Sisi Lain Metropolitan
Cerita Zakiyah, Perajin Dodol Betawi di Pasar Minggu: Jelang Lebaran, Pernah Produksi 80 Kuali Dodol
Dari tepi jalan Damai No. 39, Pejaten Timur, terpampang sebuah spanduk bertuliskan "Dodol Betawi Ketan Asli Ibu Zakiyah".
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Zakiyah belajar bagaimana membuat dodol dari sang ibu. Dalam satu kuali terdiri dari tepung beras ketan, santan dan gula merah. Dodol yang dijualnya antara lain rasa durian, wijen dan ketan hitam.
Ia kemudian membuka usaha dodol betawi tak jauh dari usaha ibunya sekitar tahun 2000-an. Tak hanya berjualan dodol, Zakiyah juga menjual wajik dan geplak.
Dapur pembuatan dodol di depan rumahnya tak terlalu besar. Ia juga mengaku tak memiliki banyak karyawan selama berusaha.
Baca juga: Bocah 12 Tahun Bawa Tronton di Jalan Tol, Ternyata Gantikan Paman yang Mengantuk
Sebelum pandemi, Zakiyah mampu memproduksi sekitar 50 sampai 60 kuali dalam sebulan meski tergolong usaha kecil. Bahkan, Ia memesan kayu bakar sampai enam mobil bak.
"Satu bulan pernah produksi dodol sampai 80 kuali," ujarnya kepada TribunJakarta.com.
Namun, saat awal pandemi Covid-19, usahanya benar-benar terpukul.
Zakiyah sempat memiliki lima karyawan kini berkurang menjadi tiga karyawan.
Kuali atau kerenceng yang digunakannya pun berkurang dari empat menjadi tiga kuali.
Usahanya pun sempat hancur. Ia tertatih-tatih bertahan di tengah krisis akibat Covid-19.
Acara-acara bazar banyak yang tidak digelar. Hajatan seperti kawinan dan sunatan pun tertunda.
Zakiyah mengatakan usahanya sudah berangsur pulih ketimbang masa awal pandemi.
Sekarang, Zakiyah mengaku usahanya mulai berjalan meski tidak 100 persen pulih. C
ukup banyak pembeli yang memesan kepada Zakiyah. Terlihat dari para pekerja yang terus memproduksi dodol.
Ia juga menyimpan ratusan besek berisi dodol yang sudah dipesan di dalam kamar.
Cerita di balik mengaduk dodol, ada tekniknya
Baca juga: Rekayasa Isu Babi Ngepet Sejak Lama, Kini Adam Menyesal Terancam 10 Tahun Bui: Ada Setan Masuk