Viral di Media Sosial
Pedagang Dipalak Pungli 17-an, Karang Taruna Pisangan Imbau Pedagang Tak Asal Kasih Sumbangan
Ketua Karang Taruna Pisangan, Aksa Dewangga, mengimbau para pedagang dan masyarakat secara umum agar tidak asal memberikan sumbangan.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT TIMUR - Maraknya kasus pungutan liar (pungli) jelang 17 Agustus, membuat Karang Taruna Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) buka suara.
Ketua Karang Taruna Pisangan, Aksa Dewangga, mengimbau para pedagang dan masyarakat secara umum agar tidak asal memberikan sumbangan.
Terlebih, jika si peminta sumbangan mengatasnamakan karang taruna.
Aksa meminta para pedagang untuk memperhatikan izin dari RT RW setempat dan pakaian yang digunakan.
"Kami mengimbau kepada seluruh para pedagang yang ada di wilayah kami, untuk berhati-hati terhadap oknum-oknum yang mengatasnamakan karang taruna untuk meminta bantuan tanpa adanya surat pemberitahuan dari pejabat setempat, ataupun tidak menggunakan seragam," kata Aksa, malalui video resminya, Rabu (4/8/2021).
Aksa sekaligus menyatakan bahwa aksi pungli meresahkan pengusaha kecil di Jalan Juanda, Pisangan, Ciputat Timur, yang tengah viral di media siosial, bukanlah ulah anggotanya.
Baca juga: Polisi Selidiki Kasus Karang Taruna Gadungan Tarik Pungli di Ciputat Timur
"Ingin mengklarifikasi terkait berita yang beredar di media sosial bahwa berita pungli itu tidak benar diadakan oleh anggota kami," ujarnya.
Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, pada Minggu (1/8/2021) malam, warteg Kharisma Bahari milik Septi (32), di Jalan Ir Juanda, RT 2 RW 8 Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, disambangi sepasang pemuda dan pemudi.
Si pemudi yang mengatasnamakan diri dari karang taruna meminta sumbangan sebesar Rp 35 ribu dengan modus untuk kegiatan 17-an.
"Kalau kemarin kejadiannya jam tujuh, malam Senin. Jam tujuh dia ke sini, cuma motornya berhenti di Aura Parfum, terus ke sini, yang cowonya di sana, yang ke sini nyamperin cewe," kata Septi di wartegnya.
Septi menyebut si pemudi itu meminta sumbangan dengan cara memaksa dan nada tinggi.
"Maksa, mintanya maksa-maksa. Dia enggak sopan, enggak assalamualaikum, enggak misi-misi, kaya preman gitu, kelihatan banget di CCTV," ujar Septi.
Si peminta sumbangan membawa kuitansi dan sudah tertulis nominalnya Rp 35 ribu seperti yang diminta.
"Bawa kuitansi, itu sudah dia siapin, sudah ditulis. Jadi kalau ada yang ngasih, tinggal dibagiin saja," kata dia.
Septi melarang pegawainya yang saat itu berjaga untuk memberikan uang.
Hal itu lantaran Septi pernah mengalami insiden yang sama tahun lalu dan ternyata penipuan.
Tidak ada kegiatan 17-an di lingkungan RTnya seperti yang diminta pada sumbangan.
"Kalau tahun kemarin dua orang juga, cuma cewe-cewe. Tapi waktu itu saya enggak lihat RTnya, pas saya sudah ngasih uang, terus dianya pergi eh RTnya beda sama RT saya. Ada di kuitansinya."
"Saya nanya RT sama keamanan sini, katanya enggak ada, enggak ada 17-an, orang lagi Covid-19. 'Itu bohong mba, oknum kali,' kata keamanannya," cerita Septi.
Septi resah dengan adanya pungli seperti itu, terutama dengan gayanya yang seperti preman dan menipu.
"Ya kesal lah, duitnya enggak seberapa ya. Cuma caranya itu," kata Septi.
Septi juga menyayangkan bahwa warung dan pedagang lain di sekitar wartegnya ada yang memberikan uang kepada peminta sumbangan itu.
"Warung-warung pada dimintain, tukang martabak kena," ujarnya.