Warga Kampung Bayam Gusuran Proyek JIS Tinggal di Bedeng, Wagub Ariza: Penataan Sudah Mulai Desember

Warga Kampung Bayam sebelumnya tinggal di lahan yang saat ini menjadi proyek pembangunan Jakarta Internasional Stadium (JIS).

TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria kala diwawancarai awak media di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (19/12/2021) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Relokasi Kampung Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara dilakukan sejak Desember 2021 lalu.

Warga Kampung Bayam sebelumnya tinggal di lahan yang saat ini menjadi proyek pembangunan Jakarta Internasional Stadium (JIS).

Selanjutnya, Pemprov DKI bertanggung jawab untuk melakukan penataan dan menyediakan relokasi bagi warga Kampung Bayam.

"Ya penataan Kampung Bayam itu sudah mulai Desember 2021 sampai Naret 2022."

"Yang ditugasi oleh Pemprov adalah BUMD Jakpro," kata Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI, Selasa (4/1/2022) malam.

Adapun hunian yang bakal dibangun yakni sebanyak 135 unit untuk warga Kampung Bayam.

Namun untuk masalah pendanaan dan anggaran, Ariza menyatakan tak tahu lantaran semua diatur di bawah tanggung jawab Jakpro.

Baca juga: Cerita Di Balik Megahnya Proyek JIS, 26 KK Korban Gusurannya Kini Hidup di Bedeng Pinggir Rel

"Sementara yang ingin dibangun 135 unit, prinsipnya kawasan JIS akan kita tata sebaik mungkin karena ini tidak hanya menjadi ikon Jakarta."

"Tapi ke depannya akan menjadi kebanggaan kita memiliki stadion olahraga, stadion sepakbola berkelas Internasional dan tidak kalah dengan stadion yang sudah ada di dunia ini. Anggaran untuk Kampung Bayam saya tidak tahu persis, nanti tanya ke Jakpro," pungkasnya.

Korban Gusuran Hidup di Bedeng Pinggir Rel

Di sisi lain, sedikitnya 26 KK pemilik kafe Kampung Bayam yang terdampak penggusuran proyek Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara, masih bertahan di lokasi.

Kekinian, mereka memutuskan untuk tetap bertahan dengan membangun bedeng di sepanjang rel.

Berdasarkan pantauan TribunJakarta.com, puluhan bedeng tersebut berada persis di pinggir rel, berjarak hanya sekitar satu meter dari jalur melintasnya kereta.

Bedeng-bedeng itu dibangun dari sisa-sisa kafe yang dibongkar pada Agustus 2021 silam.

Dengan bermodalkan puing-puing yang ada, warga akhirnya membangun bedeng tempat bertahan hidup.

Bedeng-bedeng berbahan bambu itu, diisi perabotan seadanya.

Di bedeng milik Supriyanto misalnya, ia meletakan kasur yang berada persis di sisi samping bawah rel kereta.

Baca juga: Singkirkan Airin Rachmi, Golkar DKI Ngotot Pilih Ahmed Zaki Jadi Calon Gubernur DKI Pengganti Anies

"Setiap hari ya rasanya gemuruh, suara kereta api lewat bikin nggak bisa tenang," kata Supriyanto saat ditemui di lokasi, Selasa (4/1/2022) petang.

"Kita sudah hampir lima bulan tinggal di sini," sambungnya.

Pascapenggusuran Agustus lalu, diceritakan Supriyanto, sebanyak 26 pemilik kafe masih enggan meninggalkan lokasi.

Selain mengklaim tak punya biaya untuk mengontrak, mereka masih menanti-nanti kompensasi yang dijanjikan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pemegang proyek JIS.

Baca juga: Pembangunan JIS Sudah 92 Persen dan Siap Soft Launching Februari 2022, Begini Penampakannya

"Total ada 26 yang belom terealisasi semua warga kafe. Iya pastinya karena pembangunan JIS," kata Supriyanto.

"Harus gimana lagi, kita belom dapet kompensasi. Yang jelas sembari menunggu kebijakan dari pihak Jakpro, kami bertahan di sini," sambungnya.

Supriyanto mengaku tidur persis di pinggir rel jauh dari rasa aman dan nyaman.

Setiap hari warga di bedeng-bedeng itu harus mewaspadai kereta-kereta yang melintas.

Bedeng-bedeng di sepanjang rel kereta Kampung Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang didirikan pemilik kafe yang terdampak proyek Jakarta International Stadium.
Bedeng-bedeng di sepanjang rel kereta Kampung Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang didirikan pemilik kafe yang terdampak proyek Jakarta International Stadium. (Gerald Leonardo Agustino/ Tribun Jakarta)

Jika tak awas, boleh jadi nyawa mereka taruhannya.

"Ya ngeri ya. Kita waspada aja, dari bunyinya, rel sirine dari kereta yang mau masuk stasiun," ucap Supriyanto.

Sebelumnya, pembongkaran kafe remang-remang di Kampung Bayam dilakukan pada Selasa (24/8/2021) silam.

Pascapenggusuran, warga sempat bertahan tepat di atas puing-puing pembongkaran.

Jakpro Buka Suara

Terkait hal ini, PT Jakpro membantah adanya perjanjian ganti rugi terkait pembongkaran kafe remang-remang di Kampung Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kala itu, Project Manager Jakarta International Stadium (JIS) Arry Wibowo mengatakan, Jakpro tidak terlibat dalam pembongkaran tersebut.

Project Manager Jakarta International Stadium Arry Wibowo
Project Manager Jakarta International Stadium Arry Wibowo (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Arry juga membantah bahwa Jakpro selaku pengelola JIS menjanjikan ganti rugi terhadap para pemilik kafe.

"Itu bukan di domainnya JakPro. Nggak ada, nggak ada (perjanjian dengan JakPro)," kata Arry di JIS, Selasa (24/8/2021) silam.

"(Jakpro) nggak terlibat," ucapnya.

Arry menuturkan bahwa urusan pembongkaran bangunan liar tersebut ada di bawah Pemerintah Kota Jakarta Utara

"Iya, (itu Pemkot)," katanya.

Kasatpol PP DKI Jakarta, Arifin, mengatakan, pembongkaran bangunan hari ini untuk menegakkan Perda 8 tahun 2007 soal ketertiban umum.

29 kafe remang-remang yang ditertibkan, kata Arifin, dinyatakan ilegal dan telah menjadi tempat prostitusi.

Arifin membantah bahwa pembongkaran ini ada kaitannya dengan pembangunan JIS.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved