Partai Demokrat Digoyang Kudeta, Kegeraman SBY Siap Temui Orang yang Memfitnahnya

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan siap menemui orang-orang yang telah memfitnahnya.

Editor: Elga H Putra
Facebook/Ricky Kurniawan Ch
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono buka suara terkait upaya kudeta di Demokrat 

TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan siap menemui orang-orang yang telah memfitnahnya.

Hal tersebut ditegaskan SBY saat menyampaikan pandangannya mengenai isu kudeta yang menerjang Partai Demokrat.

Melalui sebuah video pada Rabu (24/2/2021), Presiden ke-6 Indonesia itu menceritakan unek-uneknya atas prahara yang menimpa partainya ini.

Dalam video itu, SBY juga menyinggung sejumlah peristiwa yang dialaminya di masa lampau yang tak adil menurutnya.

Salah satunya adalah peristiwa ketika kediamannya di Kuningan, Jakarta Selatan, digeruduk massa.

SBY menceritakan kejadian itu terjadi jelang pencoblosan Pilkada DKI Jakarta 2017 saat putranya yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi salah satu calon gubernur.

Baca juga: Dalam Sidang Nus Kei Ungkap Namanya Tertulis di White Board Milik John Kei

"Dulu, di tahun 2017, ketika tengah digelar Pilkada Jakarta, dan AHY menjadi salah satu calon gubernur, rumah saya di Kuningan digeruduk oleh ratusan massa.

Sebenarnya banyak yang tahu siapa penggerak dari aksi penggerudukan itu.

Namun, hingga kini, keadilan tidak pernah datang," ujar SBY, dalam video yang diterima Tribunnews.com, Rabu (24/2/2021).

Dia juga mengatakan fitnah diterimanya kala itu.

Baca juga: Dalam Sidang Nus Kei Ungkap Namanya Tertulis di White Board Milik John Kei

Baca juga: Waduh, Pendapatan Pajak Parkir DKI Jakarta Merosot 50 Persen, Ini Penyebabnya

Baca juga: Tak Akan Kehilangan Arah, Kata Nissa Sabyan Tanggapi Perebut Ayus Sabyan dari Ririe Fairus

Tapi ketika berusaha mencari keadilan dengan melaporkan ke pihak yang berwajib hasil atau keadilan yang ditunggu tak kunjung datang.

"Satu hari menjelang pemungutan suara Pilkada Jakarta 2017, saya kembali mendapatkan fitnah yang kejam, yang dilakukan oleh seseorang yang dekat penguasa.

Ketika saya gunakan hak saya untuk mengadukan pemfitnah itu ke pihak kepolisian, keadilan yang saya harapkan juga tidak pernah tiba," jelas SBY.

Presiden RI ke-6 itu juga mengenang peristiwa saat foto-foto dirinya dan mendiang istrinya yakni Ani Yudhoyono dirobek-robek dan dibuang ke selokan.

Kejadian itu terjadi saat SBY menghadiri kegiatan partai Demokrat di Pekanbaru, Riau Desember 2018 silam.

"Kemudian, pada bulan Desember 2018 ketika saya tengah menghadiri kegiatan Partai Demokrat di Pekanbaru, ratusan bendera dan baliho yang ada foto saya dan foto almarhumah Ibu Ani direbahkan, dirobek-robek dan dibuang ke selokan-selokan," ujarnya.

Meski kader Demokrat tak terima atas kejadian itu, SBY mengaku saat itu secara tegas melarang kadernya tidak melakukan aksi balas dendam.

"Di tengah rasa kesedihan dan kemarahan kader Demokrat di Riau, sambil secara tegas saya larang mereka melakukan pembalasan, yang sangat ingin mereka lakukan demi kehormatan partai.

Waktu itu yang kami harapkan hanyalah tegaknya hukum dan keadilan.

Sayang, keadilan itu hanyalah sebuah harapan," pungkasnya.

Selain itu, SBY juga mengaku difitnah secara politik terkait aksi unjuk rasa 212 yang berlangsung pada 2 Desember 2016.

SBY mengatakan, saat itu ada laporan yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

Laporan itu menyebut SBY menunggangi dan mendanai aksi 212.

"Semuanya itu fitnah yang kejam, keterlaluan, dan 100 persen tidak benar. Saya bersedia bersumpah di hadapan Allah SWT. Saya juga siap dipertemukan dengan siapa pun yang memberikan laporan itu, kalau perlu di depan publik agar rakyat tahu siapa yang berdusta," kata dia.

Dalam pidatonya itu, SBY mengeluarkan pernyataan atas kudeta di Partai Demokrat.

Di awal pidatonya, SBY menyampaikan terima kasih kepada kader Demokrat yang setiap bersama Demokrat baik dalam suka dan duka.

