyusul rekan-rekannya yang lebih dulu tiba.
Ketika sampai di perairan Kepulauan Seribu, Pesawat Sriwijaya Air yang sebelumnya dinyatakan hilang kontak nyatanya tak lenyap ditelan bumi.
Serpihan pesawat dan potongan tubuh manusia menjadi bukti kuat bahwa pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut jatuh menghujam laut hingga remuk redam.
Sejak itu, belasan hari Esa tidak menginjakkan kaki di daratan demi menunaikan operasi kemanusiaan pencarian korban pesawat tersebut.
Sebagai pemilah body part
Walaupun memiliki sertifikat penyelam, Esa ditugaskan menjadi pemilah potongan tubuh manusia dan serpihan pesawat Sriwijaya Air.
Tim penyelam berasal dari Basarnas Spesial Grup. Esa mengibaratkan tim tersebut seperti Kopasus-nya Basarnas.
Di atas KN Sar 103 Wisnu, ia bersama kedua temannya memilah-milah temuan yang berhasil diangkut tim penyelam.
"Saya bertugas memisahkan temuan seperti potongan tubuh manusia dan serpihan puing ke kantong masing-masing," ujarnya kepada TribunJakarta.com di Kantor Basarnas Jakarta, Kota Tangerang pada Senin (25/1/2021).
Selama misi pencarian, perahu karet RIB (Rigit Inflatable Boat) setiap hari hilir mudik menepi di KN Wisnu untuk mengantarkan temuan.