Malam-malam, Damkar Depok Evakuasi Sarang Tawon Hingga Spesies Ular Serigala
Personel Damkar Depok mengevakuasi sarang tawon hingga ular yang masuk rumah warga pada Jumat (19/11/2021).
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS – Tak kenal waktu, Damkar Kota Depok selalu siaga selama 24 jam penuh setiap hari untuk membantu warga yang membutuhkan pertolongan.
Semisal pada Jumat (19/11/2021) kemarin malam, personel Damkar Depok menyelesaikan dua tugas yakni mengevakuasi sarang tawon hingga ular yang masuk rumah warga.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Dinas Damkar Kota Depok, Denny Romulo, mengatakan, pihaknya mengevakuasi sarang tawon yang ada di bawah genting warga di Perumahan Permata Cimanggis, Tapos, sekira pukul 19.15 WIB.
“Kami tiba di lokasi pukul 19.15 WIB, kemudian sarang tawon berhasil dievakuasi dan dimusnahkan pukul 20.00 WIB,” ujar Denny pada wartawan, Sabtu (20/11/2021).
Selesai mengevakuasi dan memusnahkan sarang tawon, pekerjaan pun kembali dilakukan dan kali ini mengevakuasi seekor ular yang ada rumah seorang warga.
Baca juga: Damkar Jakbar Duga Ada Kesalahan Konstruksi yang Buat Bangunan SMAN 96 Roboh
Evakuasi ini berlangsung pukul 21.20 WIB malam di Jalan Jambu Kelurahan Depok Jaya, Pancoran Mas.
“Jumlah personel yang diterjunkan lima orang untuk mengevakuasi ular genteng ini,” ujar Denny.
Baca juga: Musim Hujan Bersamaan Waktu Telur Menetas, Damkar Depok Imbau Warga Antisipasi Kemunculan Ular
Melansir dari Wikipedia, ular genteng atau yang biasa disebut ular cecak ini (Lycodon capucinus) ini adalah spesies ular serigala.
Ular ini disebut ‘ular cecak’ karena ular ini sering ditemukan sedang memangsa cecak yang berkeliaran di sekitar rumah.
Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah oriental wolfsnake, sedangkan nama spesifiknya, capucinus yang artinya ‘kapucino’ atau ‘cokelat kemerahan’, mengacu pada warna tubuhnya yang dominan coklat kemerahan.
Damkar Depok Imbau Warga Antisipasi Kemunculan Ular
Memasuki musim hujan, Kota Depok bukan hanya siaga menghadapi bencana banjir dan longsor, melainkan juga kemunculan ular di pemukiman padat penduduk.
Kepala Bidang Pengendalian dan Operasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok, Welman Naipospos, mengungkapkan, tibanya musim hujan berbarengan dengan waktu menetas telur beberapa spesies ular.
Dijelaskan oleh Welman, bulan September-Oktober hingga Maret mendatang adalah waktu menetesnya telur ular di dalam sarangnya.
Setelah menetas, anak ular ini akan keluar dari sarangnya dan bergerak ke segala penjuru untuk mencari makan serta minum.
"Anak ular tidak menyusu dan tidak tinggal dengan induknya. Si induk ular sudah pergi meninggalkan telur sesaat setelah di sembunyikan dalam lubang untuk ditetaskan. Induk ular kobra tidak mengerami telur," kata Welman dalam keterangan resminya, Selasa (16/11/2021).
Lanjut Welman, ular biasanya lebih suka bersembunyi di tempat yang kering dibandingkan tempat basah.
Biasanya, ular menyenangi tempat-tempat yang banyak hewan buruannya seperti tikus, katak, kadal, cicak, dan lain-lainnya.
"Ular akan bertahan di satu tempat yang banyak makanannya dan juga ada lokasi sembunyi yang aman dan kering, dan akan berpindah bila tempat tersebut tidak ditemukan sumber makanan," tuturnya.
Oleh sebab itu, Welman mengimbau masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan di dalam rumah dan juga lingkungan sekitar.
"Bersihkan area kebun, pindahkan pot -pot tanaman, tata ulang. Tumpukan material di rapikan, sampah buang secara rutin. Jika induk kobra menaruh telur di halaman rumah, bisa diketahui jika kita menyapu atau menggali atau memindahkan material yang tidak terawat," ungkapnya.
Lanjut Welman, untuk mencegah keberadaan ular di pemukiman juga bisa dilakukan dengan membasmi sumber makanannya.
"Untuk mengurangi atau membasmi tikus di rumah dan sekitar. Tikus mengeluarkan bau, kotoran yang memancing ular datang," jelasnya.
Kemudian, warga juga diimbau untuk mengecek lubang-lubang yang berpotensi menjadi sarang ular.
"Semprot mewangian ruangan di dalam rumah. Wangi menyengat tidak disukai oleh ular karena mengganggu penciumannya terhadap mangsa dan musuh. Wangi menyengat hanya efektif di ruang tertutup. Bukan di teras atau halaman rumah terbuka," imbuhnya.
Selanjutnya, Welman berujar agar masyarakat senantiasa menyiapkan alat untuk mengevakuasi, dan belajar mengidentifikasi ular.
"Latih keluarga yang harus dilakukan jika bertemu ular. Jangan pegang ular, jangan bunuh ular, amati pergerakan ular dan jika memungkinkan isolasi pergerakan ular panggil tim snake rescue terdekat," bebernya.
"Jika dalam kondisi darurat bisa menghubungi Tim Rescue Damkar Depok atau snake rrescue terdekat. Call center Indonesia snake rescue di nomor +628176800446," timpalnya.
Welman menuturkan bahwa hanya sekira 20 persen ular berbisa yang biasa ditemuman di pemukimanan, sementara 80 persennya adalah ular yang tidak berbahaya.
"Di pulau Jawa, ada 110-an spesies ular, yang berbisa tinggi sekitar 16-17 spesies saja. Kenali, waspada, tapi jangan bunuh ular," pungkasnya.