13 Warga Kelurahan Kelapa Dua Wetan Terjangkit DBD Sepanjang 2021
Lurah Kelapa Dua Wetan Sandy Adamsyah mengatakan hingga kini tercatat 13 warganya terjangkit DBD akibat gigitan nyamuk
Penulis: Bima Putra | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Penyakit Demam berdarah dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk aedes aegypti mulai menjangkiti warga Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
Lurah Kelapa Dua Wetan Sandy Adamsyah mengatakan hingga kini tercatat 13 warganya terjangkit DBD akibat gigitan aedes aegypti yang berkembang biak pada air bersih.
"13 ini total kasus dari bulan Januari sampai tanggal 17 Juni. Sekarang sudah sembuh semua dari DBD," kata Sandy saat dikonfirmasi di Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (20/6/2021).
Rinciannya pada bulan Januari 2021 sebanyak dua warga Kelurahan Kelapa Dua Wetan terjangkit DBD, pada bulan Februari dan bulan Maret masing-masing satu warga terjangkit.
Pada bulan April empat warga terjangkit, pada bulan Mei tiga warga terjangkit, sementara pada bulan Juni berdasar data sementara hingga tanggal 17 Juni 2021 dua warga terjangkit DBD.
"IR kumulatif (incindence rate atau angka kesakitan) Kelurahan Kelapa Dua Wetan 24,17. Dengan jumlah penduduk 53.782 jiwa IR di Kelurahan Kelapa Dua Wetan urutan ketiga di Kecamatan Ciracas," ujar Sandy.
Wilayah dengan IR kumulatif tertinggi kasus DBD se-Kecamatan Ciracas merupakan Kelurahan Susukan, IR-nya 27, 20 dan total kasus sepanjang Januari hingga 17 Juni 2021 11 warga terjangkit.
Meski total kasus DBD di Kelurahan Kelapa Dua Wetan lebih banyak namun angka kesakitan Kelurahan Susukan lebih tinggi karena IR dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk.
Dalam hal ini jumlah penduduk Kelurahan Susukan sebanyak 40.436 jiwa atau lebih rendah dibanding penduduk Kelurahan Kelapa Dua Wetan sehingga angka kesakitan DBD-nya lebih tinggi.
Kepala Puskesmas Kecamatan Ciracas Santayana mengimbau warga rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mencegah penularan DBD di permukiman warga.
Dia menegaskan fogging atau penyemprotan inteksida bukan termasuk langkah pencegahan DBD karena dilakukan setelah adanya kasus warga positif terjangkit DBD dan ditemukan jentik aedes aegypti.
Beda dengan 3M yakni menguras dan menutup tempat penampungan air, lalu mengubur barang bekas yang jadi tempat aedes aegypti berkembang biak sehingga keberadaan jentik dicegah.
"Fogging itu tujuannya untuk membunuh nyamuk dewasa. Jentik tidak mati dengan Foging. Jikalau jentik tetap ada maka beberapa hari kemudian, jentik berubah jadi nyamuk dan menggigit manusia," tutur Santayana, Rabu (16/6/2021).