Ramai Terlihat dari Kemayoran, Gunung Gede Pangrango Punya Sederet Kisah Mistis Bagi Pendaki

Gunung Gede Pangrango menjadi perbincangan warga. Selain pesonanya yang indah, Gunung Gede Pangrango mengyimpan kisah mistis bagi para pendaki.

Ari Wibisono/Instagram wibisono.ari
Pemandangan Gunung Gede Pangrango dilihat dari Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (17/2/2021) pagi. Gunung Gede Pangrango Punya Sederet Kisah Mistis Bagi Pendaki. 

Pukul 10:00 kami semua packing untuk kembali turun. Awalnya kami berencana menggunakan jalur puncak Gede-Cibodas, karena kabut masih tebal dan angin cukup kencang akhirnya kami semua putuskan untuk kembali menggunakan jalur Gunung Putri dan tiba di basecamp sekitar jam 14:00, dilanjutkan ke Cibodas untuk ambil motor dan makan setelah itu langsung pulang ke Bogor.

mountnesiaSesampai di rumah, semua saling mengabari dan berbagi foto lewat grup WA, namun selang beberapa hari kemudian, salah satu anggota rombongan, kang Noor, bertanya lewat grup WA. "Waktu itu yang paling terakhir siapa??", Saya jawab "Ivan dan Kang Irwan, kenapa memang kang?", Kang Noor tidak mau menjawab. Sampai beberapa kali waktu sering saya singgung ada apa selama di jalur pendakian, namun kang Noor tetap diam.

Akhirnya kang Noor berani bercerita kemarin, kurang lebih 1,5 bulan setelah pendakian. Dia bilang waktu di pendakian, setelah dari Pos Simpang Maleber posisi dia paling depan dan yang lain di belakang karena kang Noor lihat jelas siapa-siapa saja yang ada dibelakangnya. Tapi sesampai di Alun-alun Suryakencana, ternyata semua yang dia lihat ada di belakangnya sudah sampai di alun-alun duluan.

Sayapun juga merasa aneh, karena setelah dari Simpang Maleber, posisi kang Noor ada di depan saya, tapi ternyata ada di belakang. Sontak di grup WA jadi bertanya-tanya "siapa sosok yang menyerupai kami dibelakang kang Noor dan siapa sosok kang Noor di depan saya selepas dari Simpang Maleber???" Sampai kini masih misteri.
-Sekian-

Penjelasan Pemandangan Gunung Gede Pangrango

Seperti diberitakan Kompas.com, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Syaripudin mengatakan penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) selama pandemi Covid-19 berdampak positif bagi lingkungan.

Syaripudin mengatakan hal itu bisa terlihat dari kualitas udara dan pandangan langit Jakarta yang tidak lagi berkabut karena polusi udara, sehingga membuat pemandangan Gunung Gede Pangrango terlihat dari Kemayoran, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut Syaripudin mengatakan bahwa selama PSBB berlangsung, banyak pembatasan aktivitas warga dilakukan, mulai dari tempat kerja, fasilitas sosial dan fasilitas umum hingga transportasi umum.

Menurut Syaripudin, dengan rendahnya mobilitas warga Jakarta yang bepergian ke luar rumah, maka pencemaran udara dari kendaraan umum dan tempat industri menjadi berkurang.

Kadarsah, Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) membenarkan bahwa PSBB di masa pandemi virus corona ini berkontribusi terhadap penurunan tingkat polusi udara di ibu kota Jakarta.

"Pertama memang faktor-faktor yang memengaruhi polusi itu jelas, sumber polusinya yaitu aktivitas manusia. Ketika PSBB dilakukan, aktivitas manusia termasuk polusi udara juga berkurang," kata Kadarsah saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/2/2021) saat dimintai tanggapan soal pemandangan Gunung Gede Pangrango dan langit Jakarta yang cerah.

Polusi udara Jakarta dicuci hujan

Kendati demikian, pemandangan langit cerah hingga tampak pemandangan Gunung Gede Pangrango ini juga turut diperkuat oleh kondisi curah hujan yang turun di wilayah Jakarta.

Kadarsah mengatakan dari beberapa pengamatan polusi terlihat mengalami penurunan dan saat hujan, Selasa (16/2/2021) malam, polusi yang ada di udara semakin berkurang.

Jadi, ketika hujan yang terjadi mulai Selasa (16/2/2021) mengguyur wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, maka, kata Kadarsah, polusi yang ada di udara semakin berkurang akibat dicuci oleh curah hujan yang lebat.

"Dalam ilmu meteorologi klimatologi, disebut dengan deposisi basah," kata Kadarsah.

Mekanisme wet deposition atau pengendapan basah ini, kata Kadarsah, membersihkan polusi dengan menurunkan polutan-polutan yang ada di udara, dicuci atau dibersihkan dengan curah hujan yang tinggi.

"Semakin tinggi curah hujannya, maka polutan-polutan di atmosfer atau udara akan mengendap," jelas dia.

Sederhananya, polutan yang melayang di udara dijatuhkan oleh butiran-butiran hujan. Semakin lebat hujan yang turun, maka semakin banyak polutan di udara yang dijatuhkan atau dibersihkan.

"Ini fenomena yang biasa dan sering terjadi," imbuh Kadarsah.

Berdasarkan data BMKG, Peta Observasi Curah Hujan Kemarin, 16 Februari 2021 mulai pukul 07.00 WIB hingga 17 Februari 2021, pukul 07.00 WIB, menunjukkan curah hujan tinggi di sejumlah wilayah di Jabodetabek.

Kadarsah menjelaskan terlihat curah hujan di Tangerang lebat, juga di Kelapa Gading dan Kedoya, ditunjukkan dengan warna merah.

"Tangerang dan Kelapa Gading hujan sangat lebat, sebab lebih dari 100 mm/hari," imbuh Kadarsah.

Bahkan, curah hujan yang terjadi sebelumnya juga menunjukkan angka yang cukup tinggi.

Sehingga semakin memperkuat proses wet deposition yakni yang membersihkan polusi udara dan membuat langit Jakarta sangat cerah pada Rabu (17/2/2021) pagi.

Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Merinding! Pendaki Gunung Gede Baru 'Ngeh' Ada yang tak Beres Dengan Mereka Pasca Sebulan Mendaki, .

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Cerita Mistis Dibalik Hilangnya Pemuda di Gunung Gede, Sempat Ketemu Orang, Diajak Keliling Hutan, .

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gunung Gede Pangrango Terlihat dari Kemayoran, Kualitas Udara di Jakarta Masuk Kategori Baik",  .

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gunung Gede Terlihat dari Kemayoran, Benarkah PSBB Bersihkan Polusi Jakarta?"

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved