Banyak Siswa Kelas 2 SD Belum Bisa Baca, Pemkot Tangsel Diminta Introspeksi

Pihak guru mengatakan, penyebabnya karena siswa kesulitan mengikuti PJJ atau belajar online pada jenjang sebelumnya

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
SDN Pondok Cabe Ilir 02, Pamulang, Tangsel, Ssnin (13/9/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir 

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN - Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) meminta pemerintah kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) serius dalam menyikapi banyaknya siswa kelas I dan II SD yang belum bisa membaca karena setahun lebih menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Seperti diberitakan sebelumnya, TribunJakarta.com mendapati banyaknya siswa kelas I dan II yang belum bisa membaca di SDN Pondok Cabe Ilir 02, Pamulang dan SDN 01 Serua, Ciputat. 

Tentu saja tidak menutup kemungkinan hal serupa terjadi di sekolah lain.

Pihak guru mengatakan, penyebabnya karena siswa kesulitan mengikuti PJJ atau belajar online pada jenjang sebelumnya. 

Bagi siswa kelas II, maka ia kesulitan belajar online selama kelas I, sehingga belum bisa membaca.

Sedangkan bagi siswa kelas I, kendalanya juga pada kesulitan PJJ saat Taman Kanak-kanak (TK). Kalaupun tidak TK, mayoritas anak masuk kelas I SD dalam keadaan belum bisa baca.

Hal ini terkuak setelah mulai pembelajaran tatap muka (PTM) tingkat SD sejak Senin (13/9/2021) kemarin ataupun evaluasi guru selama proses PJJ sebelumnya. 

Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matradji, menegaskan, kemampuan baca yang merupakan bagian dari literasi adalah hal yang utama untuk anak atau siswa.

Menurut Ubaid, pelaksanaan PJJ sulit dinyatakan sukses. Kasus siswa yang tidak bisa baca meski sudah kelas dua adalah buktinya.

Namun pemerintah kota (Pemkot) tidak boleh diam, dan harus introspeksi demi membuat terobosan menjawab tantangan situasi yang ada.

Baca juga: Siswa Kelas 1 dan 2 SD di Tangsel Belum Bisa Baca, Kadis Pendidikan: Enggak Masalah

"Ini bukti PJJ kita gagal. Kita semua gagap dengan PJJ. Gurunya tidak siap. Sarana pendukung juga bermasalah. Belum lagi soal pelibatan di luar sekolah sebagai komunitas belajar dan sumber-sumber belajar yang beragam," kata Ubaid, Rabu (15/9/2021).

Terlebih, menurut Ubaid, ponsel yang menjadi alat bantu PJJ, juga bisa menjadi distraksi dengan fungsi-fungsi canggih lainnya, seperti gim dan media sosial.

"Harusnya pemerintah menyadari ini dan memperbaiki diri. Literasi itu hal yang utama tapi tantangannya luar biasa hari ini. Anak-anak tak lagi gemar membaca buku, tapi sudah terkontaminasi dengan HP bahkan banyak yang kecanduan gawai," kata dia.

Pemkot Tangsel juga harus mulai membekali para gurunya dengan kemampuan memanfaatkan sumber belajar yang beragam.

PTM harus betul-betul dimanfaatkan untuk menggenjot peningkatan literasi siswa.

Upaya akselerasi kemampuan baca siswa mutlak dimaksimalkan di kelas.

"Harus diprioritaskan dan dilakukan dengan cepat. Sebab membaca adalah kunci dalam proses pendidikan," pungkasnya. 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved