Sisi Lain Metropolitan
Bayinya Menderita Epilepsi, Warga Penjaringan Harap Pemerintah Anggarkan Susu Khusus Intraktabel
Warga Penjaringan, sekaligus seorang ibu dari Kenzi, anak penderita epilepsi intraktable dan mikrosefalus, Ima (37) mengaku kesulitan mencarinya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
"Sekali minum itu 4 takaran, 125 ml. 8 kali minum dalam 24 jam," katanya.
Baca juga: Epilepsi Kambuh, Seorang Pejalan Kaki Mendadak Tersungkur di Pasar Minggu
Penghasilan Mulyadi sebagai Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Kelurahan Penjaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan susu khusus anaknya.
Ima melanjutkan mereka harus menghabiskan kurang lebih sekitar 6 juta dalam satu bulan.
Beruntung, saat ini ada banyak pihak yang peduli dengan Kenzi. Dinas Sosial, Kelurahan, Kecamatan, rekan-rekan PPSU dan pihak-pihak lainnya membantu untuk memenuhi kebutuhan susu medis itu.
Akan tetapi, bantuan itu masih bersifat sementara. Sumbangan susu medis itu pun akan berangsur habis.
Selain itu, susu medis Ketokal sulit ditemukan di pasaran. Pihak agen itu tak bisa memastikan ketersediaan susu karena terbatas.
Ayah Kenzi, Mulyadi (39) harus memesan jauh-jauh hari bila susu itu tersedia. Ia membeli dalam jumlah yang banyak untuk persediaa.
"Kalau dekat-dekat mau habis (susu) kita baru pesan, kasihan anaknya karena belum tentu susu itu ada. Kadang uangnya ada, tapi susunya engggak ada. Percuma," tambahnya.
Ini Kisah Kenzi, bayi penderita epilepsi dan mikrosefalus
Bayi berusia 1,5 tahun umumnya sudah mencoba belajar untuk berdiri, berpindah posisi sampai melambaikan tangan. Meski kerap menangis, terkadang diselingi tawa riang.
Baca juga: Diduga Lapar dan Punya Riwayat Epilepsi, Pengendara di Fatmawati Terjatuh dari Motor lalu Pingsan
Namun, bagi Kenzi, takdir berkata lain. Bayi laki-laki itu menderita penyakit mikrosefalus dan epilepsi setelah dilahirkan ke dunia.
Ia lebih banyak terbaring lemah di atas kasur kontrakan berukuran sempit. Keceriaan seakan luput sementara pada wajah mungilnya.
Mulyadi (39) dan Ima (37) merupakan orangtua dari bayi bernama lengkap Muhammad Dwi Pradipta Mario Kenzi itu.
Mereka hidup dalam sebuah kontrakan mungil 2 x 3 meter yang berdekatan dengan menara listrik bertenaga tinggi di permukiman padat penduduk di Jalan Bandengan Utara, Kampung Baru Kubur Koja, Penjaringan, Jakarta Utara.
Mulyadi dan Ima memiliki dua orang anak. Anak laki-laki pertama berusia 12 tahun tinggal di kampung Ima, di Cirebon, Jawa Barat. Sedangkan, sepasang suami istri itu hidup di Jakarta bersama Kenzi, anak bungsunya itu.