Ada Warganya yang Makan Nasi dengan Kecap, Pihak Kelurahan Tanjung Barat Langsung Turun Tangan

Kisah Fitriyani (56) atau emak yang hidup sebatang kara di kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, mendapatkan perhatian.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Kisah Fitriyani (56) atau emak yang hidup sebatang kara di kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, mendapatkan perhatian luas dari masyarakat.

Semenjak diberitakan, beberapa warga net menanyakan alamat rumah emak untuk memberikan sedikit rezekinya melalui pesan langsung ke akun Instagram TribunJakarta.com.

TONTON JUGA

Pihak Kelurahan Tanjung Barat pun kemudian merespons kisah yang diterbitkan TribunJakarta.

Lurah Tanjung Barat, R Andy Anandianto mengatakan pihaknya sudah mengirim surat kepada Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta pada Kamis (17/6/2021) kemarin.

"Saya sudah koordinasikan dengan Dinas Sosial. Sudah bersurat untuk bantuannya," ujar Andy saat dikonfirmasi pada Jumat (18/6/2021).

Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021).
Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Andy juga menunjukkan isi surat tersebut kepada TribunJakarta.com.

"Sehubungan dengan adanya pemberitaan pada TribunJakarta.com tanggal 15 Juni 2021 dengan judul Cerita Warga Miskin di Tanjung Barat Bertahan Hidup Saat Pandemi: Cukup Makan Nasi dengan Kecap (Sebagaimana Terlampir).

Baca juga: Siap-siap Persija Jakarta Vs PSS Sleman Jadi Laga Pembuka Liga 1 yang Digelar 10 Juli 2021 di Bogor

Baca juga: Jangan Lupa Siapkan KTP, Berikut Cara Cek Penerima BLT UMKM Rp 1,2 Juta di BRI dan BNI

Baca juga: Ibu Dilecehkan Pria Sales Sabun di Kamar Mandi, Anak Korban Gebrak Pintu saat Pelaku Masuk Rumah

"Dengan ini kami mohon untuk dapat diberikan bantuan sosial untuk meringankan beban di saat masa pandemi Covid-19 kepada warga dimaksud," tulisnya.

Surat itu ditujukan langsung kepada Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta dengan tembusan Camat Jagakarsa, Alamsyah.

Andy berharap bantuan itu bisa lekas direspons oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.

TONTON JUGA

"Mudah-mudahan pihak Dinsos bisa segera merespons dan bisa meringankan beban beliau (emak)," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Fitriyani (56), atau sering dipanggil emak, harus tertatih-tatih berjuang seorang diri untuk menyambung hidup di tengah Pandemi Covid-19

Baginya, makan dengan nasi dan kecap sudah cukup untuk bertahan hidup. 

Emak hidup sebatang kara di rumah kontrakannya yang sederhana di Jalan Lebak Sari RT 012 RW 005, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Baca juga: Pemakaman Covid-19 Ramai Lagi, Sehari Ada 80 Jenazah yang Dimakamkan dengan Protap Khusus

Di rumah petak itu, ia tidur beralaskan kasur lapuk bekas pemberian orang lain.

Di depan kasur terdapat televisi cembung kecil yang terkadang berubah hitam putih.

Di bawah lantai, berserakan berbagai macam perabotan rumah dan pakaian.

Sebelum pandemi Covid-19, ia mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bantu-bantu jualan minuman di kampus.

Ketua Forsiwa Tanjung Barat, Andri menyambangi kontrakan Fitriyani (56), atau sering dipanggil emak di kawasan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (15/6/2021).
Ketua Forsiwa Tanjung Barat, Andri menyambangi kontrakan Fitriyani (56), atau sering dipanggil emak di kawasan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (15/6/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Dalam sehari, emak mendapatkan uang Rp 50 ribu.

Penghasilannya digunakan untuk membayar kontrakan setiap bulan.

Semenjak pandemi Covid-19, kampus tutup sehingga penghasilannya ikut-ikutan hilang. 

Emak kemudian mencari penghasilan lain.

Terkadang, ia membantu menggosok pakaian tetangga.

Baca juga: Ibu Dilecehkan Pria Sales Sabun di Kamar Mandi, Anak Korban Gebrak Pintu saat Pelaku Masuk Rumah

Namun, penghasilannya kerapkali tak cukup untuk membayar kontrakan. 

Belakangan, emak juga memunguti berbagai plastik dan kardus yang ditemuinya di jalan.

Kemudian ia jual ke pemilik lapak dengan pendapatan yang tak seberapa.

Beruntung, emak memiliki pemilik kontrakan yang memahami kondisi hidupnya.

Emak dibolehkan menyicil biaya kontrakan per bulan.

Cicilannya pun jarang dilunasinya. 

Pemilik kontrakan juga sering memberikan lauk untuk makan emak. 

Kepada TribunJakarta.com, emak bercerita bahwa untuk makan sehari-hari saja berat.

Apalagi hidup di tengah keadaaan darurat pandemi Covid-19.

Emak sering bersantap hanya dengan nasi, dan kecap.

Untuk menambah rasa, ia menaburinya dengan garam.

Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021).
Fitriyani, warga miskin ibu kota yang hidup serba terbatas di wilayah Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (14/6/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

"Bukan berat lagi, ini benar-benar berat. Kalau untuk makan yang penting ada beras, garam dan kecap. Itu yang penting," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (15/6/2021).

Bahkan, emak bercerita bersantap sayur asam dan ikan asin saja sudah makanan mewah baginya.

"Sayur asem dan ikan asin bukan mewah lagi buat saya. Seminggu sekali makan ini juga enggak," ujarnya dengan nada bergetar.

Terpuruk di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 benar-benar membuat hidup emak susah.

Ia bercerita bahwa anak semata wayangnya, Muhammad Wahyudin (26) meninggalkannya tanpa kabar.

Sudah satu tahun lebih, Wahyu hilang tanpa memberikan kabar di mana ia berada.

Sebelum hilang, Wahyu hanya bilang bahwa ia akan pergi ke rumah temannya. 

"Anak saya sudah lupa sama orangtuanya. Sudah 16 bulan enggak pulang. Bilangnya mau pergi ke rumah teman. Enggak pernah ngabarin saya," ujarnya seraya menangis.

Sedangkan suaminya meninggal saat Emak mengandung Wahyu di tahun 1995.

Ketika melahirkan, cerita Emak, Wahyu sudah tak memiliki ayah.

Emak pun harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup.

Ia mengaku mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Wagub Ariza Beri Sinyal DKI Jakarta Bakal Tarik Rem Darurat

Namun, bantuan itu kerap dijualnya untuk membayar kontrakan. 

Di tengah nasib malang yang menimpanya, emak tetap bersyukur masih bisa makan dengan seadanya.

"Dibilang susah, mungkin ada yang lebih susah lagi di bawah saya. Masih bersyukur masih bisa ketemu makan. Saya enggak liat yang ke atas tapi di bawah saya," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved