Tanggul Jebol, Warga Bumi Nasio Indah Bekasi Dihantui Banjir Tiap Hujan
Tanggul di Perumahan Bumi Nasio Indah, Jalan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi jebol setelah debit air Kali Cakung meningkat.
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN - Tanggul di Perumahan Bumi Nasio Indah, Jalan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi jebol setelah debit air Kali Cakung meningkat.
Hal tersebut imbas hujan lebat di kawasan tersebut.
Pemukiman warga di perumahan tersebut terendam banjir sejak Senin (1/11/2021) kemarin dan baru surut pada Selasa (2/11/2021).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi Enung Nurcholis mengatakan, hujan deras melanda pada Senin siang pukul 12.00 hingga 14.00 WIB.
Perumahan Bumi Nasio Indah yang berada di bantaran kali Cakung tersebut terkena imbas luapan akibat tanggul rebah.
Baca juga: Antisipasi Banjir Kiriman, 10 Posko Pengungsian Disiapkan untuk Tampung Warga di Kampung Melayu
"Informasi yang di lapangan semalam itu, kurang lebih 20 meter panjangnya dan diameter tanggulnya rebah gitu," kata Enung.
Pihaknya lanjut dia, langsung melakukan penanganan dengan cara mengevakuasi sejumlah warga yang hendak mengungsi.
Ketinggian air pada senin malam kata dia, mencapai 1,2 meter. Situasi banjir saat ini mulai berangsur surut sejak dini hari hingga memasuki selasa sore.
Baca juga: Dihantui Banjir, Pemprov DKI Disebut Tak Siap Hadapi Cuaca Ekstrem, Ketua DPRD:Air Mengarah ke Warga
"Kita koordinasikan dengan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, supaya tanggul yang jebol itu ditindakanlanjuti atau di perbaiki, sementara menggunakan karung dulu," paparnya.
Warga Perumahan PGP Bekasi Bersiap Hadapi Banjir

Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi merupakan kawasan permukiman rawan banjir tiap kali musim penghujan datang.
Perumahan yang sudah ada sejak 1980an ini telah dihuni ribuan penduduk.
Mereka bisa dibilang telah akrab dengan musim banjir yang datang hampir saban tahun.
Tarto misalnya, dia merupakan warga yang cukup senior di lingkungan perumahan setempat.
Ia sudah bermukim di PGP sejak 1993. Berada di bantaran Kali Bekasi, hawa sejuk memang cukup terasa di Perumahan PGP.
Nuansa asri sangat diidam-idamkan warga ketika pertama bermukim di lingkungan tersebut.
Baca juga: Jakarta Bisa Bebas Banjir, Gubernur Anies Ungkap Cara Ampuh Terbebas dari Genangan Air
Namun pesona itu tak sebanding dengan risiko yang didapat.
Tarto mengaku, sejak 1993, di tahun perdana ia tinggal, banjir sudah melanda Perumahan PGP.
"Saya baru pindah itu bulan April (1993) seingat saya, kena banjir 70 centimeter, waktu itu tanggul masih rendah," kata Tarto, Selasa (2/11/2022).
Sejak saat itu, banjir tidak ada habisnya melanda pemukiman PGP, hampir setiap tahun warga harus bertarung menyelamatkan harta benda dan nyawa ketika air memenuhi pemukiman.
Memasuki musim penghujan, warga di Perumahan PGP sudah pasti memiliki persiapan matang.
Mulai dari stok bahan makanan, memindahkan perabotan ke lantai dua hingga mengungsikan kendaraan ke tempat aman.
"Kemarin barang-barang sudah kita naikkan, mobil juga belum dibawa pulang, masih di BNPB (Gudang Logistik yang ada di dekat Perumahan PGP)," jelas dia.
Menurut dia, mayoritas warga PGP sudah hafal betul bagaimana cara menghadapi banjir.
Sistem mitigasi bencana juga sudah terbangun melalui grup whatsapps warga.
Informasi tentang kondisi tinggi muka air di hulu sungai Cileungsi dan Cikeas sudah menjadi makanan sehari-hari.
Melalui informasi tinggi muka air, warga bisa menerka-menerka kapan harus menyiapkan diri termasuk waktu kedatangan air.
"Kalau ada informasi banjir kiriman di bawah 450 sentimeter itu masih aman, waktu perjalanan air juga kita sudah bisa memperhitungkan kira-kira tiga sampai empat jam," jelas dia.
Puluhan tahun didera banjir, Tarto mengaku, tidak pernah mengungsi.
Hal yang sama juga dilakukan banyak warga Perumahan PGP ketika air memenuhi rumah mereka.
"Saya sejak pertama tinggal di sini, kena banjir enggak pernah mengungsi, paling bertahan aja di lantai dua rumah," paparnya.
Alasan itu juga yang membuat dia memilih menyetok bahan makanan dan menyelamatkan barang-barang berharga ke lantai dua rumah.
Meski begitu, tidak sedikit pula warga yang memilih mengungsi ketika banjir melanda ke rumah sanak saudara atau di posko pengungsi.