Sisi Lain Metropolitan
Cerita Zakiyah, Perajin Dodol Betawi di Pasar Minggu: Jelang Lebaran, Pernah Produksi 80 Kuali Dodol
Dari tepi jalan Damai No. 39, Pejaten Timur, terpampang sebuah spanduk bertuliskan "Dodol Betawi Ketan Asli Ibu Zakiyah".
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR MINGGU - Di bulan Ramadan, Zakiyah kerap kebanjiran pesanan dodol Betawi dari pembeli.
Penganan khas orang Jakarta asli ini sudah dipesan jauh-jauh hari untuk dipersiapkan jelang lebaran.
Setahun sekali, kerenceng-kerenceng berisi adonan dodol dari dapur pun mengepul sampai larut malam, menjadi ladang rezeki baginya.
Dari tepi jalan Damai No. 39, Pejaten Timur, terpampang sebuah spanduk bertuliskan "Dodol Betawi Ketan Asli Ibu Zakiyah".
Di balik tulisan itu, terdapat dapur khusus pembuatan dodol. Sejumlah pekerja tampak sibuk mengaduk-aduk adonan dodol di atas kerenceng atau kuali.

Zakiyah tampak duduk di dekat etalase berisi aneka dodol yang sudah siap dijual sembari membungkus dodol ke dalam plastik ukuran kecil.
Meski tergolong usaha mikro, kecil dan menengah, jenama dodol Zakiyah sudah terkenal di mana-mana, terutama bagi warga Betawi.
Baca juga: Drainase Mampet, Jalan Raya Depan Kantor Pemkot Tangsel Tergenang Air Setinggi 10 Cm
Baca juga: Berikut Daftar Buah-buahan Segar Berkhasiat Meredakan Asam Lambung
Baca juga: Selain THR PNS, Pemerintah Cairkan THR CPNS dan THR PPPK serta Gaji ke-13, Ini Besarannya
Usaha dodol betawinya kini mulai kembali bergeliat ketimbang awal pandemi Covid-19 tahun lalu
Generasi ketiga pengrajin dodol
Zakiyah bercerita bahwa keluarganya merupakan pengrajin dodol yang sudah cukup lama di kawasan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Usaha dodol dimulai dari neneknya sekitar tahun 1960-an. Lalu, usaha itu dilanjutkan oleh ibunya, Mariyam.
Mariyam memiliki tujuh anak. Sebagian besar anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai pengrajin dodol.
Salah satunya Zakiyah yang awalnya sempat bekerja menjadi penjahit.
"Daripada bekerja, mendingan buka usaha sendiri," ujarnya kepada TribunJakarta.com.