Sisi Lain Metropolitan
Masalah Sampah di Kolong Tol Papanggo Sudah Terjadi Puluhan Tahun
Masalah tumpukan sampah yang memenuhi kolong tol Ir. Wiyoto Wiyono di RW 08 Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, bukan merupakan hal yang baru.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Masalah tumpukan sampah yang memenuhi kolong tol Ir. Wiyoto Wiyono di RW 08 Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, bukan merupakan hal yang baru terjadi setahun dua tahun belakangan.
Menurut penuturan warga setempat, tumpukan sampah sudah ada sejak puluhan tahun lamanya.
Salah seorang warga, Muri (33), menuturkan bahwa tumpukan sampah sudah dilihatnya sejak ia tinggal di kolong tol sekitar tahun 1996 silam.
Namun, ketika ia pertama kali tinggal di sana, sampah belum menumpuk seperti sekarang.
"Saya tinggal di sini dari 1996. Dulu sampah ya ada sih, cuman nggak kayak sekarang. Itu dia lama-lama numpuk," kata Muri di lokasi, Senin (15/3/2021).
Gubuk alias rumah bedeng Muri, berdasarkan pantauan di lokasi, berada persis di kolong tol.
Baca juga: Teriak Ingin Bertemu AHY, Massa Aksi di Depan DPP Demokrat Ogah Dibubarkan dan Tutup Jalan
Baca juga: Mayat Petugas Kebersihan Ditemukan Tergeletak dalam Saluran Air di Koja, Polisi Bilang Begini
Baca juga: Pemprov DKI Masih Galau Berikan Izin Tempat Karaoke Dibuka Saat Pandemi Covid-19
Kediaman Muri bahkan langsung berhadapan dengan tumpukan sampah.
Sudah pasti, bau tidak sedap jadi makanan sehari-hari Muri, yang tak bisa berbuat apa-apa selain berserah kepada nasib.
"Kalau anginnya ke sini ya bau banget. Saya mah terima nasib aja, kotor emang kotor, cuma ya mau gimana lagi," katanya.
Keberadaan tumpukan sampah yang sudah menahun juga dibenarkan Ketua RW 08 Papanggo, Ujang Abdul Mutolib.
Dijabarkan Ujang, jalan tol Ir. Wiyoto Wiyono sendiri sudah dibangun sejak 1993.
Kemudian, pada sekitar tahun 2005, warga mulai berdatangan untuk tinggal di kolong tol tersebut.
"Tumpukan sampah sudah ada cukup lama, belasan tahun. Semenjak ini dibangun aja, 1993, launching 1996," kata Ujang.
"Ke sini ada lah plus minus itu, ramenya itu sekitar tahun 2005-2006 masyarakat mulai bermukim di sini. Mereka-mereka yang enggan mengontrak tinggal di bawah kolong tol," sambungnya.
Hampir bersih, kini sampah menumpuk lagi
Permasalahan sampah di kolong tol Ir. Wiyoto Wiyono, wilayah RW 08 Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, tak kunjung selesai.
Hingga kini, tumpukan sampah masih menghampar di kolong tol tersebut.
Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com pada Senin (15/3/2021) siang, gundukan di kolong tol tersebut didominasi oleh sampah rumah tangga.
Plastik kresek beragam warna, bungkus makanan ringan, botol minuman kosong, hingga bekas perabotan memenuhi hampir seluruh sudut kolong tol.
Baca juga: BW TGUPP Jadi Kuasa Hukum Demokrat Kubu AHY, Wagub DKI: Tidak Ada yang Dilanggar
Di tengah suasana gelap kolong tol, bau menyengat dari tumpukan sampah tersebut tak bisa dihindari.
Namun, kondisi kolong tol yang memprihatinkan itu sama sekali tidak dihiraukan warga yang tinggal di sana.
Pada beberapa bagian di sisi kolong tol, terdapat gubuk-gubuk alias rumah bedeng yang ditinggali warga.
Mereka tak terlihat risih dengan sampah yang menumpuk ini.
Anak-anak kecil warga setempat bahkan menjadikan tumpukan sampah ini area bermain mereka.
Kondisi kolong tol yang penuh sampah sebenarnya sudah pernah menjadi sorotan beberapa tahun silam.
April 2018 lalu, TribunJakarta.com sempat meliput di tempat yang sama. Kala itu, kondisi kolong tol memang terlihat lebih parah.
Baca juga: Kedua Orangtua Ini Tega Merantai Anak Kandung Selama 3 Hari di Rumah, Tetangga Kaget Dengar Rintihan
Tumpukan sampah jauh lebih banyak daripada kondisi yang terjadi sekarang ini.
Pemerintah setempat sempat berupaya membersihkan sampah pada saat itu.
Pembersihan dilakukan dengan cara pengerukan dan pengangkutan sampah dengan gerobak motor, satu-satunya kendaraan yang bisa mengakses jalanan masuk ke kolong tol.
Setelah berhari-hari pembersihan, sampah di kolong tol berangsur-angsur terangkut.
Total 1.644 ton sampah dibersihkan setelah penanganan selama 28 hari.
Kendati hampir bersih, kurangnya pengawasan dari pengelola dinilai menjadi penyebab utama kembali menumpuknya sampah di kolong tol tersebut.
Hal itu dikatakan Ujang Abdul Mutolib, yang saat ini menjabat sebagai Ketua RW 08 Kelurahan Papanggo.
"Iya, tahun 2018 itu sudah pembersihan besar-besaran. Saat itu sudah mendekati bersih, tapi sekarang kembali lagi seperti dulu," kata Ujang.
Baca juga: Kedua Orangtua Ini Tega Merantai Anak Kandung Selama 3 Hari di Rumah, Tetangga Kaget Dengar Rintihan
Menurut Ujang, pembersihan besar-besaran tiga tahun lalu tak serta merta membuat permasalahan sampah selesai begitu saja.
Pascapembersihan besar-besaran, pengawasan serta pembatasan akses warga untuk membuang sampah ke kolong tol tak diperketat.
Imbasnya, warga di sekitar lokasi yang tak punya kesadaran membuang sampah pada tempatnya bolak balik memilih area kolong tol sebagai tempat sampah mereka.
Meskipun petugas PPSU Kelurahan Papanggo sudah berkali-kali melakukan pembersihan, warga masih saja nekat membuang sampah ke kolong tol itu.
"Memang kolong tol ini sering sekali kelurahan mengirim PPSU. Tapi kan karena banyak warga yang membuang sampah di situ, ya kalah juga PPSU-nya," kata Ujang.
Dijelaskan Ujang, pengurus RW setempat juga tak henti-henti menegur apabila ada warga yang kedapatan membuang sampah.
Namun, tak sedikit warga yang mengabaikan teguran tersebut dengan alasan jauhnya TPS terdekat yang letaknya di RW 07 Papanggo.
"Warga juga pinter kucing-kucingan sama pengurus. Ketika pengurus nggak ada dia buang dua karung, dua karung. Itu bukan satu, lebih dari satu," kata Ujang.
Baca juga: Pengurus RW di Kolong Tol Papanggo Sering Kucing-kucingan dengan Warga yang Buang Sampah Sembarangan
Menanggapi permasalahan sampah kolong tol yang menahun ini, Ujang pun berharap ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan pengelola jalan tol, PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP).
"Harapan saya harus dibicarakan juga antara kelurahan dan pengguna daripada jalan tol ini atau penguasanya perusahaan CMNP ini kerja sama dengan lurah, dibersihkan kembali, ada yang mengawasi," tutup Ujang.