Antisipasi Virus Corona di Tangerang
Melihat Pembuatan Peti Mati Pasien Covid-19 di Tangerang, Dalam Sehari Pesanan Sampai 500 Buah
Perajin peti mati di Kota Tangerang banjir pesanan sampai membuat mereka kewalahan sejak dua pekan terakhir ini.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, BENDA - Perajin peti mati di Kota Tangerang banjir pesanan sampai membuat mereka kewalahan sejak dua pekan terakhir ini.
Hal tersebut imbas dari meroketnya kasus Covid-19 di Indonesia terutama di Jabodetabek.
Beda dengan periode sebelumnya, untuk tahun ini kasus kematian sangat tinggi bahkan penularannya sangat cepat sekali.
Bukan hanya tenaga kesehatan yang kewalahan, perajin peti mati pun ikutan kena imbas yang terkuras tenaga dan waktunya.
Pantauan TribunJakarta.com di sebuah pabrik pembuat peti mati kawasan Kelurahan Jurumudi Baru, Kecamatan Benda, Kota Tangerang, misalnya.
Baca juga: Bisa Layani 400 Pelanggan Sehari, Pengusaha Depot Isi Ulang Oksigen di Tangsel Pusing Stok Langka
Hiruk pikuk buruh membuat peti mati jadi pemandangan yang langsung terlihat begitu memasuki pintu gerbang.
Suara bising mesin pemotong kayu dan hembusan serpihannya jadi hal yang wajar bagi buruh dan sopir truk yang membawa peti mati di sana.

Bak kerja rodi kerja tanpa henti, ratusan buruh peti mati tampak sibuk lalu lalang.
Mereka membuat peti mati berwarna putih untuk peristirahatan terakhir korban Covid-19.
"Kita bisa produksi peti mati ini untuk hari ini aja itu sudah tembus 500 orderan, mulai hari ini ya," ujar Frans, perajin peti mati sekaligus pemilik pabrik kepada TribunJakarta.com, Kamis (1/7/2021).
Lain hari lain waktu, bukannnya semakin berkurang, ternyata orderan malah menjadi-jadi.
Awalnya, kata Frans, saat gelombang kedua masuk, pihaknya mulai membuat dari 100 perhari, tambah jadi 250 perhari.
Baca juga: Mulai Hari Ini RSUD Kota Tangerang Hanya Menerima Pasien Covid-19
Puncaknya mulai hari ini, tembus 500 permintaan perhari.
"Per Jumat besok tepat dua minggu nih banjir orderan," ucap Frans.

"Nah, hari ini tembus 500 orderan dalam sehari, kemarin juga mendekati. Ini bisa tambah terus," imbuh dia.
Untuk itu, Frans per hari membuat kerja 3 shift, berbeda dari hari sebelumnya yang hanya 2 shift saja.
Beberapa hari lalu, pegawainya hanya ada 40 orang.
Dalam hitungan hari ia terus menambah orang seiring dengan permintaan.
Frans mengatakan kini ia telah mempekerjakan 150 orang untuk membuat peti mati khusus pasien Covid-19.
Permintaan dari DKI Jakarta yang paling banyak mengajukan pesanan ke pabrik milik Frans.
"Dari hari pertama juga DKI Jakarta tentu paling banyak order di sini," tutur Frans.
Disusul Tangerang dan Karawang.
Baca juga: Isolasi Mandiri di Rumah, Warga Positif Covid-19 di Bekasi Meninggal Dunia
Peti-peti buatan Frans telah mendarat sampai Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Bahkan, tak jarang sampai ke luar pulau Jawa.

"Paling sering sih Jabodetabek, pada jemput petinya ke sini pakai truk," sambung Frans.
Seperti yang disaksikan sendiri oleh TribunJakarta.com, truk-truk besar tampak mengantre di depan pintu pabrik.
Terus tersebut datang dari berbagai rumah sakit di pulau Jawa.
"Barusan itu dari DKI Jakarta, ini lagi loading untuk Depok. Nanti sore sudah nunggu tiga truk lagi," ujar dia.
Dalam satu truk, bisa membuat sampai 30 peti sekaligus tergantung pesanan.
Frans berucap jangan sampai permintaan bertambah lagi walau hal tersebut secara materi menguntungkan.
Sampai dia harus menyulap pabrik furniture miliknya jadi gudang peti mati.
"Kita kan di sini juga membantu pemerintah membantu menangani Covid-19, misi kemanusiaan juga."
"Kita juga tetap berharap pandemi ini berakhir minimal meredalah," harap Frans.