Bom di Makassar

Sekuriti Gereja HKBP Kernolong Sebut Satpam Katedral Makassar yang Cegat Pelaku Bom, Superhero

Meski muslim, kedua petugas sekuriti yang merupakan abang adik itu siap pasang badan demi mengamankan Gereja HKBP Kernolong, Senen, Jakarta Pusat.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Petugas sekuriti di HKBP Kernolong, Jakarta Pusat, Ibnu ketika dijumpai TribunJakarta.com pada Jumat (2/4/2021).   

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Aksi petugas sekuriti yang menghadang teroris masuk ke dalam Gereja Katedral di Makassar menuai sanjungan dari masyarakat.

Kosmas, nama petugas sekuriti itu, memasang badannya sampai terluka agar teroris tidak bisa masuk ke dalam lingkungan gereja.

Ibnu, yang juga bekerja sebagai petugas sekuriti ikut memuji Kosmas.

Menurutnya, Kosmas bak tokoh superhero di komik.

Entah superhero seperti apa. Ibnu tak menyebutkan secara lengkap.

Baca juga: Tahan Pelaku Bom Gereja Katedral di Depan Gerbang, Satpam Ini Beberkan Kesaksiannya

"Kayak komik superhero. Dia sudah menjaga keamanan gereja. Apalagi gereja yang di Makassar itu bukan gereja kecil," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (2/4/2021).

Berkaca dari Kosmas, Ibnu juga akan menjaga Gereja HKBP Kernolong, gereja yang dijaganya setiap hari itu, dari aksi teroris.

Petugas sekuriti beragama Islam itu juga siap mempertaruhkan nyawa demi keamanan dan keselamatan jemaat.

Baca juga: Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Pastur Wilhelmus: Saat Pelaku Ditahan Satpam Bom Meledak

"Saya sebagai sekuriti sudah tahulah resikonya bagaimana," lanjutnya.

Abang adik jaga gereja demi keselamatan jemaat

Aksi teroris yang menyasar Gereja Katedral di Makassar belakangan ini tak membuat Ekalaya (33) dan Ibnu (24) gentar.

Meski muslim, kedua petugas sekuriti yang merupakan abang adik itu siap pasang badan demi mengamankan Gereja HKBP Kernolong, Senen, Jakarta Pusat.

Siang itu, langit tampak cerah di atas HKBP Kernolong, Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.

Jemaat sudah banyak yang meninggalkan gereja seusai beribadah di perayaan Paskah.

Deretan mobil yang terparkir di depan jalan Kernolong berubah sepi.

Eka sedang berada di dalam pos sekuriti. Sementara adiknya, Ibnu berjaga dengan duduk di bangku lipat depan gerbang. Matanya awas dengan gerak gerik warga yang melintas.

Pengamanan di Gereja HKBP Kernolong saat itu tak seperti biasanya. Pintu gerbang masuk hanya dibuka setengah.

Setiap tamu yang masuk ditanyakan keperluannya lalu diperiksa tasnya.

Sebab, beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada Minggu (28/3/2021), terjadi ledakan bom bunuh diri oleh teroris yang merupakan sepasang suami istri di depan gerbang gereja Katedral Makassar.

Musibah yang terjadi di sana dirasakan juga oleh mereka berdua yang bertugas menjaga gereja. Apalagi, kala itu jemaat banyak yang beribadah di Hari Minggu.

Sebab, tanggung jawab besar untuk menjaga keamanan Gereja dipikul di pundak mereka.

"Saya tahu dari Jemaat, 'Pak hati-hati ya itu (ada bom) di Makassar', terus saya langsung cek di media online," ungkap Eka kepada TribunJakarta.com pada Jumat (2/4/2021).

Eka juga diberitahu oleh pihak Binmas melalui pesan singkat terkait kejadian itu.

Ia diminta untuk memperketat pengamanan di dalam gereja.

Bila ada jemaat yang mencurigakan, pihak sekuriti harus memeriksanya.

Istri Ibnu sempat ketar-ketir usai mendengar berita ledakan di Makassar itu.

Ia sempat menghubungi Ibnu beberapa kali menanyakan kondisinya.

"Istri juga sempat was-was. Pas hari Minggu kemarin sempat telfon beberapa kali menanyakan kabar saya gimana," ujarnya.

Eka menyadari bahwa sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga gereja tetap aman. Ia siap pasang badan dan siap mati demi keamanan dan keselamatan jemaat.

"Saya berani lah (mati), buat apa takut. Kewajiban saya. Emang umur saya sampai di sini aja berarti. Saya sudah siap dan menerima resikonya. Buat apa takut," jelasnya.

Ibnu pun mendukung jawaban abangnya itu.

Berkaca dengan aksi seorang sekuriti di Makassar yang mencegah teroris masuk ke dalam gereja, ia siap menjaga gereja meski harus mempertaruhkan nyawanya.

"Siap pasang badan saya di depan. Sudah kewajiban saya sebagai sekuriti harus tahu lah resikonya kayak gimana," jelasnya.

Eka dan Ibnu mengutuk keras tindakan pelaku kejahatan yang menebar teror dengan meledakkan diri itu.

Tindakan itu, lanjut Eka, tak mewakili islam sama sekali.

"Radikal yang kayak gitu mesti dikutuk. Islam enggak kayak gitu," pungkas Eka.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved