Mau Jakarta Bebas Banjir? Anggota DPRD DKI Kenneth: Kuncinya Komitmen dan Tinggalkan Cara Lama

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth membeberkan perihal penanganan banjir khususnya di Jakarta.

ISTIMEWA
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth membeberkan perihal penanganan banjir khususnya di Jakarta. 

"Maka itu saya sarankan, benahi saja upaya deteksi dininya, supaya kita semua tidak keteteran lagi, jangan pakai ombrometer manual lagi, ombrometer mempunyai banyak kelemahan, salah satunya adalah frekwensi pengamatannya tidak akan intens dan jarang, seharusnya menghitung curah hujan permenit tetapi dengan ombrometer ini bisa 1 atau 2 kali perhari, kemudian karena pola pengamatannya manual, maka resiko salah baca juga tinggi, sehingga data yang di dapat akan kurang akurat. Pola menghitung curah hujan dengan ombrometer ini masih menggunakan gelas plastik, masa jaman sekarang ngukur curah hujan masih pake gelas plastik,” beber Kent.

Selain itu, menurut Kent, anggaran DKI Jakarta diyakini dapat memback-up hal-hal urgent seperti penanganan banjir termasuk menggerakan perangkat dari Kecamatan hingga RT sebagai upaya antisipasi banjir.

”Ketika sudah ada penerapan teknologi maka harus mengkolaborasikan dengan unsur kecamatan, kelurahan sampai RT harus pula dijalankan. Beri insentif yang cukup untuk mereka yang bertugas. Ini Namanya kolaborasi. Soal angggaran, APBD DKI itu tumpah ruah, wajib memakai teknologi yang mutakhir, supaya masalah banjir ini bisa teratasi di tahap awal dan saya optimis jika Gubernur Anies bisa mengelola APBD dengan baik, saya yakin semua masalah ini akan bisa teratasi,” paparnya.

Sejalan dengan itu, Kent juga berharap tiga aspek penanganan banjir di Jabodetabek baik secara teknis, ekologi hingga sosial harus terus dimatangkan dan diselaraskan dengan Kementerian terkait termasuk daerah satelit penyangga Ibu Kota.

”Jangan sekadar hanya fokus pada antisipasi air yang datang dari hulu sampai hilir dan pembangunan infrastruktur saja. Tapi early warning system yang memadai harus menjadi skala prioritas. Ingat sebentar lagi kita akan memasuki akhir tahun dan biasanya akan terjadi curah hujan yang tinggi di bulan Desember, Januari dan Februari. Antisipasi konkrit harus segera berjalan, jangan sekadar narasi dibesar-besarkan,” pungkas Kent.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved