Sisi Lain Metropolitan

Alasan Pasien Pilih Patah Tulang Haji Naim di Cipete: Bayar Seikhlasnya, Hasil Dipercaya Manjur

Balai pengobatan alternatif patah tulang Haji Naim di kawasan Cipete Raya, Cilandak, Jakarta Selatan acapkali dipenuhi pasien setiap buka praktik.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Suasana di tempat pengobatan alternatif Haji Naim pada Rabu (17/3/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, CILANDAK - Balai pengobatan alternatif patah tulang Haji Naim di kawasan Cipete Raya, Cilandak, Jakarta Selatan acapkali dipenuhi pasien setiap buka praktik.

Pengobatan ini sudah kondang terdengar bukan hanya di Jakarta, tetapi juga luar kota.

Haji Naim menjadi salah satu 'bengkel' patah tulang yang diandalkan masyarakat karena manjur dan murah sampai sekarang.

Dari balik meja balai pengobatan Haji Naim, terdapat kotak uang bertuliskan 'uang pengobatan tanpa amplop'.

Pasien yang sudah dipijat lalu memasukkan uang di kotak kaca itu. Tangan mereka menggenggam sejumlah uang lalu memasukkannya ke dalam.

Baca juga: Ketiduran di Mobil Saat Parkir di SPBU, Pengendara jadi Korban Pencurian, Pelaku Juga Gunakan Mobil

Namun, ada pasien yang langsung memberikannya kepada pengurut berupa amplop. Pengurut itu menyobek amplop itu dan memasukkan uang ke dalam kotak.

Dilihat sepintas, kebanyakan uang itu berwarna biru, ada juga yang merah.

Biaya pengobatan Haji Naim terbilang terjangkau. Perkataan itu diperjelas di sebuah kaca kamar yang bertuliskan 'uang pengobatan, tanpa tarif, sepantasnya," begitu bunyi tulisan itu.

Karena hal itu juga lah yang menjadi pertimbangan sebagian pasien datang selain memang dipercaya ampuh mengobati patah tulang.

Deri (36) warga Utan Kayu, Matraman lebih memilih ke pengobatan Haji Naim karena harganya terbilang murah ketimbang dibawa ke dokter ortopedi. Ia mengetahui pengobatan ini dari tetangganya.

Baca juga: Kabar Bagus! Keterisian Tempat Tidur Isolasi Covid-19 di Tangsel Menurun, Ini Rinciannya

Baca juga: 7 Mobil Damkar dan 32 Personel Dikerahkan Padamkan Kebakaran Rumah di Pancoran Jaksel

"Kalau ke rumah sakit biayanya besar, di Rumah Sakit paling-paling dipasang pan atau gips," ujar pria yang mengalami masalah di bagian pinggang kiri kepada TribunJakarta.com pada Rabu (17/3/2021).

Sudah sebulan lebih ia dirawat di balai pengobatan Haji Naim. Ia merasa kakinya sudah lebih baik dan sudah bisa berjalan meski masih menggunakkan tongkat kruk.

Hal yang sama juga diutarakan Dion (29). Petugas keamanan bank swasta ini mengalami kecelakaan tunggal saat bersepeda motor.

Kedua pahanya pun mengalami masalah. Ia dibawa menuju Haji Naim oleh teman-temannya.

Ia mengatakan biaya yang mahal jadi pertimbangannya bila dirawat di rumah sakit.

Selain itu, dokter biasanya akan memasang pen di tulang yang patah. Sedangkan di Haji Naim tidak demikian. Pengurut langsung menangani tulang yang patah dengan kedua tangannya dan memakai minyak khas Cimande.

"Pasti nanti dioperasi pakai pen. Terus biayannya juga agak mahal," tambahnya.

Salah satu anak dari keturunan Haji Naim, Sanusi, mengatakan balai pengobatan Haji Naim tak pernah dipatok harga sampai sekarang karena pesan mendiang ayahnya.

"Sebetulnya dari dulu begitu. Kalau emang orang enggak ada (uang) enggak apa-apa enggak usah ngasih," tukasnya.

Meski dalam dunia medis ada dokter ortopedi, pengobatan alternatif pun hingga kini masih dipercaya sebagian besar masyarakat untuk penyembuhan patah tulang.

Sejak tahun 1960

Tak jauh dari balai pengobatan alternatif itu, terdapat rumah salah satu anak dari keturunan Haji Naim bernama Sanusi.

Di teras rumahnya, ia bercerita bahwa ayahnya, Naim sempat berguru ke aliran pencak silat Cimande. Di sana, ia tak hanya belajar bela diri, melainkan juga mendalami pengobatan patah tulang.

"Ayah saya Haji Naim orang yang suka merantau dulunya (berguru). Ke Banten, ke Cirebon akhirnya ke Cimande. di Cimande belajar mendalami pengobatan patah tulang," katanya.

Begitu mahir memijat, Naim tak langsung membuka jasa pijat patah tulang. Awalnya, ia sering membantu orang sekitar dan tetangga yang mengalami patah tulang.

Karena ahli dalam menyembuhkan patah tulang, namanya pun mulai santer terdengar. Naim kemudian mendirikan pengobatan ini pada tahun 1960.

"Dulu bantuin orang sakit, jadi dikata buka ya namanya orang butuh pertolongan, yaudah rumah kita diubah menjadi tempat praktik," ujar Sanusi.

Sanusi mengenang awalnya Naim menangani pasien di depan teras rumah mereka.

Baca juga: Kunci Keberhasilan Basrief Arief Jaksa Agung di Era SBY Sebelum Wafat, Ada Dukungan Mulia Orangtua

Baca juga: Sempat Memanas Saling Dorong, Mobil Komando Aparat Kepolisian Putar Asmaul Husna Cairkan Suasana

Namun, jumlah pasien yang datang terus bertambah membuat Naim melebarkan tempat pengobatannya. Selain itu, ada juga yang butuh perawatan inap.

Akhirnya, rumahnya dijadikan balai pengobatan alternatif patah tulang dan rawat inap sampai sekarang.

Balai itu beralamat di Jalan MPR III Dalam No. 24, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

"Dulu kadang kan kalau pasien yang harus rawat inap dibawa ke dalam rumah. 'Wah kalau begini enggak ngena nih'. Padahal ini khusus rumah, jadi kita bikin tempat penginapan pasien," tambahnya.

Minyak asli Cimande

Ciri khas dari pengobatan patah tulang Haji Naim adalah pemakaian minyak khas dari Cimande.

Minyak itu ibarat obat mujarab untuk menyembuhkan patah tulang.

Sanusi menjelaskan minyak Cimande di antaranya terbuat dari minyak kelapa dan tebu.

Minyak itu didatangkan langsung dari Cimande.

"Nanti ada yang nganter dari Cimande. Enggak kita buat sendiri. Nanti di sini baru kita campur lagi," lanjutnya.

Bila sudah tiba, minyak itu akan ditambahkan putih telur. Sanusi beralasan penggunaan putih telur dipercaya bisa mengencangkan tulang.

"Nanti menyerap ke dalam buat ngencengin. Kayak dipasang gips," lanjutnya.

Pembuatan minyak Cimande secara massal, cerita Sanusi, juga tak bisa sembarang waktu.

Ia mencontohkan di hari-hari besar biasanya minyak tersebut dibuat banyak.

"Enggak setiap hari dibikin, biasanya ya ada Maulid Nabi baru bikin. Kalau Maulid bikin banyak," jelasnya.

Ada amalan yang harus dilakukan kala membuat minyak Cimande seperti berpuasa dan berdoa.

"Iya harus puasa dalam pembuatannya. Kan kita minta Allah. Ada puasa, Dzikir, doa juga" tambahnya.

Selain minyak yang khas, pengobatan Haji Naim juga menggunakan batang bambu dan potongan kardus sebagai penyangga tulang yang patah.

Dulu, ia sempat menggunakan kulit waruk sebelum menggunakan bambu. Namun, kulit tersebut sudah sulit ditemukan.

Tak pasang tarif

Haji Naim sempat berpesan kepada keturunan yang meneruskan jasa pijat patah tulang agar tidak memberikan tarif kepada pasien.

Pasien membayar jasa pijat seikhlasnya saja.

Baca juga: Anies Capres Favorit Anak Muda, Eks Anak Buah Prabowo: Modal Pilpres Bukan Survei Tapi Duit & Parpol

Baca juga: Dibawa ke Dukun Karena Hamil di Luar Nikah, Bocah di Kebumen Justru Alami Ini hingga Terus Melamun

"Sebetulnya dari dulu begitu. Kalau emang orang enggak ada, enggak usah ngasih enggak apa-apa," katanya.

Pasiennya pun tak hanya berasal dari warga Jakarta saja. Banyak juga orang daerah yang datang ke pengobatan ini. Rata-rata, Sanusi dan pemijat lainnya meladeni sekitar 100 orang per hari bahkan bisa lebih.

Nama Haji Naim pun telah menggema sampai menembus mancanegara.

"Dari luar juga ada. Dari Amerika, Singapura, Malaysia. Orang Afrika juga ada. Orang Singapura terbang sengaja menginap di hotel memang pengen ke sini," ucapnya.

Pengobatan alternatif ini kini diteruskan oleh anak cucu Haji Naim. Haji Naim yang meninggal pada tahun 1981 itu berpesan agar pengobatan ini terus dilestarikan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved