Ziarah Makam
Kisah Pangeran Jayakarta dan Masjid Jami Assalafiyah di Jatinegara Kaum
Pangeran Jayakarta tak asing bagi warga Jakarta. Dikenal juga Achmad Djakerta. Ini kisahnya dengan Masjid Jami Assalafiyah di Jatinegara Kaum.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Y Gustaman
"Sepengelihatan Belanda, Pangeran Jayakarta masuk ke dalam sumur tersebut."
"Kemudian sumur itu diberondong peluru dan dijaga ketat selama sebulan tapi ternyata enggak ada mayatnya," ujar dia.
Geram, VOC mencari ke sana kemari keberadaan Pangeran Jayakarta.
Hingga Pangeran Jayakarta wafat tahun 1640, musuh justru tak mengetahui keberadaan dan benteng pertahanannya.
Lantaran pengikutnya memanggil Pangeran Jayakarta dengan sebutan Achmad Djakerta.
Terlebih, keturunannya menjaga rapat soal kematian dan makamnya.
"Sebelum meninggal dunia, beliau berwasiat kepada anak cucunya 'Kalau saya meninggal jangan diberi tahu kepada siapapun sepanjang Belanda masih di Indonesia'," katanya.
"Makanya orang sekitar sini enggak tahu ada makam Pangeran Jayakarta."
Baca juga: Sejarah Dua versi Asal Usul Nama Ragunan di Jakarta Selatan
"Sebab wasiatnya begitu. Anak cucunya enggak ada yang beritahu. Kalau ada yang beritahu akan kualat (ganjaran)," jelasnya.
Namun lambat laun, makamnya menjadi banyak dikenal orang dan banyak peziarah yang datang. Terlebih lokasi tersebut sudah menjadi cagar budaya.

Pangeran Jayakarta adalah penguasa kota pelabuhan Jayakarta, yang menjabat sebagai wakil Kesultanan Banten.
Dirikan Masjid Tempat Syiar dan Atur Strategi Perang
Keberadaan makam Pangeran Jayakarta dan Masjid Jami Assalafiyah masih berhubungan dan akan selalu berhubungan.
Pasalnya, usai setahun Pangeran Jayakarta tiba di Jatinegara Kaum, ia meminta bantuan sahabatnya untuk membangun sebuah masjid.
"Pada tahun 1619 Pangeran Jayakarta datang ke Jatinegara Kaum yang saat itu masih dipenuhi pohon Jati," cerita Suhendar.