Ironi Kedelai Lokal, Lebih Murah dan Bergizi Tapi Tak Cukupi Produksi Tempe Tahu
Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor mengakibatkan para produsen tempe dan tahu menjerit harus dengan harga mahal.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Bila petani menggunakan satu hektar sawahnya untuk menanam komoditas lain seperti padi maka dapat menghasilkan panen sekitar lima hingga enam ton, artinya keuntungan lebih besar.

Sementara pemerintah seakan hanya bisa mengimbau produsen tempe, tahu menggunakan kedelai lokal ketika harga kedelai impor melonjak, tapi tidak mampu menggenjot produksi.
"Kalau tanah satu hektar ditanami padi itu bisa (panen) lima sampai enam ton. Kalau Rp 10 ribu (per kilogram) itu Rp 50 juta. Jadi petani lebih suka tanam padi, jagung, bawang, dan lainnya," sambung dia.
Baca juga: Catat! Produsen Tempe dan Tahu di Jakarta Bakal Mogok Produksi 21-23 Februari 2022
Terhitung Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022) produsen tempe, tahu di wilayah DKI Jakarta, Bodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur melakukan mogok produksi.
Langkah ini sebagai bentuk protes atas mahalnya harga kedelai impor yang gagal diatasi pemerintah karena pada tahun 2021 lalu hal serupa terjadi dan memaksa produsen mogok.