Penumpang Berpenampilan Oke Bayar Angkot 200 Perak, Sopir Ucap Astagfirullah: Baru Kali Ini

Musa mengatakan jarak tempuh saat itu sekitar 500 meter, lantaran penumpang tersebut minta diturunkan di depan Kelurahan Kalisari

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina
Musa, sopir omprengan yang viral saat ditemui di kediamannya di Jalan Tipar, Cimanggis, Depok, Senin (25/1/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - Obrolan sopir angkot dengan penumpang viral di media sosial. Sosok pria yang ngotot hanya mau bayar angkot 200 perak diungkap sang sopir.

Sopir angkot Musa (68). hanya bisa mengucap "Astagfirullahalazim," saat diminta memberikan uang kembalian Rp 4.800 oleh penumpangnya.

TribunJakarta.com mendatangi langsung Musa, beberapa hari setelah dirinya viral di sejumlah akun media sosial Instagram.

Soal tarif angkot Rp 200, si penumpang beralasan jarak tempuhnya dekat. Sehingga ia menolak kembalian Rp 3.000, tapi menuntut Rp 4.800.

Musa mengatakan jarak tempuh saat itu sekitar 500 meter, lantaran penumpang tersebut minta diturunkan di depan Kelurahan Kalisari.

"Dia enggak bilang mau kemana, yang penting naik. Sampai kelurahan dia minta diturunkan. Orangnya lelaki, (badannya) bersih dan pakai baju rapi," jelasnya di Depok, Senin (25/1/2021).

"Pak saya turun sini," ujar penumpang tersebut.

"Oh bapak turun kelurahan," sahut Musa.

"Iya di sini," balasnya sambil menyerahkan uang Rp 5 ribu.

Naas, penumpang tersebut tak terima dan justru meminta kembaliannya dilebihkan.

"Loh kok kembalinya Rp 3 ribu?," tanya penumpang tersebut.

"Ya ini Rp 3 ribu," jawab Musa.

"Enggak Rp 3 ribu dong," balas penumpang tersebut.

"Mestinya berapa saya kembaliannya?," tanya Musa kembali.

"Ya Rp 4.800 dong," ujar penumpang tersebut.

"Astagfirullahalazim 200 perak berarti?," tanya Musa.

"Ya orang dari situ," jawab penumpang tak mau kalah.

"Saya bilang berarti Bapak bayar ke saya Rp 200 perak. Lalu dia bilang iya. Di situ saya bilang Astgfirullahalzim, duit Rp 200 perak tuh nyampe ke mana pak?. Lalu saya bilang lagi, sekarang gini aja pak, saya kembaliin uangnya, bapak nggak usah bayar," jelasnya.

Lalu siapakah sosok Musa yang sebenarnya?

Musa merupakan bapak empat anak yang tinggal di Jalan Tipar RT 1 RW 6, Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok.

Sedari tahun 1975, Musa sudah menjadi sopir angkutan umum jurusan Taman Bunga-Cililitan.
Namun, enam tahun belakangan ia memutuskan menjadi sopir omprengan di Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

"Saya sudah biasa menghadapi penumpang. Saya sudah jadi sopir angkot dari tahun 1975. Kemudian omprengan ini baru enam tahun belakangan aja," ungkapnya.

Di usianya saat ini, Musa masih menjadi sopir omprengan lantaran tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

Ia tetap mencari nafkah untuk istrinya, Siti Sumarni (58) dan anak bontotnya.

Namun, karena tiga anaknya sudah menikah, kehidupan keluarganya turut dibantu oleh anak-anaknya.

Sehingga ketika rasa lelah tiba, ia akan kembali ke rumah dan tak terlalu memaksakan  diri.

"Saya narik dari pukul 06.00-12.00 WIB. Kalau sudah capek (lelah) ya pulang aja. Sekarang juga sepi. Bersih-bersih, saya cuma dapat Rp 20 ribu. Tapi alhamdulillah anak-anak pada peduli dan bantuin saya," jelasnya.

"Makanya pas ada kejadian seperti itu, saya cuma mikir kok ada orang yang kayak gitu. Tapi saya cuma berucap bahwa itu bukan rezeki saya aja dan mungkin rezeki saya di orang lain," tambahnya.

Sehingga, kejadian tak mengenakan tersebut, baru pertama kali ia rasakan setelah hampir 46 tahun menjadi sopir.

"Baru kali ini aja kejadian begitu. Biasanya ada kembalinya Rp 3 ribu dikasih ke saya. Katanya buat bapak saja," katanya

Baca juga: Personel Damkar Evakuasi Nenek 78 Tahun yang Terjatuh di Lantai Dua Rumahnya

Baca juga: Banyak Jabatan Eselon II Kosong, DPRD DKI Minta Anies Segera Tunjuk Nama

Baca juga: Pimpinan DPRD DKI Minta Anies Segera Tunjuk Wali Kota Jaksel

Atas hal tersebut, Musa tak menginginkan bantuan apapun untuk dirinya.

Ia merasa masih banyak masyarakat yang lebih membutuhkan ketimbang dirinya.

"Saya kalau bisa enggak usah ada donasi. Jangan diadain. Kalau istilahnya mau kenal mau dekat enggak usah pakai donasi aja. Saya merasa masih ada yang lebih membutuhkan," katanya.

"Kalau mau ada kesadaran mau datang ke sini silakan, mau silaturahmi silakan, kalau mau upen donasi juga anak saya enggak ngizinin," jelasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved