Pembelajaran Tatap Muka

Tak Bisa Tutupi Bahagia Anaknya Besok Sekolah, Sriatun: Kelamaan Sekolah Online Kami yang Repot

Orangtua murid, Sriatun (41) merasa senang ketika anaknya yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 15 Cipete Utara,

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Dua orangtua siswa sedang berada di ruang kelas SDN 15 Cipete Utara jelang PTM, Suparni (baju kuning) dan Sriatun (41) pada Selasa (6/4/2021).   

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Orangtua murid, Sriatun (41) merasa senang ketika anaknya yang bersekolah di sekolah dasar negeri (SDN) 15 Cipete Utara, menjadi sekolah piloting atau uji coba pembelajaran tatap muka yang berlangsung besok pada Rabu (7/4/2021).

Meski rasa ragu menghinggapinya, tetapi ada juga sisi positif yang dirasakan Sriatun.

"Ya fifty-fifty ya masih khawatir. Tapi kalau anak kelamaan sekolah online kita yang repot jadi ya bismillah aja," ceritanya seraya tertawa kepada TribunJakarta.com pada Selasa (6/4/2021).

Baca juga: Curahan Hati Seorang Ibu saat Anaknya Sekolah Online: Kalau Susah, Orangtua Tanya Siapa?

Pasalnya, ibu dari siswa kelas 4 SD bernama Zildan tersebut harus membagi waktu antara kerja dan mengajar anaknya itu.

Sriatun bekerja sehari-hari sebagai pencuci baju di sebuah laundry. 

"Kan kita kerja juga, jadi pulang langsung bantuin sekolah online. Namanya bocah kita enggak bisa lepasin gitu aja. Agak keteteran jadinya," lanjutnya.

Sriatun telah menyiapkan 'tameng' untuk anaknya belajar tatap muka besok seperti face shield, hand sanitiser dan masker. 

Ia berharap semoga pandemi lekas lenyap sehingga anaknya bisa belajar seperti dulu lagi.

Tanya siapa?

Pembelajaran tatap muka di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 15 Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, akan bergulir besok pada Rabu (7/4/2021).

Mengetahui itu, Suparni (43), mengaku senang sekali. Sebabnya, ibu dari siswi kelas 4 SD bernama Ayu Zahrah Oktaviani tersebut merasa terbantu.

"Meringankan beban orangtua, bantuin berpikir. Soalnya saya di rumah sama kayak guru mendampingi anak saya gitu," ujarnya kepada Tribunjakarta.com di SDN 15 Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (6/4/2021).

Baca juga: Persiapan SDN 15 Cipete Utara Menyambut Pembelajaran Tatap Muka: Prokes Ketat Disetiap Kelas

Ia kesulitan mengajari anaknya. Suparni tak bisa menjelaskan bila soal pelajaran itu tak dipahaminya. 

"Misalkan kalau di rumah tanya ke orangtua (saya), orangtua enggak tahu, mau tanya siapa lagi? Itu kendala saya," jelasnya.

Suparni berharap adanya pembelajaran tatap muka ini bisa memudahkan anaknya memahami pelajaran.

"Senang banget ya, karena anak bisa belajar, bisa mengerti lagi karena ada penjelasan dari gurunya," lanjutnya.

Persiapan SDN 15 

Sekolah Dasar Negeri (SDN) 15 Cipete Utara menjadi salah satu sekolah piloting atau uji coba untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran tatap muka (ptm).

Jelang kegiatan belajar mengajar tatap muka besok pada Rabu (7/4/2021), pihak sekolah sudah menyiapkan protokol kesehatan di masing-masing kelas.

Baca juga: Besok Uji Coba Belajar Tatap Muka di Jakarta, Curhat Orangtua Murid Hingga Persiapan Sekolah

Kepala SDN 15, Tri Cahyadi mengatakan protokol kesehatan itu sesuai yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Ia telah membentuk tim satgas Covid-19 di sekolah.

Dari pintu gerbang sekolah, petugas sudah berjaga untuk mengecek suhu siswa-siswi dengan menggunakan thermo gun atau pengukur suhu. 

Pihak sekolah juga meminta siswa-siswi memakai masker, membawa hand sanitizer dan face shield ketika berangkat ke sekolah.

Di tiap kelas, tersedia tempat cuci tangan yang berada di depan kelas dan di dalam kelas. Tempat cuci tangan yang berada di dalam kelas dilengkapi dengan sabun cair, hand sanitizer dan cairan disinfektan.

Cairan disinfektan digunakan untuk disemprotkan ke meja, kursi dan serta ruang kelas seusai belajar.

"Setelah anak-anak diukur suhunya, dan normal lalu diarahkan langsung cuci tangan. Setelah selesai, baru diarahkan untuk masuk ke kelas," jelasnya kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Selasa (6/4/2021).

Selain itu, pihak sekolah menyediakan masker cadangan sebanyak lima puluh buah di tiap kelas.

Kelas-kelas juga diterapkan jaga jarak seperti jarak antar meja berjauhan dan dipasang tanda silang di sebelah meja. Kapasitas siswa yang masuk pun hanya 50 persen dari total siswa setiap kelas.

