Antisipasi Virus Corona di DKI
Panduan Isolasi Mandiri Pada Anak Apabila Terpapar Virus Covid-19
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, membagikan panduan kiat-kiat isolasi mandiri yang bisa dilakukan pada anak
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Angka infeksi virus corona terus melonjak. Pada beberapa kasus, penyakit Covid-19 juga menyerang anak-anak.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, membagikan panduan kiat-kiat isolasi mandiri yang bisa dilakukan pada anak seperti yang dikutip dari infografik Dokter Spesialis Anak Konselor Laktasi Rumah Sakit Pondok Indah, Yovita Ananta.
Namun sebelum itu, orangtua perlu memeriksakan ke dokter bagaimana kondisi anak.
Apakah anak perlu dirawat di rumah sakit, atau boleh menjalani isolasi mandiri di rumah.
"Jika anak diperbolehkan isolasi mandiri, berikut pedoman isolasi mandiri pada anak yang bisa orangtua lakukan," tulis Anies Baswedan dalam akun instagramnya, Rabu (30/6/2021).
1. Jangan Panik
Bila anak harus menjalani isolasi mandiri, orangtua sebaiknya jangan panik. Salah satu yang perlu dilakukan, adalah tenangkan anak.
Jelaskan mengapa anak perlu isolasi mandiri, yakni agar menjaga orang lain tetap dalam kondisi sehat.
Orangtua, diperbolehkan mengasuh anak yang sedang isolasi mandiri.
Namun sebagai catatan, jika orangtua negatif Covid-19, sebaiknya usahakan untuk menghindari paparan air liur dan cairan tubuh lainnya. Hindari mencium anak saat dalam kondisi ini.
Jika anak sudah bisa mandiri, orangtua bisa mencarikan aktivitas yang bisa dikerjakannya sendiri. Jika di rumah terdapat balkon atau teras, Anda dapat melakukan aktivitas di luar ruang untuk mengganti suasana.
Baca juga: Bantu Tanggulangi Covid-19, Petugas Dishub Pademangan Antar Jemput Pengisian Tabung Oksigen ke RSUD
2. Siapa yang Sebaiknya Merawat?
Jika anak harus diisolasi mandiri, orangtua perlu tau siapa yang sebaiknya merawatnya.
Jika berencana merawat anak sendiri, atau dengan pengasuh, beberapa kriteria yang memungkinkan diantaranya adalah orangtua atau pengasuh dengan tingkat resiko yang rendah.
Untuk orang dengan risiko yang tinggi, misalnya seperti lansia, atau mungkin orang dengan penyakit komorbid.
Namun jika orangtua didiagnosa positif Covid-19 tetapi anak negatif, mungkin anak masih dalam masa inkubasi. Hindari menitipkan anak kepada pengasuh dengan risiko tinggi.
Bagi orangtua atau pengasuh yang negatif Covid-19, namun mengasuh anak yang positif, sebaiknya melakukan karantina setelah anak tersebut selesai di isolasi.
Jika memang memungkinkan, cukup satu orang saja baik orangtua atau pengasuh yang mengasuh anak saat isolasi.
Baca juga: 60 Persen Kapasitas Rumah Sakit di Seluruh Kota Bekasi Digunakan untuk Penanganan Covid-19
3. Pemantauan yang Harus Dilakukan
Para orangtua atau pengasuh yang mengasuh anak saat isolasi mandiri, perlu mengetahui tata cara pemantauan yang baik dan benar untuk dilakulan.
Diantaranya, pantau kondisi anak dengan melakukan cek suhu tubuh berkala. Suhu normal, adalah 36-37,5° C.
Perhatikan laju nafasnya. Hitung tarikan nafas selama 1 menit penuh.
Pada kondisi normal, bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, biasanya bernafas kurang dari 60 kali per menit.
Untuk bayi 2-11 bulan, biasanya bernafas kurang dari 50 kali permenit.
Sementara untuk anak usia 1-5 tahun, biasanya bermafas kurang dari 40 kali permenit, dan untuk anak usia lebih dari 5 tahun, biasanya bernafas sekitar kurang dari 30 kali permenit.
Berikan asupan makanan bergizi tinggi dan vitamin.
Pantau selalu aktivitas anak. Perhatikan jika ada tanda-tanda dehidrasi terutama bila anak sulit makan dan minum.
Pemantauan lainnya, meliputi gejala-gejala yang ditunjukan anak. Misalnya apakah batuk bertambah, gangguan penciuman, pendengaran, muntah, atau bahkan mengalami diare.
Lakukan pemantauan setiap dua kali per hari di pagi dan sore. Usahakan untuk mencatat kondisi anak dari waktu ke waktu untuk memantau perkembangannya.
Segera komunikasikan pemantauan dengan tenaga medis, terutama jika ditemukan kondisi di luar nilai normal.
Baca juga: PPKM Mikro Darurat di Kota Bekasi, Lockdown Dimulai dari Lingkup Keluarga
4. Tanda Bahaya
Beberapa tanda bahaya ini, bisa menjadi acuan para orangtua bila sang anak sedang isolasi mandiri.
Diantaranya seperti anak banyak tidur atau kesadaran menurun, nafas cepat, cekungan di dada hidung kembang kempis, saturasi oksigen kurang dari 95 persen, muntah, mencret, dan tidak masuk asupan makanan, adanya tanda dehidrasi, mengalami kejang, demam yang terjadi terus menerus disertai mata merah, ruam, dan leher bengkak, serta jika anak memiliki penyakit penyerta atau penyakit kronik.
Jika memiliki beberapa tanda tersebut, segera periksakan anak ke dokter atau fasilitas kesehatan yang menangani Covid-19.