Ketika Putra Kepala Suku Asal Papua Mengajar Anak Suku Dayak di Perbatasan: NKRI Harga Mati
Melihat prajurit TNI putra kepala suku asal Papua mengajar anak-anak Suku Dayak di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Lantaran dirasa keberadaan jembatan begitu penting bagi masyarakat, lanjut Tedi, pihaknya akhirnya membangun jembatan gantung yang dilapisi dengan papan di lokasi bekas banjir bandang kawasan Garut tersebut.
"Alhamdulilah dalam waktu 3 hari jembatan di Sungai Cimanuk ini dapat terbentang dan bisa digunakan masyarakat," ujar Tedi.
Ekspedisi 1000 Jembatan Gantung
Merasa bantuan jembatan gantung yang dibuatnya ternyata sangat bermanfaat bagi masyarakat umum, komunitas ini akhirnya membuat ekspedisi bertajuk 1000 Jembatan Gantung untuk Indonesia.
Baca juga: Kisah Relawan Bangun Jembatan di Pedalaman, Sering Terenyuh Dengar Kesedihan Ibu yang Anaknya Hanyut
Saat ini banyak jembatan gantung di pedalaman Indonesia yang telah dibangun oleh komunitas ini.
Adapun dana pembangunan jembatan ini merupakan partisipasi dari banyak pihak, tentunya tak menggunakan anggaran dari pemerintah.
Sedangkan untuk pembangunan jembatan gantung tersebut paling cepat 5 hari dan paling lama 15 hari tergantung tingkat kesulitan dan kontur medan yang ada di daerah tersebut.
Sementara itu, yang membuat Tedi terenyuh adalah tak sedikit dia mendengar cerita dari seorang warga yang harus kehilangan anggota keluarganya karena tak adanya jembatan di wilayah tempat tinggalnya.
"Ketika datang di satu tempat, saya pernah mendengar ibu bercerita bahwa anaknya berangkat sekolah dan tak pernah kembali agi.
Sekian hari ditemukan di sungai, ternyata anak ini jatuh dan hanyut ketika menyeberang," ujar Tedi.