Tri melanjutkan jalur masuk atau keluar kelas pun dibuat satu arah untuk menghindari siswa-siswi berjalan berpapasan atau terkena kontak fisik.

Begitu juga dengan masuk dan keluar sekolah. Pintu gerbang utama untuk masuk sedangkan pintu belakang sekolah untuk jalur keluar.

Dibagi 2 sesi

Tri menjelaskan siswa-siswi yang diizinkan masuk dari tingkat  4 sampai kelas 6 sd.

Tiga tingkatan itu memiliki jumlah total 247 siswa. Dari jumlah itu, sebanyak 192 siswa akan mengikuti pembelajaran tatap muka

Kegiatan ptm ini terbagi ke dalam 2 sesi. Sesi pertama dimulai pukul 07.00 sampai 09.00 WIB dan kedua dimulai pada pukul 09.30 WIB sampai 11.30 WIB.

Baca juga: Tak Khawatir, Orangtua Murid Ini Bahagia Putrinya Belajar di Sekolah Besok: Sumpah Senang Banget

Suasana tampak depan SDN 15 Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (6/4/2021).
Suasana tampak depan SDN 15 Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (6/4/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Sistem pembelajaran di kelas menggunakan metode blended learning. Artinya, pembelajaran yang menggabungkan sistem online dan offline.

Tri berharap agar tim dapat bekerja dengan baik dan kegiatan perdana ini bisa berlangsung lancar.

Kita berusaha untuk siap karena ini suatu amanah juga yang harus kita laksanakan. Segala daya kita upayakan untuk mengajak tim bisa bekerja dengan kompak. Mudah-mudahan sukses," ujarnya.

78 persen orangtua setuju

Kepala SDN 15 Cipete Utara, Tri Cahyadi menunjukkan tempat cuci tangan di dalam kelas pada Selasa (6/4/2021).
Kepala SDN 15 Cipete Utara, Tri Cahyadi menunjukkan tempat cuci tangan di dalam kelas pada Selasa (6/4/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Kepala SDN 15, Tri Cahyadi mengatakan hanya tiga tingkatan yang bisa mengikuti kegiatan belajar tatap muka. Dari kelas 4 sampai kelas 6.

Jumlah total siswa dari tiga tingkatan itu sebanyak 247 siswa. Dari jumlah total itu, sebanyak 192 siswa yang diizinkan masuk oleh orangtuanya.

Baca juga: Kepala Sekolah SDN 15 Cipete Utara: 78 Persen Orangtua Siswa Setuju Belajar Tatap Muka Dibuka

"Orangtua yang setuju sekitar 78 persen," ujar Tri kepada TribunJakarta.com di ruang kerjanya pada Selasa (6/4/2021).

Tri mengatakan sebelum ditetapkan menjadi salah satu sekolah piloting atau uji coba pembelajaran tatap muka, pihaknya sudah membagikan surat pernyataan kepada orangtua murid sekitar 2 bulan yang lalu.

Surat pernyataan ini dibagikan agar pihak sekolah bisa bersiap bila sekolah tatap muka dibuka.

Setelah ditetapkan menjadi sekolah piloting, ada penambahan orangtua yang setuju pembelajaran tatap muka.

"Ternyata setelah ada kebijakan sekolah piloting ini, ada orangtua yang berubah pendirian. Tadinya tidak mengizinkan, sekarang jadi mengizinkan. Jumlah siswa yang sekarang itu terbaru," lanjutnya.

Ruang Isoman

Ruang isolasi mandiri di SDN 15 Cipete Utara Selasa (6/4/2021).
Ruang isolasi mandiri di SDN 15 Cipete Utara Selasa (6/4/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Menjelang penerapan kegiatan belajar tatap muka di kelas, Pihak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 15 Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, telah menyiapkan ruang isolasi mandiri.

Ruang tersebut digunakan untuk mengantisipasi siswa yang mengalami kenaikan suhu badan di atas normal.

Baca juga: Belajar Tatap Muka Diuji Coba Besok, SDN 15 Cipete Utara Siapkan Ruang Isolasi Mandiri

Hal itu diterangkan oleh Kepala SDN 15 Cipete Utara, Tri Cahyadi, kepada TribunJakarta.com pada Selasa (6/4/2021).

"Kalau ada siswa yang suhunya di atas 37 derajat, diarahkan untuk istirahat di sini. Nanti setelah 15 sampai 20 menit kembali diukur suhunya. Kalau dia sudah normal, ya kita antar ke kelas untuk ikut belajar," ujarnya.

Bila kondisi suhu tubuh siswa tak menurun, pihak sekolah akan mengantarkan siswa pulang ke rumah orangtuanya.

Tri melanjutkan ruang isolasi mandiri berbeda dengan ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

Ruang isolasi mandiri dilakukan sebagai ruang antisipasi awal untuk siswa yang mengalami kenaikan suhu badan.

"Ruang isolasi ini sebagai prediksi awal untuk anak baru datang. Kalau UKS itu diperuntukkan anak yang bener-bener sakit saat sedang belajar di kelas. Jadi kita bawa ke UKS," jelasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved