Cerita Kriminal
Marak Gerombolan Anak Muda Berkeliaran Bawa Senjata Tajam di Tangerang, Kapolres: Tidak Ada Gengster
Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Deonijou De Fatima enggan dibilang kalau kawanan itu disebut sebagai gengster.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Belakangan marak kejadian segerombol anak muda berkeliling menggunakan sepeda motor sambil membawa senjata tajam.
Bahkan, sempat dalam satu hari, ada delapak korban kekerasan menggunakan senjata tajam dari kawanan brutal tersebut yang menyerah secara membabi buta.
Namun, Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Deonijiu De Fatima enggan dibilang kalau kawanan itu disebut sebagai gengster.
"Terkait peristiwa yang selama ini sudah muncul seperti yang diviralkan dengan sebutan gengster. Sebenarnya di Kota Tangerang ini tidak ada. Yang terjadi adalah tawuran antar-pelajar, antar-kelompok," kata Deonijiu di kantornya, Selasa (14/12/2021).
Menurutnya, yang membuat onar itu adalah sekumpulan pelajar yang saling menantang di media sosial.
Baca juga: Sering Tawuran, Atribut Ormas di Kota Tangerang Diturunkan Paksa Petugas
Bukan asal menantang, mereka menggunakan senjata tajam berniat untuk melukai lawannya.
"Mereka kemudian mengundang lewat media sosial terhadap kelompok lain untuk bertemu. Pertemuan itu lah mereka melakukan aksi-aksi perlawanan dari kelompok satu ke kelompok yang lain," papar Deonijiu.

Untungnya, Polres Metro Tangerang Kota berhasil mengamankan empat orang yang sudah dijadikan tersangka atas kasus aksi pembacokan.
Ramai diberitakan kalau gangster belakangan bikin onar sampai ada korban seorang wanita yang pipinya sobek parah di Kota Tangerang.
Korban seorang wanita berumur 14 tahun tersebut pipinya ditebas menggunakan celurit sampai harus dioperasi besar.
Kombes Pol Deonijiu De Fatim mengatakan, pihaknya sudah mengamankan empat tersangka.
Baca juga: Selama 2 Tahun Terakhir, Total Ada 628 Anak di Kota Tangerang Terpapar Covid-19
"Inisial tersangka yang melakukan kegiatan itu adalah AR, JPA, WT, dan AQR. Ini mereka yang melakukan kegiatan aksi perlawanan dan melukai anak perempuan tersebut," tutur Deonijiu.
Mirisnya lagi, keempatnya masih berstatus pelajar di bawah umur.
Mereka menggunakan kesempatan untuk berkeliaran di malam hari bersama kawanannya untuk menantang lawan.