Jenderal Gondrong BNN Hampir Meregang Nyawa saat Beraksi, Pernah Jadi Juru Parkir dan Debt Collector
Sebelum terkenal menjadi pemberatasan narkoba di tanah air, Arman Depari harus melalui banyak rintangan sulit dalam menjalani hidup.
TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Sebelum terkenal menjadi pemberatas narkoba di tanah air, Arman Depari harus melalui banyak rintangan sulit dalam hidupnya.
Arman Depari atau yang akrab disapa Jenderal Gondrong pernah menjadi tukang parkir dan debt collector.
Dua pekerjaan tersebut turut mewarnai hidup Arman Depari.
Arman Depari terkenal dengan sebutan Jenderal Gondrong.
Hal tersebut tak lepas dari gaya rambutnya yang memang gondrong dan diikat.

Sejak menjabat Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2016 lalu, Arman Depari yang kala itu masih bertugas di Polri dan berpangkat Inspektur Jenderal atau Irjen memang berpenampilan gondrong.
Penampilan nyentriknya membuat dia mudah dikenali.
Namun, selain penampilan nyentriknya, prestasi Arman Depari dalam pemberantasan narkoba di tanah air juga sudah tak diragukan lagi.
Baca juga: Penampilan Terbaru Amanda Manopo Beda Dratis saat Perankan Andin, Intip Gayanya yang Kian Fresh
Baca juga: Sidang Lanjutan Rizieq Shihab Belum Pasti Digelar Offline untuk Semua Perkara
Baca juga: Jadwal Piala Menpora Hari Ini, Rabu 24 Maret 2021: Ada Duel Persib Vs Bali Utd, Persiraja Vs Persita
Karenanya tak heran jika Arman Depari yang sempat dipindahkan dari jabatannya di BNN karena sudah memasuki usia pensiun dari Polri, kini diangkat kembali menjadi Deputi Pemberantasan BNN.
Ditemui di kantornya, Senin (22/3/2021), Jenderal Gondrong BNN ini kembali menceritakan sedikit perjalanan karirnya.
Mulai dari awal karir di kepolisian yang hidupnya masih pas-pasan hingga tentang perjuangannya dalam mengungkap sejumlah kasus kakap narkoba di Indonesia.
Awalnya, Arman menceritakan tentang kehidupan masa mudanya yang sangat pas-pasan.
Bahkan, dia terpaksa mencari pekerjaan sampingan karena pendapatan kala itu dari Polri hanya cukup untuk kebelangsungan hingga pertengahan bulan.
Sekitar tahun 1986, Arman sempat mengaku menjadi tukang parkir di Parkir Timur Senayan.
Tak hanya itu, ia juga sempat bekerja sebagai debt collector.
Baca juga: 15 Hari Truk Angkut Barang di Rumah Mewah Viral, Warga Tak Sangka Ternyata Perampok: Mereka Nyantai
Baca juga: Keterisian Tempat Tidur Khusus Pasien Covid-19 Tak Capai 60%, Anies: Sudah Ideal
Baca juga: Akrab dengan Jessica Iskandar, Nobu Kenang Momen di Jepang 4 Tahun Lalu
Padahal saat itu Arman sudah berpangkat perwira Polri.
"Saya pernah jadi tukang parkir dan debt collector. Ya terus terang aja gaji dulu di tanggal 20 sudah habis," ungkapnya, Senin (22/3/2021).
Arman menyebut dirinya sekira satu tahun menjalani profesi sampingan sebagai tukang parkir di Parkir Timur Senayan.
"Itu sekitar setahun jadi tukang parkir di Parkir Timur Senayan. Waktu itu jabatan saya masih Iptu," kenang dia.
Namun seiring waktu berlalu, kegigihannya membuahkan hasil.
Ia kini bisa berada di posisi saat ini lantaran usaha dan semangatnya.