Kader yang setia itu, kata SBY, bukanlah kader yang mengganggu partai atau bahkan berkhianat.

"Kader yang tidak mengganggu, membuat masalah dan bahkan berkhianat. Bukan kader atau mantan kader yang ingin menjual partai kita demi imbalan uang dan kedudukan," ujar SBY.

SBY bahkan bersumpah, dirinya akan tetap menjadi kader Partai Demokrat dan siap menjadi benteng untuk menghadapi siapapun yang hendak mengganggu Partai Demokrat.

"Insya Allah sepanjang hayat dikandung badan, saya akan tetap menjadi kader Partai Demokrat dan akan menjadi benteng dan bhayangkara partai ini menghadapi siapapun yang mengganggu, merusak, merebut dan menghancurkan partai kita. Ini sumpah saya. Sumpah dan kesetiaan saya di hadapan Tuhan YME," tegasnya.

SBY kemudian menyinggung secara spesifik soal upaya kudeta terhadap kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Merespons updaya kudeta itu, mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu menegaskan Partai Demokrat tidak untuk dijual.

Baca juga: Dini Hari 1 Anggota TNI Tewas Ditembak di Kafe Cengkareng Jakarta Barat, Diduga Ini Pemicunya

Baca juga: Anggota TNI Tewas Ditembak di Cafe Kawasan Cengkareng

"Bagi orang luar yang punya ambisi untuk merebut dan membeli partai Demokrat saya katakan dengan tegas dan jelas Partai Demokrat nor for sale. Partai kami bukan untuk diperjual belikan meskipun Partai Demokrat bukan partai yang kaya raya dari segi materi, kami tidak tergiur dengan uang anda berapapun besarnya," ujarnya.

SBY menyebut gerakan kudeta oleh pejabat penting di Pemerintahan Jokowi itu bakal digunakan untuk pencalonan Pilpres 2024.

"Saya tidak percaya orang luar yang hendak mendongkel kepemimpinan Partai Demokrat dan kebetulan memiliki jabatan penting di pemerintahan itu sungguh mencintai partai. Yang dia inginan hanya kekuasaan semata. Kekuasaan yang hendak digunakan untuk maju Pilpres 2024," ucapnya.

SBY kemudian mengapresiasi langkah AHY yang merespons cepat upaya kudeta itu termasuk dengan mengirim surat ke Presiden Jokowi.

Ia juga secara jelas menyebut nama Kepala Staf Presiden Moeldoko.

"Secara pribadi, saya sangat yakin bahwa yang dilakukan Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden jokowi. Saya juga yakin Jokowi punya integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu," ujarnya.

SBY mengatakan apa yang dilakukan Moeldoko telah menggangu dan merugiakan nama baik Jokowi.

SBY juga meyakini, sejumlah pejabat di Kabinet Jokowi yang disebut-sebut terlibat hanyalah klaim semata.

"Partai Demokrat meyakini yang dilakukan Moeldoko itu sangat mengganggu dan merugikan nama baik beliau. Sementara itu, saya juga punya keyakinan bahwa nama Menkopolhukam Mahfud MD, dan Menkumham Yasonna Laoly juga dicatut namanya."

"Demikian juga nama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan KaBIN Jenderal Budi Gunawan yang juga disebut-sebut namanya. Partai Demokrat tetap percaya bahwa para pejabat tersebut memiliki integritas, betul betul tidak tahu menahu dan tidak masuk diakal mengganggu Partai Demokrat," bebernya.

Dalam pidatonya, SBY juga merespons pernyataan Mensesneg Pratikno yang menyebut apa yang terjadi di internal Demokrat sebagai persoalan internal.

SBY menyatakan, gerakan kudeta itu bukanlah persoalan internal karena melibatkan orang luar yaang merupakan pejabat penting di pemerintahan Jokowi.

Meski sudah diungkap, lanjut SBY, gerakan kudeta itu tidak berhenti.

"Setelah diungkap, apakah pelaku gerakan mengentikan gerakannya? Ternyata tidak. Saya telah mendapat laporan resmi dari pimpinan partai dan juga mendapatkan informasi dari daerah bahwa segelintir kader dan mantan kader pelaku gerakan itu masih bergerak di lapangan. Sembunyi-sembunyi, kucing-kucingan," ujar dia.

Karena itu, lanjut SBY, dirinya menyatakan bakal turun gunung untuk menghentikan gerakan itu.

"Itulah sebabnya, meskipun sejak Kongres 2020 lalu saya tidak aktif lagi dalam kegiatan sehari-hari partai namun kali ini, menghadapi gerakan ini sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai saya harus turun gunung," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul SBY Curhat Rumahnya Digeruduk Massa Jelang Pilkada DKI 'Hingga Kini Keadilan Tidak Pernah Datang',

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved