Parpol Baru Dianggap Sulit Bersaing di 2024, Ini Tanggapan Partai Gelora
Banyak Parpol baru sulit untuk bertahan lama. Sebagian ada juga yang menuai hasil bagus dan mampu eksis bahkan semakin berjaya hingga saat ini.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Kehadiran partai politik (Parpol) baru kerap mewarnai perhelatan Pemilu.
Banyak Parpol baru sulit untuk bertahan lama. Sebagian ada juga yang menuai hasil bagus dan mampu eksis bahkan semakin berjaya hingga saat ini.
Untuk bersaing dalam pemilihan legislatif (Pileg) 2024 mendatang sangat lah sulit. Sekalipun partai tersebut memiliki pendanaan yang cukup ataupun pendirinya pernah menduduki kursi-kursi petinggi negara ini.
Demikian dikatakan Cendikiawan Muslim Prof. Azyumardi Azra dalam Moya Discussion Group bertajuk Parpol Baru & Dinamika Politik Nasional, Kamis (4/2/2021) yang digelar secara daring.
Turut menjadi Pembicara diskusi selain Prof. Azyumardi Azra diantaranya: Diplomat senior/Pemerhati politik internasional Prof. Imron Cotan, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof. Komaruddin Hidayat, Sekjen Partai Gelombang Rakyat (Gelora Indonesia) Mahfudz Siddiq dan pemantik diskusi dari Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) yang juga Pengurus PP Muhammadiyah Hery Sucipto. Seri webinar ini dimoderatori Nurfajri Budi Nugroho Peneliti senior Moya Institute.
Prof. Azra menyarankan para pendiri partai baru untuk mencari cara lain untuk memperoleh suara yang signifikan agar bisa memenangkan partainya.
“Partai yang kuat keuangannya pun tidak bisa masuk parlemen. Misalnya Perindo, walau didukung keuangan dan media yang kuat, tetap saja tidak bisa masuk. Jadi Partai Pak Mahfud (Partai Gelora) walau didukung kekuatan uang sekalipun tidak akan memberikan jaminan,” kata Azra.
Meskipun begitu, kata Azra, harus diakui bahwa masih ada partai yang terbilang masih baru namun dia bisa memenangkan Pileg karena dukungan dana yang cukup atau karena tokoh pendirinya.
Kedua partai itu, yakni Gerindra yang baru berdiri tahun 2008 dan Nasdem yang baru berdiri pada tahun 2011. Seperti yang diketahui, Nasdem bisa mendapat perolehan suara hingga 9,05 persen dan Gerindra 12,57 persen pada Pemilu 2019.
• Istana Cueki Surat AHY kepada Jokowi soal Isu Kudeta Partai Demokrat
• Moeldoko Klaim Tidak Sebar Uang ke Kader Demokrat
Oleh sebab itu, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu berpesan kepada keempat partai yang baru didirikan tahun 2020 itu untuk mempunyai strategi khusus jika ingin betul-betul bersaing dengan partai-partai lainnya yang lebih senior.
“Partai harus reorientasi kepentingan rakyat. Kembali kepada rakyat, tidak hanya mementingkan kepentingan politik mereka sendiri, kepentingan kekuasaan tanpa mementingkan rakyat sama sekali,” imbuhnya.
Sementara itu, Prof. Komaruddin Hidayat berharap panggung politik, persaingan kompetisi antar parpol ibarat sepak bola. “Tunjukkan permainan yang indah, cerdas, penuh etika, sehingga menarik untuk ditonton dan diikuti. Jangan menyebalkan,” ucapnya.
Narasumber lain, Prof. Imron Cotan menyampaikan harapannya kepada partai politik baru untuk mencoba memberikan alternatif baru.
“Apakah tawaran dari Partai gelora misalnya, untuk mensinergikan agenda keummatan dan kebangsaan bisa menarik perhatian calon pemilih, itu kita lihat nanti. Kemudian, perbedaan spectrum politik, tidak harus meninggalkan prinsip kebangsaan kita: Satu Bangsa, Satu tanah Air dan Satu Bahasa yaitu Indonesia,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Moya Institute yang juga Peneliti Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Hery Sucipto menilai, kehadiran partai politik baru menjadi menarik, meskipun Pilpres 2024 masih tiga tahun lebih, namun partai-partai baru sudah mulai ancang-ancang.