Sekarang Diburu karena Harga Rp 14 Ribu, Ibu Hamil Ini Malah Harus Jual Ginjal Gegara Minyak Goreng
Di balik penerapan satu harga yang membuat minyak goreng jadi buruan para emak-emak, nasib pilu harus dialami seorang ibu hamil di Depok, Jawa Barat.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Minyak goreng sekarang ini tengah menjadi buruan.
Beberapa hari terakhir, warga khususnya emak-emak berbondong-bondong membeli minyak goreng yang dijual di supermarket.
Karenanya, tak sedikit toko yang kehabisan stok minyak goreng.
Hal itu terjadi seiring adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan satu harga minyak goreng dengan harga setara Rp 14.000/liter.
Dalam keterangan tertulis Kemendag, Kebijakan Minyak Goreng Satu Harga merupakan upaya lanjutan pemerintah menjamin ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau.
Baca juga: Ibu Hamil di Depok Nekat Jual Ginjal, Punya Utang Rp 1 Miliar Gara-Gara Rugi Bisnis Minyak Goreng
Di balik penerapan satu harga yang membuat minyak goreng jadi buruan para emak-emak, nasib pilu harus dialami seorang ibu hamil di Depok, Jawa Barat.
Hidup wanita hamil bernama Melvi Monita (24) berada di ujung tanduk gegara minyak goreng.
Dia bahkan nekat ingin menjual ginjalnya demi keluar dari peliknya masalah yang dihadapi.

Dia bukanlah orang yang tak kebagian minyak goreng, melainkan harus merugi cukup besar gara-gara bisnis minyak gorengnya bangkrut.
Alhasil kini dia terlilit utang sampai nyaris Rp 1 miliar gegara binsis minyak gorengnya itu.
Cerita Melvi ini menjadi viral di sosial media.
Dijumpai wartawan di kediaman orang tuanya yang berada di Jalan Waru, Sukmajaya, Kota Depok, Monita mengaku dirinya terlilit utang akibat gagal bisnis minyak goreng.
"Kenapa saya bisa terlilit hutang, ya karena kan saya baru mulai bisnis.
Bisnis jualan minyak goreng sama jualan online gitu," kata Melvi pada wartawan, Jumat (21/1/2022).
Baca juga: Terlilit Utang Ratusan Juta, Seorang Wanita di Depok Nekat Jual Ginjal, Tetangga: Astagfirullah
"Karena saya baru pertama kali, saya gak bisa mengendalikannya. Jadi saya mengalami kerugian yang cukup besar," timpalnya lagi.
Melvi mengatakan, awal mula dirinya terlilit hutang berawal ketika bisnis minyak goreng yang ditekuninya tersebut merugi.
Adapun bisnis minyak gorengnya itu baru dilakukannya sekira tiga bulan lalu.
Buntutnya, ia pun melakukan pinjaman ke banyak orang, untuk menutupi kerugiannya tersebut.

"Terus saya minjam uang kesana buat menutupi kerugian ini. Terus saya minjam lagi buat mengganti yang saya pinjam. Jadi gali lobang tutup lobang," bebernya.
Tanpa ia sadari, utang yang ia lakukan ini semakin menumpuk.
Bahkan, nilainya hingga nyaris mencapai Rp 1 miliar.
"Cukup lumayan besar ya. Kalau disebutin pasti kaget ya, sekitar hampir Rp 1 miliar," kata Monita.
Waktu pun terus berjalan hingga akhirnya Melvi harus berurusan dengan para penagih utang.
Baca juga: Anies Baswedan Rela Terbang ke Kampung eks Wakil Jokowi, Jalani Ritual di Rumah Pejabat Ternama
"Dari sekitar tiga bulan yang lalu. Orangnya si kemarin-kemarin masih santai.
Cuma makin kesini mendesak supaya saya bisa menyelesaikan hutangnya. Jadi yang bikin bengkak bunganya itu," katanya.
"Misalnya minjam Rp 10 juta, dibalikinnya harus Rp 15 juta. Terus bisa sampai Rp 20 juta," timpalnya.
Belakangan ini, Monita mengaku para penagih utang tersebut semakin sering mendatangi kediamannya untuk menagih.

"Kadang kalau saya enggak ada dia nunggguin sampai pagi," ucapnya.
"Saya bilang saya belum ada, saya lagi berusaha jual ginjal. Sampai saya bilang kalau memang ada yang mau langsung hubungin saya juga," tuturnya.
Lebih lanjut, Monita mengaku suaminya yang berprofesi sebagai karyawan biasa, penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Sekarang saya pas-pasan untuk mencukupi anak-anak saya. Apalagi saya kan lagi butuh biaya juga buat lahiran. Usia kandungan saya tujuh jalan delapan bulan," bilang Monita.
"Suami ada, karyawan biasa. Tapi kan gajinya kecil, cukup buat bayar kontrakan, cicilan motor, susu anak, sama pampers anak," sambungnya lagi.
Terakhir, kembali menyoal dirinya yang nekat menjual ginjal, hal tersebut telah dipikirkannya matang-matang.
"Iya kan saya pelajari juga, tanya-tanya dampaknya seperti apa ke depannya. Saya sudah nerima sih maksudnya sudah siap lah kedepannya seperti apa kalau ginjal saya sampai kejual," jelasnya.
"Keluarga saya setuju, suami setuju, suami saya juga setuju dan siap pasang badan kalau ada yang mau ginjal dia juga.
Kalau ada yang mau ginjal saya kan otomatis nunggu saya lahiran ya, kalau lagi hamil belum bisa," ucap dia.