Jeritan Sebelum Tragedi Sekeluarga Jadi Korban Kebakaran Maut, Sang Ayah Kerap Lakukan Ini
Sekeluarga menjadi korban kebakaran maut di Kelurahan Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin (16/8/2021)
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Yogi Jakarta
"Dari keterangan saksi, dalam minggu ini, HABL sering memperbaiki stop kontak di rumah. Jadi dugaan sementara, penyebabnya karena arus pendek atau korsleting listrik," katanya.
Saat ini, ketiga jenazah itu sudah dikuburkan di TPU Santo Ignatius Waibalun.
Baca juga: Kebakaran Kantor Perusahaan Percetakan di Sunter, Api Sulit Dipadamkan
Peristiwa Lain
Panti Jompo di Tangsel Terbakar

Panti jompo Yayasan Bunda Bakti yang berlokasi di Jalan Puri Serpong 2, RT 2 RW 1, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), mengalami kebakaran pada Sabtu (14/8/2021) siang.
Satu rumah berukuran sekira 7x10 meter yang disebut unit opa, berisi 10 tempat tidur, ludes dilalap sijago merah.
Ketua Harian Yayasan Bunda Bakti, Anyusiata Wula, mengatakan, asap muncul sekira pukul 10.30 WIB.
Baca juga: Kantor Perusahaan Percetakan di Sunter Ludes Terbakar, 16 Mobil Pemadam Kebakaran Diterjunkan
Salah satu pengurus panti yang pertama melihatnya.
"Jadi kami lagi kerja bakti di kamar sana, dari tukang cuci dekat sana lihat asap lalu datang ke sini beri tahu kami ada kebakaran," ujar Anyusiata di lokasi.
Saat itu panti geger, para pengurus langsung berusaha menyelamatkan 10 lansia laki-laki atau sesuai penyebutan panti, opa, penghuni unit itu.
"Selamatkan opa-opa semua kumpul, kita pada panik semua. Api sudah langsung membesar, kami tidak," ujarnya.
Baca juga: Kerugian Ditaksir Rp 200 Juta, Kebakaran di Bekasi Disebab Gara-gara Anak Bermain Api
Anyusiata mengatakan, para opa penghuni panti rata-rata berusia 70 tahun ke atas, dan sudah pikun.
Karena itu, tidak bisa hanya berteriak meminta mereka menyelamatkan diri, melainkan harus digendong keluar satu per satu.
"Ada 10 opa-opa, selamat semua, opa-opa kita gendong. Mau kita panggil mereka nggak ngerti ada yang nggak dengar, ada yang susah jalan," kata Anyusiata.
Hanya fokus menyelamatkan opa-opa, para pengurus panti tidak sempat menyelamatkan barang-barang.