Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Penyu Sisik dan Tukik Dilepasliarkan di Pulau Seribu
Sebelum dilepasliarkan, penyu-penyu tersebut terlebih dahulu dibawa ke penangkaran Pusat Suaka Penyu Pulau Pramuka, untuk menjalani proses perawatan.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati tanggal 5 Juni 2021.
Menyambut hal ini, seekor penyu sisik dan puluhan ekor tukik dilepasliarkan oleh Jakarta Aquarium & Safari (JAQS) di Pantai Cikaya, Pulau Karya, Kepulauan Seribu.
"JAQS bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, dan Yayasan Puteri Indonesia, melepasliarkan penyu dan tukik-tukik sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai sebuah Lembaga Konservasi yang peduli terhadap pelestarian satwa dan lingkungan," kata Fira Basuki, selaku Head of Social Branding and Communication JAQS ditemui TribunJakarta.com di Pulau Seribu baru-baru ini.
Dari tujuh spesies penyu laut di seluruh dunia, Penyu Hijau dan Penyu Sisik merupakan jenis yang paling sering hidup di perairan Indonesia.
Keduanya, sama-sama diklasifikasikan sebagai satwa yang terancam punah.
Sebagai kawasan konservasi di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), JAQS memiliki kewajiban untuk mendukung pelestarian satwa liar.
Seekor penyu dewasa berjenis Penyu Sisik atau Hawksbill Sea Turtle dan 30 ekor tukik dilepasliarkan di Pantai Cikaya, Pulau Karya, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara oleh Aaron Morgan Jupp selaku Kurator JAQS, bersama Puteri Indonesia Lingkungan 2020 Putu Ayu Saraswati.
Pelepasliaran ini juga didampingi oleh tim Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka, di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Sebenarnya kami menampung total 6 hewan. 1 Penyu Hijau dan 5 Penyu Sisik. Beberapa masih tinggal di Pusat Suaka Penyu Pulau Pramuka untuk menunggu pelepasan. Mereka belum cukup siap untuk alam liar, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk membangun kekuatan, massa otot, dan berat keseluruhan mereka," kata Aaron.
Sebelum dilepasliarkan, penyu-penyu tersebut terlebih dahulu dibawa ke penangkaran Pusat Suaka Penyu Pulau Pramuka, untuk menjalani proses perawatan.
Baca juga: Cara Atasi Jerawat Akibat Penggunaan Masker, Yuk Perhatikan Kesehatan Kulitmu!
Baca juga: Melihat dari Dekat Penyu Laut di Tempat Penangkaran Kepulauan Seribu, Berwisata Sekaligus Belajar
Selama proses tersebut, penyu dan tukik menjalani penguatan di penangkaran.
Dimana, hanya penyu dan tukik yang dinilai sudah siap untuk hidup di alam liar lah yang akhirnya boleh dilepasliarkan.
Misalnya, dilihat dari kekuatan cangkang, massa otot, dan kesehatan fisik dari penyu tersebut.
Apabila dikatakan penyu belum siap untuk dilepaskan, maka harus melewati proses perawatan yang lebih lama.
Dari 5 ekor penyu yang dititipkan, baru satu ekor yang dilepasliarkan bersama 30 ekor tukik lainnya pada 28 Mei 2021 lalu.
"Sisanya kemarin ada yang sakit karena mungkin perjalanannya jauh. Kalau dilepas dalam kondisinya yang gak sehat, dia akan mati karena tidak siap hidup di alam bebas," kata Kusminardi selaku Kepala SPTN Wilayah III Pulau Pramuka.
Diketahui, satu ekor penyu dapat bertelur sebanyak 100 sampai 200 butir.
Namun, kemungkinan hidupnya yang sangat kecil di alam bebas membuat penyu belum mampu berkembang biak dengan jumlah yang banyak, sehingga populasinya sangat sedikit.
Setidaknya, kata Kusminardi tingkat kelangsungan hidup penyu hanya 1:1000 atau hanya 1 dari setiap 1000 bayi penyu yang lahir yang akan mencapai dewasa dan bereproduksi diri.
Banyaknya predator, menjadi salah satu tantangannya.
Mulai dari satwa liar seperti elang, atau bahkan manusia yang melakukan perburuan liar terhadap telur-telur penyu di pantai untuk diperjual belikan secara bebas dan dikonsumsi.
"Pulau Seribu bukan hanya tempat rekreasi, tapi juga kombinasi untuk edukasi, konservasi yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar. Karena itu saya senang, ketika Jakarta Aquarium dan Safari mengajak saya untuk berpartisipasi dalam pelepasliaran penyu ini demi pelestarian satwa dan lingkungan,"
"Jika kita dapat menjaga satwa dan lingkungan dengan baik tentu akan berdampak secara ekonomi, sosial dan juga budaya," tambah Puteri Indonesia Lingkungan 2020, Putu Ayu Saraswati.