Muhammad Rusli Penderita Disartria, Petugas Pencatat Meteran Listrik yang Ingin Terangi Negeri
Kisah petugas pencatat meteran listrik di Cileungsi Kabupaten Bogor Muhammad Rusli penderita disartria tetapi ingin listrik lancar menerangi rumah.
Penulis: Suharno | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM - Sembari membawa telepon genggam dan tas, pria bertopi masuk satu persatu ke rumah warga di Gandoang Cileungsi, Kabupaten Bogor, Senin (15/2/2021).
Setelah mengucapkan salam dan dijawab serta dipersilakan masuk oleh sang empunya rumah, pria bertopi itu masuk ke dalam rumah.
Seusai meminta izin, dia kemudian langsung menuju ke tempat meteran listrik rumah berada.
Ponsel pintar yang digenggamnya kemudian diarahkan ke meteran listrik kemudian muncul sejumlah foto angka yang menunjukan jumlah pemakaian listrik di rumah tersebut.
Sebelum pamit kepada sang pemilik rumah, pria bertopi itu kemudian menyerahkan surat tagihan pembayaran listrik kepada sang penghuni rumah.
Usai dari satu rumah, pria bertopi bernama Muhammad Rusli (40) ini kemudian masuk ke rumah yang lain untuk melakukan aktivitas yang sama.

Muhammad Rusli warga Kampung Sawang Cileungsi Kidul Cileungsi Kabupaten Bogor ini merupakan petugas pencatat meteran listrik di sekitaran Kecamatan Cileungsi hingga Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.
Sepintas, memang tidak ada yang berbeda antara Muhammad Rusli dengan petugas pencatat meteran listrik di sejumlah daerah di Indonesia.
Namun, saat berbincang dengannya, terdengar suara yang dikeluarkan dari mulutnya berbeda dari orang normal.
Irama bicara Rusli tidak seperti orang biasa, serta terdengar sengau dan cadel. Hal tersebut sering terjadi kepada penderita disartria.
Meski memiliki kekurangan, namun Rusli tetap bekerja secara profesional melayani konsumen PLN.
"Aaa, saya berusaha untuk profesional meski saya mengalami keterbatasan untuk berkomunikasi," ujar pegawai yang dipekerjakan pihak ketiga PLN ini dengan irama yang kurang jelas, Senin (15/2/2021).
Rusli menyebut dirinya menaungi 1400 rumah yang wajib dicek meteran listriknya.
Meski menderita disartria atau kurang jelas berkomunikasi, akan tetapi tidak mengganggu kemampuan berpikir dan bertindak.
Rusli tetap bisa mengoperasikan aplikasi pencatatan meteran listrik menggunakan aplikasi di telepon pintarnya.
"Saya sudah lima tahun bekerja sebagai pencatat meteran listrik. Sebelumnya bekerja di pabrik karena habis kontrak akhirnya keluar," kata pria yang belum berkeluarga ini.
Meski sulit berkomunikasi, akan tetapi Rusli mengatakan dirinya tetap akan menjelaskan sejelas-jelasnya apabila ada pelanggan PLN yang bertanya tentang pelayanan perusahaan listrik negara.
Hal tersebut terjadi pada pertengahan tahun 2020 lalu, dimana sejumlah pelanggan mengeluh tarif kenaikan listrik yang naik bahkan lebih dari dua kali lipat.
Banyak masyarakat yang menanyakan hal tersebut kepada Rusli yang juga mulai mengecek meteran listrik pasca dirumahkan sementara karena dampak pandemi Covid-19.
"Saya jelaskan perlahan-lahan, hingga masyarakat yang bertanya mengerti apa yang saya sampaikan," katanya.
"Alhamdulillah, mereka mengerti apa yang saya sampaikan. Karena pada saat awal pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah yang menyebabkan tagihan listrik membengkak," sambungnya.
Rusli juga kerap menjelaskan ketika ada sejumlah pelanggan PLN yang bertanya tentang diskon yang diberikan PLN di massa pandemi Covid-19 untuk pelanggan yang kurang mampu.
Tidak hanya profesional saat bekerja, Rusli juga berjiwa dermawan, dan sering menalangi apabila ada pelanggan yang lupa atau belum mampu membayar tagihan listrik.
"Ya, itu untuk yang sudah kenal baik dan memang upah dari perusahaan tempatnya bekerja baru dibayarkan pada tanggal tertentu sehingga tidak jatuh tempo dan didenda," ungkapnya
"Tetapi hanya yang memang benar-benar tidak mampu namun tetap berusaha dan bertanggung jawab," imbuh Rusli.
"Karena saya ingin aliran listrik PLN lancar menerangi tiap rumah meski saya tidak lancar berkomunikasi, karena di tiap rumah tentu ada anak-anak yang saat ini sedang belajar di rumah dampak pandemi dan anak-anak ini merupakan masa depan untuk Indonesia maju," tandasnya.
Seorang pelanggan PLN di Gandoang Cileungsi Kabupaten Bogor yang rumahnya kerap disambangi Rusli untuk dicek meteran listriknya, Rona (60) mengatakan pernah satu kali ditalangi oleh Rusli.

"Saya pernah sekali, ketika saya meminta anak saya untuk membayar tagihan listrik karena sudah jatuh tempo dan terlambat, tahu-tahu kok sudah dibayar. Ternyata Rusli yang sudah menalangi terlebih dahulu," ujarnya.
Rona menjelaskan gaya bicara Rusli memang berbeda dengan orang normal tetapi kami memahami dan mengerti.
"Memang berbeda karena sering terdengar seperti suara aaauuu. Tetapi apa yang disampaikannya masih bisa kami pahami," ungkap Rona.