Musim Hujan Bersamaan Waktu Telur Menetas, Damkar Depok Imbau Warga Antisipasi Kemunculan Ular

Dijelaskan oleh Welman, bulan September-Oktober hingga Maret mendatang adalah waktu menetesnya telur ular di dalam sarangnya.

ISTIMEWA/Dokumentasi Damkar Kota Depok
Petugas Damkar Kota Depok menunjukan satu induk ular kobra yang berhasil diamankan dari rumah warga di Jalan Abdul Rohim, Bojongsari, Sawangan, Kota Depok, Senin (30/12/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma

TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS - Memasuki musim penghujan, Kota Depok bukan hanya siaga menghadapi bencana banjir dan longsor, melainkan juga kemunculan ular di pemukiman padat penduduk.

Kepala Bidang Pengendalian dan Operasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok, Welman Naipospos, mengungkapkan, tibanya musim penghujan berbarengan dengan waktu menetas telur beberapa spesies ular.

Dijelaskan oleh Welman, bulan September-Oktober hingga Maret mendatang adalah waktu menetesnya telur ular di dalam sarangnya.

Setelah menetas, anak ular ini akan keluar dari sarangnya dan bergerak ke segala penjuru untuk mencari makan serta minum.

"Anak ular tidak menyusu dan tidak tinggal dengan induknya. Si induk ular sudah pergi meninggalkan telur sesaat setelah di sembunyikan dalam lubang untuk ditetaskan. Induk ular kobra tidak mengerami telur," kata Welman dalam keterangan resminya, Selasa (16/11/2021).

Lanjut Welman, ular biasanya lebih suka bersembunyi di tempat yang kering dibandingkan tempat basah.

Biasanya, ular menyenangi tempat-tempat yang banyak hewan buruannya seperti tikus, katak, kadal, cicak, dan lain-lainnya.

Baca juga: 2 Pemuda Curi Ular Piton Ratusan Juta Rupiah Saat Mati Listrik, Terungkap Ketika COD

"Ular akan bertahan di satu tempat yang banyak makanannya dan juga ada lokasi sembunyi yang aman dan kering, dan akan berpindah bila tempat tersebut tidak ditemukan sumber makanan," tuturnya.

Oleh sebab itu, Welman mengimbau masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan di dalam rumah dan juga lingkungan sekitar.

"Bersihkan area kebun, pindahkan pot -pot tanaman, tata ulang. Tumpukan material di rapikan, sampah buang secara rutin. Jika induk kobra menaruh telur di halaman rumah, bisa diketahui jika kita menyapu atau menggali atau memindahkan material yang tidak terawat," ungkapnya.

Lanjut Welman, untuk mencegah keberadaan ular di pemukiman juga bisa dilakukan dengan membasmi sumber makanannya.

Baca juga: Waspada Periode Tetas Anakan Ular, Warga Diminta Tak Biarkan Barang Bekas di Rumah

"Untuk mengurangi atau membasmi tikus di rumah dan sekitar. Tikus mengeluarkan bau, kotoran yang memancing ular datang," jelasnya.

Kemudian, warga juga diimbau untuk mengecek lubang-lubang yang berpotensi menjadi sarang ular.

"Semprot mewangian ruangan di dalam rumah. Wangi menyengat tidak disukai oleh ular karena mengganggu penciumannya terhadap mangsa dan musuh. Wangi menyengat hanya efektif di ruang tertutup. Bukan di teras atau halaman rumah terbuka," imbuhnya.

Selanjutnya, Welman berujar agar masyarakat senantiasa menyiapkan alat untuk mengevakuasi, dan belajar mengidentifikasi ular.

"Latih keluarga yang harus dilakukan jika bertemu ular. Jangan pegang ular, jangan bunuh ular, amati pergerakan ular dan jika memungkinkan isolasi pergerakan ular panggil tim snake rescue terdekat," bebernya.

"Jika dalam kondisi darurat bisa menghubungi Tim Rescue Damkar Depok atau snake rrescue terdekat. Call center Indonesia snake rescue di nomor +628176800446," timpalnya.

Baca juga: Damkar Depok Sediakan Layanan Evakuasi Hewan Liar, Gratis Tanpa Biaya Sepeserpun

Terakhir, Welman menuturkan bahwa hanya sekira 20 persen ular berbisa yang biasa ditemuman di pemukimanan, sementara 80 persennya adalah ular yang tidak berbahaya.

"Di pulau Jawa, ada 110-an spesies ular, yang berbisa tinggi sekitar 16-17 spesies saja. Kenali, waspada, tapi jangan bunuh ular," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved