Mudanya Pasang Susuk Taklukan Banyak Wanita, Masa Tua Pecatan Tentara Jadi Pemulung Demi Hidup
Mudanya pasang susuk demi bisa menaklukan banyak wanita, kehidupan masa tua pecatan tentara harus menjadi pemulung demi bertahan hidup.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Dia puluhan tahun bekerja di Kalimantan.
Mulai dari bekerja di perkebunan sawit, berjualan telur puyuh sampai menjadi petugas kebersihan di sebuah rumah sakit.
Dia pun sempat menikah dengan seorang wanita di Kalimantan.
Baca juga: Kades Penghasilan Rp 30 Juta Sehari, Anak Buahnya Saja Pakai Motor Sport, Kang Dedi Tanya Usahanya
Namun akhirnya dia memutuskan kembali ke Purwakarta usai sang istri meninggal karena tak betah hidup dengan anak tirinya.
Di Jawa Barat, Teja juga sebenarnya memiliki anak.
Sebab, dia telah tiga kali menikah.
Namun dia malu bila harus bergantung kepada sang anak mengingat dia mengakui semasa muda sudah menelantarkan mereka.

"Malu ikut anak," katanya.
Mendengar perjalanan hidup berliku Teja, Kang Dedi kemudian mengajak pemulung itu ke rumahnya.
Di sana, Kang Dedi menawarkan bantuan kepada Teja agar tak perlu memulung untuk bertahan hidup.
"Kalau ada kerjaan lagi saya mau, tapi saya susah, enggak bisa jalan kalau enggak pakai tongkat," aku Teja.
Teja sendiri mengakui dirinya ingin kembali berjualan telur puyuh seperti yang pernah dilakukannya di Kalimantan.
Kang Dedi pun menanyakan berapa modal yang diperlukan untuk berjualan telur puyuh.
"Rp 50 ribu," jawab Teja.
Kang Dedi pun kaget lantaran ternyata modal yang diminta Teja tak banyak.
"Jangankan Rp 50 ribu, 10 ribu aja enggak ada," kata Teja yang menyebut penghasilannya dalam sehari rata-rata hanya Rp 20 ribu.
Kang Dedi pun kemudian memberi beberapa lembar uang ratusan untuk modal Teja berjualan telur puyuh.
"Ini bisa buat ngontrak dan jualan telur puyuh," kata Kang Dedi.