Catat! Produsen Tempe dan Tahu di Jakarta Bakal Mogok Produksi 21-23 Februari 2022

Puskopti DKI Jakarta akan melakukan mogok produksi dan berjualan pada Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022). Ini tuntutannya.

TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Produksi tempe di Kampung Tempe, Ciputat, Tangsel, Sabtu (2/1/2021). Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta akan melakukan mogok produksi dan berjualan pada Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia ( Puskopti ) DKI Jakarta akan melakukan mogok produksi dan berjualan pada Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022).

Ketua Puskopti DKI Jakarta Sutaryo mengatakan mogok guna memprotes mahalnya harga kedelai yang mencapai Rp 11.300 per kilogram ini diikuti sekitar 4.500 produsen tempe dan tahu.

"Tuntutannya pertama stabilitas harga, kedua turunkan harga. Karena dengan harga tinggi pembeli tempe tahu lemah (daya beli)," kata Sutaryo saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Selasa (15/2/2022).

Ketiga mogok produksi ini sebagai pernyataan produsen tempe dan tahu di Jakarta akan menaikkan harga jual selepas tanggal 23 Februari 2022 untuk menutup ongkos produksi.

Cara ini jadi pilihan terakhir karena kenaikan harga kedelai impor yang membanjiri pasaran tidak kunjung turun, bahkan sejak tahun 2020 hingga kini terus naik sehingga memberatkan.

Baca juga: Minyak Goreng Masih Mahal, Pengusaha Warteg Makin Menjerit Bila Harga Tahu Tempe Naik

Dia mencontohkan harga kedelai impor pada akhir tahun 2020 yang berkisar Rp 7 ribu per kilogram, lalu pada awal tahun 2021 mencapai sekitar Rp 9 ribu per kilogram, dan kini Rp 11.300 per kilogram.

"Karena mungkin dengan menaikkan harga 20 persen mungkin akan sedikit menaikkan keuntungan. Perkiraan tempe naik dari Rp 5 ribu ke Rp 6 ribu per papan. Tahu dari Rp 35 ke Rp 40 ribu," ujarnya.

Mugiono, pengrajin tempe di Kampung Tempe, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (3/6/2021).
Mugiono, pengrajin tempe di Kampung Tempe, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (3/6/2021). (TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)

Sutaryo menuturkan tiga poin tersebut hanya tuntutan jangka pendek, secara jangka panjang produsen tempe dan tahu menuntut pemerintah bertindak mencegah dampak kenaikan global.

Pasalnya pada tahun 2021 produsen tempe dan tahu di sejumlah wilayah juga melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari, alasannya karena kala itu harga kedelai mahal.

Baca juga: Perajin Keripik Tempe di Jaksel Sukses Tambah Penghasilan Berkat Jadi Agen BRILink

"Biar pemerintah memikirkan, jangan sampai setiap tahun terjadi terus seperti ini dengan hal yang sama. Pertanyaan perajin masa pemerintah tidak bisa menangani, masa terus menerus terjadi," tuturnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved