Dipuji Getol Lawan Politik Identitas, Mengulas Lagi Pro Kontra Gus Yaqut Usul Doa untuk Semua Agama
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan autokritik atau kritik terhadap institusinya yang dipimpinnya sendiri, yakni Kemenag.
TRIBUNJAKARTA.COM - Menteri Agama Yaqut Kholil Qoumas atau Gus Yaqut mendapat pujian disebut getol dalam melawan politik identitas, termasuk menjunjung pluralisme.
Hal itu diungkapkan mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono.
Arief Poyuono menyebut Gus Yaqut layak dipertimbangkan dalam partarungan Pemilihan Presiden/Wakil Presiden 2024.
"Nah ini dia rival beratnya Cak imin di Pilpres 2024. Populer dan paling getol melawan politik identitas. Ini Gus Yaqut Jangan-jangan reinkarnasi Gus Dur," tulis Arief Poyuono di akun Twitternya, Minggu (11/4/2021).
Pada kesempatan sebelumnya, Arief Poyuono menilai Menteri Agama Yaqut Kholil Qoumas atau Gus Yaqut berpotensi menjadi pesaing Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai kandidat calon presiden pada 2024.
Poyuono menyatakan itu setelah menanggapi pemberitaan mengenai tingkat kepopuleran Gus Yaqut yang mulai menyalip Cak imin.
"Saingan cak imin sebagai capres 2024 itu Menag," tulis Arief Poyuono di twitter pada Sabtu (10/4/2020).
Minta doa semua agama dibacakan di Kemenag
Baca juga: Operasi Keselamatan Jaya 2021, Kapolda Metro Jaya: Tidak Ada SOTR Bergerombol Atau Balap-balapan
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan autokritik atau kritik terhadap institusinya yang dipimpinnya sendiri, yakni Kemenag.
Yaqut meminta agar jajarannya juga membacakan doa seluruh agama yang diakui di Indonesia dalam setiap acara Kemenag.
Hal tersebut disampaikan oleh Yaqut dalam Rakernas Kemenag 2021 yang disiarkan secara daring, Senin (5/4/2021).
"Mungkin, mungkin lain waktu bisa lah. Itu kan lebih enak dilihat itu, jika semua agama yang menjadi urusan di Kementerian ini sama-sama menyampaikan doanya," ujar Yaqut.
Yaqut mengaku awalnya senang Rakernas Kemenag dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran. Namun menurutnya, akan lebih indah jika doa semua agama ikut dibacakan.
Menurut Yaqut, hal ini perlu dilakukan, agar tidak menimbulkan anggapan bahwa acara yang dilakukan hanya untuk agama Islam saja.
Padahal, menurut Yaqut, Kemenag tidak hanya mengurusi agama Islam saja. Melainkan juga agama lain yang diakui di Indonesia.
"Jadi jangan ini kesannya kita ini sedang rapat ormas Kementerian Agama, ormas Islam Kementerian Agama tidak. Kita ini sedang melakukan rakernas kementerian agama, yang di dalamnya bukan hanya urusan agama Islam saja," tutur Yaqut.
Selain itu, menurut Gus Yaqut, semakin banyak doa maka semakin besar pula kemungkinan doa tersebut dikabulkan.
"Semakin banyak berdoa akan semakin mudah atau probabilita untuk dikabulkan itu semakin tinggi," kata Yaqut.
Politikus PKB ini meyakini autokritiknya ini akan segera dilaksanakan oleh jajaran Kemenag.
Menurut Yaqut, biasanya omongan menteri kerap dianggap sebagai perintah oleh jajarannya.
"Ini autokritik. Saya yakin besok-besok sudah berubah, karena biasanya kalau menteri yang ngomong, dianggap perintah. Kalau tidak kebangeten," ucap Gus Yaqut.
Dirinya mewanti-wanti agar tidak muncul paradoks pada Kemenag.
Yaqut menegaskan bahwa Kemenag adalah kementerian bagi seluruh agama, sehingga perilakunya harus mencerminkan pelayanan untuk semua agama.
"Jangan sampai muncul paradoks ya, saya kira. Jadi kita pengen kementerian ini melayani semua agama tetapi dalam perilaku kita tidak mencerminkan itu," kata Gus Yaqut.
Dapat kritikan
Pengamat sosial ekonomi dan keagamaan Anwar Abbas mengkritisi ajakan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas soal pembacaan doa semua agama pada kegiatan Kemenag.
Menurut Anwar, pembacaan doa seharusnya mengikuti penganut agama terbanyak yang ada di daerah tersebut.
"Di daerah dan atau di tempat yang orang Islam banyak di situ, ya silakanlah di situ doanya menurut agama islam dan yang non Islam silakan menyesuaikan diri untuk juga berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing," ujar Anwar melalui keterangan tertulis, Selasa (6/4/2021).
"Kalau di Bali, karena di sana mayoritas penduduknya beragama Hindu ya silakan doanya dipimpin oleh tokoh dari agama Hindu dan yang non-hindu menyesuaikan sesuai dengan agamanya masing-masing. Kalau di NTT silakan, doanya dalam agama Katolik dan di Sulut atau Papua dengan agama Kristen Protestan," tambah Anwar.
Menurut Anwar, pelaksanaan nilai-nilai toleransi dan demokrasi adalah seperti itu.
Anwar mengatakan pelaksanaan toleransi tidak harus dengan mengikuti ajakan Yaqut soal doa semua agama.
"Seperti itulah kita menegakkan dan menghormati demokrasi dan toleransi. Jadi pelaksanaan dan implementasi kata toleransi itu tidak harus seperti yang dikatakan menteri agama tersebut," ucap Anwar.
Selain itu, Anwar mengatakan pemberian salam juga tidak harus mengikuti agama lain. Dirinya mengatakan pemberian salam dapat mengikuti bentuk salam yang diajarkan agama masing-masing.
Menurut Anwar, hal ini merupakan bentuk toleransi yang tidak mengganggu unsur teologis tiap agama.
"Wajiblah bagi kita yang tidak seagama dengannya untuk menghormati mereka, berikut dengan menghormati sikap serta agamanya tersebut. Dalam hal yang seperti inilah kata toleransi itu baru punya arti dan punya makna tanpa ada keterusikan teologis pada diri kita masing-masing," tutur Anwar.
Dirinya menilai persatuan dan kesatuan tidak harus diwujudkan dengan menampilkan atau mensinkretikkan ajaran-ajaran agama yang ada.
Baca juga: Mantan Waketum Gerindra Sebut Menteri Agama Reinkarnasi Gus Dur: Rival Cak Imin di Pilpres 2024
"Dan persatuan serta kesatuan kita tidak akan terusik oleh adanya perbedaan di antara kita, karena kita sebagai bangsa sudah punya sikap dan pandangan yang kuat yaitu Bhinneka Tunggal Ika," kata Anwar.
Menag bingung dipermasalahkan
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan terkait usulannya soal doa semua agama dalam setiap acara Kementerian Agama (Kemenag).
Ia merasa heran pernyataannya tersebut justru dipermasalahkan
"Jadi salahnya doa ini apa sih. Orang disuruh doa kok ribut, salahnya doa ini apa? Ini pertanyaan saya, saya boleh dong nanya. Salah doanya apa, kan tidak ada salahnya," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (8/4/2021).
Pria yang akrab disapa Gus Yaqut tersebut mengatakan dengan berdoa merupakan satu bentuk untuk mendekatkan diri manusia dengan Tuhan.
Baca juga: Sampaikan Autokritik, Menag Yaqut Minta Doa Semua Agama Dibacakan di Acara Kemenag
"Saya memiliki asumsi begini, orang ini kalau dekat dengan Tuhannya maka dia akan jauh dari perilaku koruptif dan perilaku lainnya. Pada waktu itu saya hadir di pembukaan dan doa yang dibacakan hanya doa dalam Islam. Doanya disampaikan dengan cara Islam," ucapnya.
"Sementara ada pegawai bukan Muslim, jadi kita harus dorong juga teman yang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu berdoa agar mereka ingat Tuhannya. Ketika mereka ingat Tuhannya maka perilaku-perilaku koruptif, perilaku kurang baik itu otomatis akan jauh dari perilaku pelayanan mereka terhadap masyarakat. Itu asumsinya," imbuhnya.
Baca juga: Menag Yaqut Quomas: Persatuan Umat Modal Menang Perang Lawan Covid-19
Namun, Gus Yaqut menegaskan bahwa itu hanyalah asumsinya.
Politikus PKB itu menyerahkan asumsi itu kepada masing-masing orang.
"Itu asumsi saya, apakah itu benar ya masing-masing person saya kira. Dengan doa menjauhkan perilaku atau nggak. Kalau doa saja sudah tidak menjauhkan dia dari perilaku buruk terus apalagi yang bisa menjauhkan mereka kecuali maut. Kira-kira begitu," ujarnya.
Baca juga: Gus Yaqut dan Said Aqil Absen Jadi Saksi, Sidang Ujaran Kebencian Gus Nur Ditunda
Lebih lanjut, Gus Yaqut mengatakan awalnya usulan itu hanya untuk kegiatan di Kemenag.
Dia mengatakan tidak pernah mengusulkan untuk kegiatan lain.
"Ya dan itu hanya berlaku di kementerian agama, pas rakernas di mana semua pegawai ikut dan saya tidak pernah mencoba merubah misalnya praktik doa di acara kenegaraan tidak," katanya. (WartaKota/Tribunnews) (*)