Cerita Tukang Gali Kubur di TPU Perwira Bekasi, Pernah Digigit Ular Kobra hingga Tangan Membusuk
Yatno (57), tukang gali kubur di TPU Perwira Bekasi, punya cerita ngeri, ia punya pengalaman pahit digigit ular kobra sepanjang kurang lebih 3 meter
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Wahyu Septiana
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI UTARA - Terik sinar matahari dan kerasnya permukaan tanah sudah tentu jadi tantangan bagi seorang tukang gali kubur dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
Rasa peluh tiap kali harus menyiapkan liang sedalam satu setengah meter, jadi tugas pokok sang penggali kubur untuk pemulasaran jenazah.
Namun itu semua tidak seberapa, mereka yang bergelut dalam profesi ini tentu saja sudah memahami risiko dan beban kerja menjadi tukang gali kubur.
Bagaimana dengan risiko lain yang tidak kalah menakutkan, seperti yang dialami Yatno (57), tukang gali kubur di Taman Pemakaman Umum (TPU) Perwira Bekasi Utara, Kota Bekasi.

Dia bercerita, berprofesi sebagai tukang gali kubur sudah ia lakoni sejak lama, tepatnya pada 1998 dari yang awalnya tidak memiliki gaji hingga sekarang dicatat sebagai pegawai TPU resmi.
"Kalau saya status pegawai, ada gajinya sekarang tiap bulan, kalau dulukan enggak ada gajinya, upah gali aja," kata Yatno membuka cerita, Minggu (11/4/2021).
Pria paruh baya ini ketika dijumpai tampak tengah memantau sekeliling TPU, sore itu, TPU Perwira ramai dikunjungi peziarah menjelang bulan suci Ramadan.
Baca juga: Pemerintah Kota Tangerang Belum Tentukan Lokasi Check Point Penyekatan Mudik Lebaran
Baca juga: Harga Ayam Kampung di Pasar Koja Baru Tembus Rp 160 Ribu Per Ekor Jelang Ramadan
Baca juga: Disingkirkan Persib Bandung, Persebaya Dapat 3 Hasil Positif Usai Berlaga di Piala Menpora
"Ramai terus dari pagi kalau udah mau deket puasa, saya jagain aja kalau ada yang minta bersihin makam saya bersihin," ucapnya.
Seragam kuning dengan paduan warna lengan hijau stabilo, merupakan indentitas pegawai resmi TPU Perwira.
Penampilannya memang begitu adanya, celana pendek tanpa alas kaki seolah pertanda dirinya sudah sangat menyatu dengan komplek pemakaman.
"Saya orang Cianjur, tiap hari kalau tidur di kantor aja (kantor TPU Perwira), anak istri di kampung, paling seminggu sekali atau sebulan sekali baru pulang," tuturnya.
Sambil menghisap sebatang rokok, ceritanya kemudian berlanjut pada pengalaman pahit digigit ular kobra sepanjang kurang lebih tiga meter.
Pengalaman digigit ular berbisa lanjut dia, bisa jadi paling menyakitkan bagi dirinya selama berkarir menjadi tukang gali kubur dan pegawai TPU.
Yatno mengaku, insiden itu terjadi pada 2013 silam.
Ketika, dia bersama rekan sesama tukang gali kubur tengah memindahkan puing bekas bangunan.
Puing bekas bangunan lanjut dia, dipindahkan untuk kemudian ditata agar memudahkan siapa saja yang berziarah lebih nyaman berpijak.

"Waktu itu siang kejadiannya, saya sama teman-teman kan kebetulan ada yang buang puing, waktu itu kita inisiatif kita buat jalan supaya enggak belok (kotor)," tuturnya.
Ketika sibuk menata puing, Yatno dan rekan-rekan kemudian dikagetkan dengan penampakan ular besar dari pepohonan makam.
Ketika diamati, ular berukuran kurang lebih tiga meter itu berjenis kobra.
Yatno dan teman-temannya tentu saja dibuat merinding dengan kehadiran ular berbisa tersebut.
Baca juga: Harga Ayam Kampung di Pasar Koja Baru Tembus Rp 160 Ribu Per Ekor Jelang Ramadan
"Awalnya saya bilang udah biarin aja, tapi terus mikir nanti kalau lukain orang lagi ziarah gimana, yauda jadi waktu itu saya beraniin buat nangkap," tuturnya.
Tanpa pengetahuan yang mendalam, Yatno waktu itu berusaha menangkap kobra dengan tangan kosong.
Ia berhasil menggenggam leher ular berbisa tersebut.
Tapi nahas, kepala sang ular berontak dan menggigit bagian bawah jempol tangan sebelah kirinya.
Gigitan ular berbisa itu menurut Yatno sangat menyakitkan.
Baca juga: Pemerintah Kota Tangerang Belum Tentukan Lokasi Check Point Penyekatan Mudik Lebaran
Bahkan dia berpikir, rasanya seperti akan mati ketika melihat tangan kirinya dicaplok kobra.
"Akhirnya saya lepasin, saya tekan kepalanya (kobra), akhirnya bisa kelepas, tapi tangan saya langsung luka parah," tuturnya.
Efek bisa ular langsung terasa di lengan kirinya, badannya kemudian mulai terasa demam, suaranya perlahan menghilang tak sanggup berkata-kata.
"Suara saya udah ilang itu, pokoknya pas ditanya cuma bisa jawab hmmm..hmmm.. doang, berasa ditenggorokan nggak bisa ngomong," tuturnya.
Pertolongan pertama, Yatno langsung dibawa ke rumah sakit.
Pengobatan medis coba dilakukan dengan diberikan semacam pil.
"Saya disuruh minum obat pil, cuma muntah lagi itu obatnya nggak masuk tenggorokan," ucapnya.
Akhirnya, Yatno memilih untuk diantar ke kampung halamannya di Cianjur.
Dia berkeyakinan, ular yang mengigitnya bukan hewan buas biasa.
Di kampung halaman, Yatno meminta tolong kepada sesorang yang bisa dipercaya dalam menyembuhkan penyakit.
"Akhirnya manggil orang yang bisa, ini tangan saya udah bengkak gede, lama saya di kampung sebulan lebih kali, itu juga belum sembuh bener, " tuturnya.
Efek akibat gigitan tidak hanya membuat bengkak di lengan kirinya, muntah hingga buang air keluar darah turut dirasakan selama proses penyembuhan.
Baca juga: Disingkirkan Persib Bandung, Persebaya Dapat 3 Hasil Positif Usai Berlaga di Piala Menpora
"Lama sembuhnya, abis bengkak itukan kaya pecah, keluar cairan nanah baunya kaya bau busuk mayat. Sempet mikir masa saya mati gara-gara ular, saya berdoa supaya bisa dikuatin," ucapnya.
Cerita mengerikan ini kemudian membekas abadi di tangan kirinya, bercak di kulit bagian bawah jempolnya jadi tanda yang tidak bisa dihilangkan.
Tidak hanya itu, kondisi tangan kiriya juga tidak lagi berfungsi secara normal terutama di bagian jempolnya yang kaku tidak bisa digerakkan.
"Alhamdulillah masih selamat, walaupun begini saya masih bisa kerja lagi," tuturnya.