"Intinya pernah seperti itu. Itu waktu dulu, karena di zaman itu memang perekonomian cukup sulit," lanjutnya.
Hampir meregang nyawa
Setelah bercerita sedikit tentang kehidupan masa mudanya, Arman melanjutkan cerita pengalamannya dalam memberantas narkoba.
Dia mengatakan bahwa dulunya ia tidak mengetahui banyak hal terkait narkotika.
Namun seiring tanggung jawab yang diembannya ia mulai mempelajari berbagai hal terkait jenis dan penggunaan dari barang haram tersebut.
"Dulu belum mengerti banyak soal narkoba. Lalu akhirnya mulai banyak belajar," katanya di Kantor BNN, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Baca juga: Geliat Prostitusi Online di Hotel Alona, Wanita Kerap Pakai Baju Seksi Bikin Geram Istri Orang
Mengemban tanggung jawab lebih besar, mantan Kapolda Kepulauan Riau tahun 2014-2016 ini rupanya memiliki banyak cerita menarik yang masih terkenang hingga kini.
Kisah tersebut ternyata membawanya selamat dari maut ketika melakukan pengembangan kasus dan mengejar target operasi.
Satu diantara cerita tersebut ialah kala ia berhasil menggagalkan penyeludupan 21 paket berisi sabu seberat 436,30 kilogram di Kepulauan Seribu.
Usai pengembangan kasus, pada Januari 2021 lalu, Arman dan anak buahnya berangkat ke Kepulauan Seribu.
Di tengah cuaca buruk, Arman sudah melihat pantauan cuaca dari BMKG.
Disebutkan akan terjadi badai dan hujan petir, Arman hanya bisa pasrah dan terus berdoa.
Ketar-ketir, Arman sempat merasa ragu sampai seorang dari timnya memulai percakapan lebih dulu ketika ombak besar datang.
"Pak kalau ombaknya agak besar, kita balik aja," kata rekannya.
"Yaudahlah," sahutnya tegas.

Masih terus berdoa, akhirnya ombak besar mulai menghilang dan air laut kembali tenang.
"Ceritanya ombak besar. Lalu kita jalan sambil berdoa. Tapi yang tadinya menurut BMKG badai petir justru tenang," jelasnya.
"Memang cuacanya kan seperti itu. Sempat saya baca juga pukul 21.00 WIB itu akan badai dan hujan petir. Saya juga sempat ragu. Saya pantau BMKG sebelum naik kapal dari Pantai Mutiara. Saya berdoa terus. Untungnya tak separah itu," tambahnya.
Sayangnya, ketika cuaca sudah bersahabat, ujian lain justru datang ketika melakukan pengejaran target.
Demi menggagalkan penyeludupan tersebut, ia harus transit dari satu kapal ke kapal lain.
Klimaksnya, saat transit kapal ia jatuh dan terpeleset.
Laut yang dalam membuatnya pucat pasi dan panik.
Arman mengatakan nyawanya seolah berada diujung tanduk.
Namun, lagi-lagi kuasa Tuhan membuatnya berhasil selamat usai terjatuh dari kapal.
"Jadi untuk bisa merapat ke pantai harus loncat kapal ke kapal. Itu pas transit kapal milik Bakamla itu jatuh karena licin. Ini sempat lebam di bagian kaki kanan," ucapnya.
Selanjutnya, kejadian berikutnya ialah kala ia menggagalkan penyeludupan narkotika di Sukabumi, Jawa Barat.
Di mana BNN berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu seberat 60 kilogram pada tahun 2014 silam.
Kala melakukan pengembangan kasus, lagi-lagi ia harus mengejar sampai ke perairan Pelabuhan Ratu.

Badai besar yang terjadi kala itu membuatnya hampir membatalkan operasi kala itu.
Bahkan, Arman menyebut itu menjadi satu-satunya kejadian yang membuatnya hampir membatalkan operasi.
"Itu bermula dari pengembangan operasi. Sempat badai besar. Mungkin itu satu-satunya dihidup saya yang ingin membatalakan operasi. Saya melihat badai kok begini," ungkap bapak tiga anak ini.
Arman menceritakan itu pertama kalinya ia melihat badai yang teramat seram.
Daun pohon kelapa yang tinggi dikatakannya sudah menyentuh daratan.
Dingin dan ombak besar tentunya sudah hal yang pasti terjadi saat itu.
"Guidenya mengatakan kalau selama dia di situ, dia baru lihat cuaca bgni. Nah itu yang membuat saya ragu untuk melanjutkan operasi itu. Tapi saya batalkan tidak mungkin. Akhirnya saya tanya anak buah melalui HT," ujarnya.
Melalui HT, anak buah mengatakan gelombang tinggi dan jarak pandang hanya tiga meter.
Ketegangan demi ketegangan terus terjadi sampai puncaknya seorang anak buah Arman jatuh ke laut.
Meski bukan menimpa dirinya, itu termasuk kejadian terburuk yang dialaminya selama pengembangan kasus.
Tenggelam di tengah gelombang tinggi membuat Arman dan rekan lainnya berupaya mencari.
Sampai keajaiban terjadi dan anak buahnya pun muncul ke permukaan air laut.

"Anggota saya masuk ke dalam laut. Itu dia sudah tenggelam dan muncul lagi," jelasnya.
Arman menuturkan semuanya merupakan resiko dari pekerjaannya.
Sejauh ini, ia selalu mensyukuri apapun yang Tuhan berikan.
Apapun yang dihadapinya, ia selalu meminta perlindungan kepada Tuhan.