Antisipasi Musim Hujan Datang Lebih Cepat, Pemprov DKI Masih Andalkan Cara Lama

Pemprov DKI Jakarta masih mengandalkan cara lama guna mengantisipasi musim hujan yang diprediksi datang lebih cepat.

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Erik Sinaga
Harian Warta Kota/henry lopulalan
Ilustrasi Pemprov DKI Jakarta masih mengandalkan cara lama guna mengantisipasi musim hujan yang diprediksi datang lebih cepat. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Pemprov DKI Jakarta masih mengandalkan cara lama guna mengantisipasi musim hujan yang diprediksi datang lebih cepat.

Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang menyebut, masih mengandalkan program yang sudah dijalankan di tahun-tahun sebelumnya.

"Antisipasi tentu dengan program yang sudah jalan, seperti percepatan optimalisasi sumur resalan, waduk, pengerukan kali dan sungai, gerebek lumpur," ucapnya, Jumat (27/8/2021).

Koordinasi dengan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pun sudah dilakukan guna memastikan tidak ada wilayah yang terendam banjir bila hujan menerjang.

Baca juga: BMKG: 20 Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat Hari Ini

"Saya kemarin sudah pimpin rapat buat evaluasi sama Suku Dinas Sumber Daya Air untuk antisipasi banjir ke depan," ujarnya di Balai Kota.

Ia pun optimis banjir yang kerap melanda ibu kota saat musim hujan tiba bisa diminimalisir.

Baca juga: Diguyur Hujan Semalaman, Kawasan Periuk Tangerang Terendam Banjir

Kalaupun banjir menerjang, Ariza menjamin, genangan air bisa lebih cepat surut dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dilansir dari Kompas.com, prediksi musim hujan di Indonesia akan datang lebih awal atau maju dari biasanya.

Masyarakat diminta untuk bersiap melakukan mitigasi potensi bencana hidrometeorologi.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Kamis (26/8/2021).

BMKG memprediksikan, dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada September 2021, meliputi Sumatera bagian tengah dan sebagian Kalimantan.

Baca juga: Antisipasi Makam Terendam Genangan di Musim Hujan, Waduk dan Kolam Retensi Dibangun di TPU Rorotan

Kemudian 39,1 persen wilayah pada Oktober 2021, meliputi Sumatra bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali.

Sementara itu, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya pada November 2021, meliputi sebagian Lampung, Jawa, Bali - Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

Selain, prediksi musim hujan yang akan datang lebih awal daripada biasanya, Dwikorita juga mengatakan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia juga diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai, mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana.

Puncak musim hujan periode 2021/2022 itu sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

“Perlu menjadi perhatian bersama, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi,” kata Dwikorita.

Kondisi dinamika atmosfer Indonesia

Selain prediksi musim hujan yang akan maju lebih awal, dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan juga turut memaparkan apa yang terjadi dengan kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia saat ini.

Dodo menjelaskan, saat ini El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan Netral.

"Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual," jelasnya.

Namun, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi atau peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021.

Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.

Potensi bencana hidrometeorologi

Dengan adanya kondisi dan prediksi musim hujan lebih awal ini, Dodo mengingatkan agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kejadian cuaca ekstrem yang bisa terjadi di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan saat ini.

Baca juga: Diguyur Hujan Semalaman, Kawasan Periuk Tangerang Terendam Banjir

Seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, dan angin puting beliung jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

Sebab, tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit.

“Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu,” imbuhnya.

Dodo juga mengatakan bahwa periode musim hujan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan, dan mengisi waduk atau danau yang berguna untuk periode musim kemarau tahun depan.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved