Sisi Lain Metropolitan

Aksi Mulia Masturi Ros, Dedikasikan Hidupnya Biayai Sekolah Anak yang Kurang Mampu

Tak mengharap balasan, anak asuh Masturi Ros Yusuf (80) banyak yang sukses hingga bisa berangkatkan orangtua mereka ke Tanah Suci.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Masturi Ros Yusuf (80), dedikasikan separuh hidupnya untuk membantu ratusan anak dari keluarga kurang mampu agar menuntaskan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi di Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (17/9/2021) 

Kendati begitu, Ros mengatakan tak pernah meminta balasan apapun dari anak asuhnya.

Kebahagiaan yang dirasakannya sudah terasa cukup hanya dengan melihat mereka sukses dan bisa membantu ekonomi keluarganya serta meningkatkan derajat kedua orangtuanya.

"Saya merasa senang. Melihat mereka renovasi rmh sampai mengumrohkan orang tuanya, mengahajikan orang tuanya. Saya senang banget. Ini yang anak tukang sampah bisa berangkatkan haji ibunya," ucapnya.

"Saya gak mengharap apa apa, gak berikan ke sini gapapa. Yang penting bisa menolong orang tua dan keluarganya," paparnya.

Baca juga: Amankah Mengonsumsi Jeruk Nipis saat Haid? Catat 4 Buah yang Bisa Dicoba

Awal mula dedikasi Ros

Semua dedikasinya dimulai pada tahun 1964, Ros mendirikan Majelis Taklim 'Shilaturrahmi'.

Diceritakannya, saat itu ia menemukan banyak perempuan atau ibu muda yang kurang pemahaman soal agama islam.

Prihatin dengan hal itu, Ros bersama sejumlah ibu muda mendirikan majelis taklim ini.

Secara sukarela, kediamannya di Jalan Matraman Salemba IV/23, RT 009 RW 01 Kelurahan Kebon Manggis, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur dijadikannya sebagai tempat untuk syiar agama islam.

"Kita tahu Pancasila diterbitkan setelah Proklamasi, disitu ada Ketuhanan Yang Maha Esa. Saya di sini sejak tahun 1957 masih sepi orang. Tahun 1960-an mulai ramai. Saya lihat ibu muda di sekitaran kurang paham agama islam. Jadi itu alasan majelis ini saya dirikan tepat di Bulan Maret," katanya.

Menjangkau banyak ibu muda selama bertahun-tahun, membuatnya acap kali menyiarkan agama islam keliling rumah hingga ke masjid.

Berbagai relasi hingga lokasi kerap didatanginya hingga akhirnya ia menemukan masalah baru.

Tepat di tahun 1970-an, Ros dihadapkan dengan banyaknya anak belia di lingkungannya yang tidak bersekolah.

Secara blak-blakan, mereka menceritakan kendala biaya menjadi faktor utamanya. Apalagi saat itu, sekolah masih berbayar dan tak seperti saat ini.

"Nak kok kamu gak sekolah?," tanya Ros kala itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved